Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Bukan Nana Tapi Rena
Rangga menghela nafas, dan mengeluarkannya pelan. "Gue tau Lo juga tidak mau dijodohkan dengan gue, jadi gue mau mengajak Lo kerja sama." Rangga mencoba berbicara dengan Nana, siapa tau Nana mau seperti yang diharapkan olehnya.
Nana tidak menjawab, Nana hanya diam, dia bingung dengan apa yang dibicarakan oleh Rangga.
"Kenapa, apa maksudnya dengan perjodohan." Gumam Nana. Nana berpikir sesaat, kemudian dia ingat kalau Rangga mengira dirinyalah yang akan dijodohkan.
Nana ingin menjelaskan pada Rangga kalau yang dijodohkan dengan Rangga bukanlah dirinya, tapi melainkan Rena, Kakaknya Nana, namun Rangga tidak memberinya kesempatan.
"Sudahlah, aku tau kamu juga benci dengan perjodohan ini, lebih baik kita bicara dengan mereka kalau kita gak mau dijodohkan." Rangga sangat berharap kalau Nana juga punya pikiran yang sama dengannya.
Mendengar perkataan Rangga lagi, Nana sekarang semakin yakin kalau Rangga salah orang, Nana bisa mengambil kesimpulan kalau Rangga mengira dirinyalah yang dijodohkan dengan Rangga.
"Awak salah orang, yang dijodohkan dengan Awak, bukan aku, tapi Kak Rena." Akhirnya Nana bisa menjelaskan pada Rangga kalau Rangga salah orang.
Rangga melongo tidak percaya, Rangga sungguh sangat malu pada Nana, Rangga tidak tau harus dibawa kemana wajahnya, bisa-bisanya dia salah mengira.
Rangga sedikit bersyukur karena yng dijodohkan dengannya bukanlah Nana si gadis gembul, tapi Rena gadis cantik yang dikagumi oleh kedua temannya.
Namun Rangga tetap benci pada Rena, dia tidak berkilah kalau Rena memang cantik, tapi dia tetap benci, karena Rena telah dia vonis sebagai penghalang kebebasannya dan penghancur masa depannya. Ditambah lagi kalau dirinya dengan gadis itu tidak akur.
"Lo serius?" tanya Rangga dengan wajah merah menahan malu.
Nana menganggukkan kepalanya, karena memang benar yang dia tau, Kakaknya dijodohkan, tapi Nana belum tau pasti siapa orangnya, namun sekarang Nana tau kalau yang dijodohkan dengan Kakaknya adalah Rangga pemuda tampan yang berdiri didepannya sekarang ini.
Rangga benar-benar malu sama Nana, Rangga tidak mau berlama-lama didepan Nana lagi, Rangga ingin cepat-cepat menghilang dari hadapan Nana.
Rangga tidak berkata apapun lagi, dia dengan buru-buru meninggalkan Nana disana.
Di dalam rumah Vina baru sadar kalau Rangga tidak ada diantara Meraka. "Lho, mana Rangga?" tanya Vina pada suaminya karena baru sadar kalau Putranya tidak ada.
"Mana Papa tau, tadi dia dibelakang kita."Jawab Pak Andi, dia juga sama seperti Vina, Dian baru perasan kalua Rangga tidak masuk dan duduk bersama mereka.
"Saat Vina bangkit ingin mencari Rangga, tiba-tiba Rangga nongol didepan Meraka. Rangga langsung duduk di sebelah kiri Mamanya.
"Kamu," Rena terkejut saat melihat pemuda yang bertengkar dengannya di restoran tempo hari berada, dan juga bersikap dingin disekolah.
Rangga tidak bereaksi, dia terus menunduk dengan muka masamnya. Rangga sama sekali tidak terkejut seperti Rena, karena Rangga sudah tau dari Nana tadi diluar.
"Wah, ternyata kalian sudah saling kenal, ini akan lebih bagus," ujar Vina antusias. Vina dan Pak Andi sudah tau kalau yang dijodohkan dengan Rangga adalah Rena, bukan Nana.
Azuhra sudah menjelaskan pada Vina dan Pak Andi, saat Rangga masih diluar tadi. Vina dan Pak Andi juga sempat terkejut saat Azuhra menjelaskan kalau Rena lah yang akan menjadi istri Rangga.
Tempo hari Pak Andi dan Vina juga mengira kalau Rena adalah Nana.
"Kalau mereka sudah saling kenal, jadi kita hanya tinggal menentukan hari ijab Qabul saja." Ujar Azuhra.
"Apa? Jadi dia, aku tak--" Rena terdiam karena Azuhra sudah mencubit pahanya agar sopan didepan calon suami dan kedua calon mertuanya.
Rena menatap kesal pada Rangga, Rangga juga begitu, dia menatap benci pada Rena.
Sebenarnya Rena juga tidak suka pada Rangga, karena Rangga sudah membuatnya marah tempo hari, namun Rena harus bersikap tidak apa-apa didepan semua paruh baya itu. Rena pasrah, dia akan mencoba menerima Rangga seperti yang sudah dikatakan oleh Ayahnya semasa hidup.
Rena harus menjadi istri yang baik nantinya, dan Rena juga harus membuang rasa benci dan marahnya pada Rangga.
Pemikiran Rangga sangat berbanding terbalik dengan Rena. Kalau Rena akan mencoba menjadi istri yang baik untuk Rangga. Maka Rangga sudah berniat untuk membuat Rena tidak bertahan dengannya dan akan meminta cerai.
"Baiklah, gue akan setuju menikah dengannya, tapi kita lihat saja nanti, gue pastikan kalau Lo tidak akan betah bersama gue." Gumam Rangga menyeringai.
"Jadi bagaimana, kalian sudah siap 'kan?" tanya Pak Andi, matanya melirik Rangga dan juga Rena.
Rangga diam, dia tidak menjawab. Melihat tidak ada satupun yang mengangguk, Vina menyenggol lengan Rangga agar menjawab pertanyaan Papanya.
Rena mengangguk, dia pasrah dengan perjodohan ini, Rena tidak mau membuat Ayahnya kecewa kalau dirinya menolak perjodohan ini.
"Nah, Rena sudah setuju, sekarang kamu, cepat katakan!" titah Mama Vina pada Rangga Putra semata wayangnya.
Kemudian Rangga juga mengangguk, dia juga tidak mau Mamanya sedih dan kecewa kalau dia menolak perjodohan ini.
"Baiklah, aku terserah Papa sama Mama saja." Rangga akhirnya setuju, dia mau menikah dengan Rena, namun dalam hatinya berkata lain. Rangga sudah memikirkan cara kalau dia akan membuat Rena minta cerai darinya nanti.
"Baiklah kalau begitu, kami sudah mengambil keputusan, kalau kalian menikah hari Jum'at pagi." Pak Andi memutuskan kalau Rangga dan Rena akan menikah Jum'at pagi.
Vina kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil berbentuk love dalam tas selempangnya. "Ini Mama sudah menyiapkan cincin untuk pertunangan kalian, sekarang kamu pakai pada jari Rena!" titah Mama Vina pada Rangga, sembari menyodorkan kotak itu pada Rangga.
Rangga meraih kotang yang disodorkan oleh Mamanya dan dengan sedikit gugup dan ragu dia meraih tangan Rena yang putih itu, lalu memasang cincin itu dijari manis Rena.
Setelah Rangga berhasil memakai cincin itu dijari Rena. Semuanya bertepuk tangan memberi selamat untuk kedua calon pengantin itu.
Setelah selesai, Pak Andi, Mama Vina, dan Rangga, pamit pulang, dan meraka akan datang lagi ketika hari Jum'at tiba, yaitu untuk menikahkan Rangga dengan Rena.
"Kamu, kenapa, apa kamu berubah pikiran?" tanya Azuhra pada Rena karena Rena terlihat seperti tidak bersemangat.
Rena menggeleng, padahal dalam hatinya sangat kesal, setelah tau kalau orang yang akan menjadi suaminya adalah orang yang sangat dia benci.
"Tidak, aku akan selalu mengingat amanah ayah, aku tidak mau membuat ayah kecewa." Jawab Rena, membuat Azuhra menitipkan air matanya.
Azuhra langsung membawa Rena kedalam dekapannya, Azuhra sedih jika mengingat suaminya. Apa lagi saat Rena bilang tidak ingin membuat ayahnya kecewa.
"Kamu Anak yang berbakti, maafkan Mak karena sering memarahi mu dan kesal Pada mu." Azuhra memeluk tubuh Rena dengan sangat erat.
Bersambung.