Balas Dendam seorang istri yang tersakiti.
Mentari tidak menyangka jika suami yang di cintainya selama ini ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Perlahan rasa cinta itu mulai hilang dan berubah menjadi kebencian. Balas dendam adalah jalan satu-satunya untuk membalaskan rasa sakit yang di rasakan oleh Mentari selama ini.
Di sisi lain, Jhonatan Alfarizzy pria berusia 31 tahun, laki-laki masa lalu Mentari datang kembali dalam kehidupannya. Laki-laki yang begitu mencintainya dan laki-laki yang rela melakukan apa pun untuk mendapatkan Mentari, perempuan yang sudah lima tahun pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Cerita ini tidak menarik, cerita yang membosankan dan bikin darah tinggi. Untuk yang penasaran, silahkan di baca ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya
Coffee Aya.
Coffee Aya adalah salah satu cafe yang berada di kota Jakarta. Desain interior yang minimalis, simpel, serta pencahayaan natural yang dihadirkan sangat cocok untuk bekerja maupun ngobrol santai dengan teman. Cafe ini adalah salah satu cafe favorit Mentari yang berada di kota Jakarta.
Di sinilah Mentari berada saat ini. Ia tengah duduk di salah satu kursi yang berada paling pojok jauh dari pengunjung lainnya. Mentari terlihat sedang menikmati secangkir kopi cappucino yang menjadi minuman favoritnya.
Ketika Mentari sedang menikmati secangkir kopinya, tiba-tiba saja, ada seorang perempuan datang menghampirinya. "Mentari." Panggil perempuan itu membuat Mentari langsung menoleh ke sumber suara. "Astaga, lo beneran Mentari? Sumpah gak nyangka banget bakalan bertemu di sini." Perempuan itu terlihat girang, bahkan ia hendak memeluk Mentari, namun Mentari menghindarinya memubuat si perempuan itu mengerutkan keningnya bingung.
"Sorry! Lo siapa ya?" Tanya Mentari sambil menatap perempuan itu penuh tanda tanya.
Perempuan itu terlihat menghembuskan nafasnya kasar, ia menatap Mentari seolah-olah ia tidak percaya dengan pertanyaan yang Mentari lontarkan barusan. "Astaga Mentari, ini gue Aurel, temen SMA lo dulu. Lo gak mungkin lupa sama gue kan? Secara wajah gue tidak berubah masih cantik dan imut seperti dulu." Ucap Si perempuan itu yang mengaku sebagai Aurel teman Mentari ketika mereka duduk di bangku SMA.
"Sorry! Gue bener-bener gak ingat sama lo."
Aurel kembali menghembuskan nafasnya kasar, kemudian ia duduk di kursi kosong yang ada di dekat Mentari. "Lo beneran gak ingat sama gue?" Tanya Aurel sambil menatap Mentari, Mentari hanya menggelengkan kepalanya pelan membuat Aurel kembali bersuara. "Astaga padahal dulu kita duduk satu bangku, loh. Masa sih lo gak ingat sama gue? Padahal wajah gue gak berubah, dan gue juga masih ingat sama lo. Oh iya, nih gue masih nyimpen photo kita berdua saat kita masih duduk di bangku SMA." Aurel menyodorkan ponselnya ke hadapan Mentari, Mentari menatap ponsel itu, dan menatap wajah Aurel bergantian. "Lihat aja, Tari. Siapa tahu kalau lo lihat photo-photo itu, lo bakalan inget lagi sama gue." Ucap Aurel sambil memperlihatkan senyuman manisnya.
Dengan ragu Mentari pun meraih benda pipih itu, ia mulai melihat-lihat beberapa photo dirinya dengan perempuan yang ada di hadapannya itu. "Ternyata dia benar, dia kenal sama gue. Tunggu, ini Lisa kan? Itu berarti dia juga kenal sama Lisa dong?" Batin Mentari sambil menatap lekat salah satu photo yang menampilkan wajah Lisa. "Lo kenal Lisa juga?" Tanya Mentari sambil menatap Aurel penasaran.
"Ya kenal dong, Tari. Lisa kan sahabat lo, dia duduk di depan bangku kita dulu."
"Berarti dia juga sahabat lo?"
"NO! Lisa bukan sahabat gue, lo tahu dulu gue sering banget berantem sama dia. Dia itu tipe manusia yang suka cari muka dan bermuka dua. Gue juga bingung kenapa gue masih nyimpen photonya di galeri telpon gue." Ucap Aurel sambil menghapus photo dirinya, Mentari dan juga Lisa.
"Apa lo masih bersahabat sama si muka dua itu?" Tanya Aurel sambil menatap Mentari.
"Ya. Gue masih bersahabat sama dia sampai sekarang." Jawab Mentari membuat Aurel mendengus kesal.
"Astaga Mentari, sebaiknya lo menjauh deh dari dia, dia itu bukan manusia baik, dulu aja dia sering mengkambing hitamkan gue di sekolah, dan lo juga pernah di musuhin sama kakak kelas gara-gara dia kan?"
"Lo bener, Lisa bukan manusia baik, dia adalah manusia munafik yang harus di basmi dari muka bumi ini." Batin Mentari sambil menggenggam erat secangkir kopi milinya.
"Hello.... Gue lagi ngomong loh, Tari. Kok lo malah bengong sih? Eh tapi gue bingung deh sama lo, masa lo lupa sama gue sih? Padahal lo lihat sendiri muka gue yang sekarang sama sekali tidak berubah dengan yang dulu. Bagaimana bisa lo lupain gue?" Ucap Aurel sambil meraih cermin yang selalu ia bawa kemana pun ia pergi.
Mentari menghela nafasnya panjang, ntah mengapa ada perasaan akrab saat dirinya berbicara dengan Aurel yang mengaku sebagai teman SMAnya itu. Mentari juga yakin jika yang di ucapkan oleh Aurel memanglah benar, hanya saja dirinya mengalami kecelakaan dan membuatnya hilang ingatan. Itu yang membuat Mentari tidak ingat sama sekali dengan Aurel.
"Sorry, beberapa tahun yang lalu gue mengalami kecelakaan, dan menyebabkan gue kehilangan ingatan gue. Jadi gue sama sekali tidak bisa mengingat lo."
"Lo serius, Tari? Astaga pantas saja lo gak ingat sama gue. Tapi lo sekarang gak apa-apa kan?" Tanya Aurel sambil menatap Mentari khawatir.
"Gak apa-apa, kok. Lagian itu terjadi udah lama banget." Ucap Mentari sambil memperlihatkan senyumannya yang manis membuat Aurel dapat bernafas lega. "Oh iya, apa lo bisa ceritain semua masa lalu kita dulu? Gue sangat penasaran banget." Ucap Mentari sambil menatap Aurel penuh harap.
Aurel tersenyum, ia pun menganggukkan kepalanya dan mulai menceritakana tentang masa lalu dirinya bersama Mentari. Mentari terlihat sangat fokus mendengarkan cerita Aurel hingga selesai. Lalu setelah itu, kedua perempuan itu mengobrol dan bercanda ria hingga mereka lupa waktu.
"Astaga sudah jam lima sore, gue harus balik dulu, nih." Ucap Aurel ketika melihat jam di dinding cafe itu.
"Kayaknya kita keenakan ngobrol deh sampai-sampai kita lupa waktu." Mentari terkekeh dengan pelan, dengan adanya Aurel, ia bisa melupakan sejenak permasalahan yang ada di hidupnya.
"Sepertinya begitu, Yasudah gue mau balik dulu, ya. Kapan-kapan kita ngobrol bareng lagi. Oh iya lo udah simpan nomor gue kan? Jangan lupa lo kontek gue ya." Ucap Aurel yang mendapat anggukkan kepala dari Mentari.
"Hati-hati di jalan."
"Ok, lo juga hati-hati di jalan, ya. Bye-bye."
Setelah itu, Aurel pun pergi melangkahkan kedua kakinya keluar dari cafe tersebut. Setelah kepergian Aurel, Mentari pun beranjak dari tempat duduknya. "Sepertinya gue juga harus pulang sekarang." Ucapnya sambil meraih tas kecil miliknya. Mentari segera berjalan melangkahkan kedua kakinya menuju pintu keluar cafe itu, sebelum ia pergi, ia membayar minumannya terlebih dahulu. Lalu setelahnya ia pun keluar dengan langkah kaki yang terburu-buru.
Mentari merogoh ponselnya yang berada di dalam tas kecil miliknya, ponselnya terus berbunyi menandakan bahwa adanya panggilan masuk untuk dirinya, Mentari yang terlalu fokus dengan ponselnya pun tidak meyadari jika di hadapannya ada seorang laki-laki tampan tengah berdiri dan menatapnya penuh kerinduan.
"Mentari, akhirnya kita bertemu lagi." Batin laki-laki itu dengan perasaan yang bahagia luar biasa.
Bersambung.