Kisah perjuangan hidup gadis bernama Cahaya yang terpaksa menjalani segala kepahitan hidup seorang diri, setelah ayah dan kakak tercintanya meninggal. Dia juga ditinggalkan begitu saja oleh wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.
Dia berjuang sendirian melawan rasa sakit, trauma, depresi dan luka yang diberikan oleh orang orang yang di anggapnya bisa menjaganya dan menyayanginya. Namun, apalah daya nasibnya begitu malang. Dia disiksa, dihina dan dibuang begitu saja seperti sampah tak berguna.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Akankah Cahaya menemukan kebahagiaan pada akhirnya, ataukah dia akan terus menjalani kehidupannya yang penuh dengan kepahitan dan kesakitan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32 Ternyata!
Ayah, bunda, Ken dan Kai tidur di rumah sakit menemani Kania tadi malam. Pagi ini Ayah dan Ken sudah berangkat ke kantor, begitu juga dengan Kai. Tinggalah bunda sendiri yang menjaga Kania.
"Sayang, bunda minta maaf ya." ucap Azizah sambil mengelap wajah Kania dengan handuk basah.
"Maaf untuk apa bunda?"
"Mmm, selama ini bunda terlalu keras sama kamu. Bunda memaksa kamu untuk menutup aurat, memakai jilbab dan bunda terus terusan memaksa kamu untuk segera menikah."
"Gak bunda, harusnya aku yang minta maaf. Maaf karena aku belum juga mau menikah dan berhijab. Tapi aku sudah berusaha memakai pakaian yang sopan dan lebih tertutup kok bunda."
Azizah tersenyum, dielusnya lembut rambut panjang putrinya itu. "Bunda tidak akan memaksa lagi. Bunda hanya akan terus mendoakan agar kamu, Ken dan Kai selalu dalam lindungan Allah dan dibuka pintu hati kalian untuk semakin dekat pada Allah."
"Terimakasih ya bunda. Maaf karena Kania selalu mengecewakan bunda."
"Tidak nak, kamu tidak mengecewakan bunda. Bunda sangat menyayangi kalian."
Azizah menyentuh lembut kedua belah pipi Kania dan dia terharu karena putrinya itu kini sudah bisa diajak bicara sebaik ini. Ya, Kania tidak meledak ledak lagi seperti lima tahun lalu.
"Bun, boleh aku bertanya?"
"Tentu sayang. Tanyakan saja."
Kania mengatur napasnya, lalu dia juga merubah posisinya menjadi duduk bersandar dengan nyaman di ranjangnya.
"Bunda tau kan mas Kai sudah punya pacar?"
"Hmm, bunda tau dari Ayah dan mas mu juga sudah cerita sama bunda."
"Apa bunda akan menerima pacar mas Kai?"
"Tentu sayang. Jika memang dia jodoh mas mu ya pasti bunda akan menerima dengan baik."
"Meski mungkin dia punya masa lalu yang kelam?"
Pertanyaan ini membuat Azizah terdiam dan mengingat kembali pembicaraannya dengan Ken waktu itu.
"Bunda tidak akan mempermasalahkan masa lalunya selama dia mau berusaha menjadi lebih baik untuk masa depannya."
Jawaban Azizah membuat Kania tersenyum lega. Dia pun merasa bersalah karena pernah berpikir bahwa bundanya seorang yang berpikiran kulot dan pilih pilih.
"Apa kamu kenal pacar mas mu itu?" tanya Azizah yang diangguki oleh Kania.
"Mas mu belum mau mengenalkannya sama bunda..." ujarnya bersedih.
"Bunda yang sabar ya. Mas Kai pasti akan mengenalkan pacarnya sama bunda suatu hari nanti."
Azizah mengangguk senang sambil mengelus lembut rambut Kania.
"Apa mas Kai sangat menyukai gadis itu?"
"Hmm. Mas Kai sangat menyukainya bunda."
"Kamu juga menyukainya?"
"Tentu. Aku bahkan baru dua kali menyapanya dan aku sudah bisa merasakan ketulusan gadis itu, bunda."
"Hah, bunda jadi tidak sabar ingin mengenalnya."
"Mungkin hari ini dia akan datang untuk menjengukku."
"Benarkah?"
"Iya bunda. Tadi malam mas Kai menelponnya dan aku bicara padanya. Aku memintanya untuk menjengukku dan dia setuju." celoteh Kania semangat yang direspon dengan semangat juga oleh bundanya.
Apa yang mereka bicarakan benar terjadi. Cahaya sudah tiba di depan rumah sakit. Dia datang dengan naik taksi setelah meminta izin dari Kai. Tapi, langkahnya terhenti saat hendak memasuki lobi rumah sakit.
Didepan sana, dia melihat dua orang yang sangat dia kenal sedang bicara dengan seorang perawat. Dua orang itu adalah Warti dan Aisyah. Mereka datang untuk menjenguk Kania juga setelah mendapat kabar dari Ken bahwa Kania dirawat di rumah sakit.
"Buk, ayok kita menemui Kania." ajak Aisyah menggandeng tangan Warti.
Cahaya mendengar jelas saat Aisyah menyebut ibunya dengan panggilan ibu juga. Karena penasaran, Aya pun mengikuti mereka dengan jarak yang tidak begitu jauh namun secara diam diam.
"Coba saja Kai mau menikah sama kamu, pasti sekarang kalian sudah menjadi pasangan yang bahagia." Celoteh Warti.
"Sudahlah buk, mas Kai tidak mau menikahi aku. Mas Kai tidak mencintai aku. Tapi, aku senang kok karena keluarga mas Kai masih menerima aku dengan baik sampai saat ini."
"Tapi kamu masih mencintai Kai, kan?"
"Buk, aku sangat mencintai mas Kai. Aku tidak tahu, apakah aku akan bisa jatuh cinta lagi kepada pria lain nantinya."
"Sayang, anak ibu yang paling cantik, jangan sedih. Ibu akan selalu mendoakan agar kamu sama Kai pada akhirnya berjodoh."
"Aamiin. Aku akan sangat bahagia jika doa ibu dikabulkan oleh Allah."
Obrolan Warti dan Aisyah didengar jelas oleh Cahaya. Kini dia tahu siapa Aisyah yang terus terusan mencoba akrab dengannya. Hanya saja Aya tidak begitu yakin, apakah Aisyah mengenalnya sebagai anak dari ibunya itu ataukah sebagai seorang yang juga mengenal Kai.
Langkah Cahaya berhenti begitu Warti dan Aisyah masuk ke ruangan Kania.
"Kak Aisyah pastilah yang direstui oleh bundanya mas Kai." gumam Cahaya.
Sementara itu, didalam sana, kedatangan Warti dan Aisyah disambut hangat oleh Azizah dan Kania. Mereka tampak sangat senang.
"Kak Nia, cepat sembuh ya." ucap Aisyah yang dibalas dengan senyuman senang oleh Kania.
"Mbak Aisyah boleh memanggil aku dengan nama saja kok. Rasanya aneh saat mbak manggil aku dengan sebutan kakak."
"Ya, aku kan memang lebih muda setahun dari kak Nia. Dulu sih aku manggil nama karena berharap bisa jadi kakak ipar kak Nia. Eh ternyata gagal." celoteh Aisyah malu malu.
"Ya, terserah sih. Tapi aku nyamannya manggil mbak sama kamu. Udah kebiasaan." jawab Kania.
"Gak apa apa kok, aku senang dipanggil mbak."
Interaksi itu dilihat oleh Aya dari balik kaca pintu ruangan itu. Dia juga bisa mendengar obrolan mereka dengan sangat jelas.
"Sekarang Aisyah udah merambat jadi model juga ya, sayang?" Tanya Azizah.
"Iya bunda. Tapi cuma bantu mbak Wi aja kok. Aku gak serius juga mau jadi model. Gak nyaman."
"Kenapa gak nyaman, kamu cantik gini kok."
"Bunda bisa aja."
Mereka terlihat saling memuji dan begitu bahagia.
Semua itu Cahaya saksikan langsung dengan kedua matanya sendiri. Dia bahkan bisa melihat senyum diwajah ibunya yang dulu tidak pernah dia lihat sekalipun.
"Sebenci itukah ibu padaku? Apa salahku, Buk..." gumamnya dalam hati.
Dengan langkah lesu, Cahaya meninggalkan orang orang yang saling tersenyum bahagia itu.
Tidak berselang lama, Azizah pamit untuk membeli makanan sebentar. Dia meninggalkan Kania bersama Aisyah dan Warti.
Begitu tiba di lobi rumah sakit, mata Azizah tidak sengaja melihat Aya yang duduk lesu di kursi tunggu sendirian.
"Itu kan..." Azizah yakin dia tidak salah mengenali orang dan segera menghampiri Cahaya.
"Nak!" Sapanya dengan menyentuh pundak Cahaya.
Cahaya pun menoleh dan sedikit mendongak, dia terperangah kaget melihat siapa yang menyentuh pundaknya.
"Kamu masih ingat Tante kan?" Tanya Azizah antusias.
Aya diam saja, dia tidak tahu harus merespon bagaimana. Dia baru ingat sekarang, wanita ini adalah tante baik hati yang bertemu dengannya di pasar waktu itu dan yang lebih mengejutkan wanita ini ternyata bundanya Kai.
"Nak, ini Tante yang waktu itu minta bantuan kamu memilih udang di pasar..."
"Eee, Tante... Iya aku ingat." sahut Aya tersenyum.
"MasyaAllah, Tante gak nyangka bisa ketemu lagi sama kamu."
"Aku juga gak nyangka bisa ketemu Tante lagi."
Azizah duduk di sebelah Aya, dia memegang kedua tangan Aya dan menatap Aya dengan tatapan senang. Mata itu persis seperti mata Kai. Cahaya agak gugup ditatap seperti itu oleh bunda dari pria yang mulai menyentuh hatinya.
Semangat kakak Author, ditunggu kelanjutannya 💪
Author berhasil membuatku menangis 👍
Semangat kakak Author 💪