"Jadi pacar saya, maka kamu akan wisuda tahun ini. Setelah itu masa depanmu pun saya jamin."
Surat cinta dari Bu Dosen membuat Cakra berlonjak kegirangan. Tanpa pikir panjang dia menerima demi lulus tahun ini dan foto wisuda bersama kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kiss
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari dimana Cakra mengenakan pakaian wisuda. Diantar dengan kedua orang tua, Satria dan Shayu serta Biru. Kini dia sudah berada di tengah-tengah pada wisudawan dan tiba waktunya Cakra maju ke podium. Diperhatikan oleh Viola yang kini duduk di barisan para dosen lainnya.
Sudah pamitan, sudah ikut repot juga dalam merapikan penampilan Cakra dan memutuskan berangkat duluan karena tak mungkin bareng juga. Penduduk kampus belum ada yang tau jika keduanya sudah menikah selain Topan. Itu pun masih membuat Topan bertanya-tanya akan kebenarannya. Masih belum bisa percaya seutuhnya karena tak ada acara apa-apa. Tak mungkin juga dia tidak diundang saat ada acara besar seperti itu. Mengingat mereka adalah sahabat kental.
"Alhamdulillah, selamat ya, Le!" ucap Ibu lalu memeluk putranya dengan bangga. Menuntut ilmu bertahun-tahun itu tidaklah mudah. Butuh perjuangan yang harus dilalui bahkan Ibu masih ingat betul saat Cakra baru pertama kali berangkat ke kampus. Sekarang sudah wisuda dan siap untuk bekerja.
"Hebat kamu, Le!" Bapak pun memeluk Cakra dan menepuk pundak putra bungsunya dengan bangga. Mampu menyelesaikan apa yang dimulai itu hebat. Terlebih perjalanannya tak mudah. Gokilnya si bungsu selalu ada saja dramanya dan itu yang nantinya akan membuat Bapak rindu.
Satria dan Shayu pun ikut mengucapakan selamat. Sama bangganya dan tak menyangka bisa segera wisuda. Sepak terjang Cakra mereka paham betul. Namun dengan gigih bisa menyelesaikan dengan baik.
"Traktir pokoknya," ucap Shayu yang sudah merencanakan akan mengadakan acara makan-makan tetapi berkedok meminta traktiran.
"Ye... Jangan minta traktir sama aku sekarang! Aku belum jadi orang kaya. Masih tulang begini, nggak kayak kamu banyak dagingnya. Udah pasti dompetmu tebal."
"Kata siapa, harus traktirlah. Kan hari bersejarah. Viola ajak!"
"Viola masih nunggu selesai acara. Aku nyusul nanti. Wis sana duluan! Yang murah aja. Jangan yang mahal-mahal! Dompetku bisa meriang nanti."
Shayu hanya terkekeh mendengar itu. Dia juga sudah mengajak Topan dan Arita yang sudah jauh-jauh datang dari kota setelah mendapatkan undangan untuk ikut merayakan hari bersejarah Topan dan Cakra.
"Ya udah aku tunggu di Saung Gandul. Jangan pake lama kamu!"
"Iya." Cakra menoleh ke arah belakang. Memperhatikan Viola yang masih sibuk dengan acaranya. Sekitar lima belas menit lagi selesai. Cakra pun memutuskan untuk merapikan diri dan menunggu di parkiran.
.
"Kamu nungguin? Aku pikir langsung pulang tadi," ucap Viola saat melihat Cakra yang menunggu di samping mobilnya. Hal itu membuat keduanya mendapatkan perhatian dari mahasiswa lainnya tetapi kali ini Cakra cuek. Sudah wisuda juga. Sudah selesai dan masa bodo dengan omongan orang.
"Ibu, Bapak dan yang lainnya udah nunggu di Saung Gandul. Aku mau ajak kamu juga. Ayo!" ajak Cakra dan dianggukki oleh Viola. Wanita itu pun memberikan kunci mobilnya pada Cakra dan segera melajukan mobilnya menuju tempat yang sudah ditentukan tadi.
"Selamat ya," ucap Viola setelah semua anggota keluarga sudah memberikan selamat pada suaminya.
"Iya. Gitu doang? Nggak ada kasih apa gitu?" tanya Cakra lalu menoleh singkat ke arah Viola.
"Emangnya kamu mau apa? Oh aku ada sesuatu buat kamu, tapi nanti di rumah. Kado gitu, mudah-mudahan sich kamu suka." Seminggu berdamai komunikasi semakin lancar. Walaupun kadang masih canggung tetapi sudah mulai terbiasa. Viola pun mulai melakukan kewajibannya sebagai istri. Tipis-tipis bisa meskipun harus banyak belajar. Namun Cakra cukup terkesan atas usaha Viola.
"Yang lainnya."
"Apa? Kamu ada request?" tanya Viola balik pada Cakra yang tersenyum miring menanggapinya.
"Ada sich, tapi mau nggak kira-kira? Masa' gitu doang. Kan pengen diromantisin sekali-kali."
Viola nampak bingung menanggapi maunya Cakra. Dia menoleh menatap Cakra dengan tatapan penuh tanya hingga pria itu gemas karena Viola yang tak tanggap.
"To the point aja! Aku nggak paham!"
"Kiss."
Viola mengerutkan keningnya saat melihat jari telunjuk Cakra menepuk pipi dan meminta ciuman darinya. Mana berani mengawali. Cakra juga terlalu blak-blakan sekali, kecuali sudah berulang kali. Memang hal ini bukan hal baru bagi Viola mengingat dulu dengan Ramon sudah sering tetapi tidak juga harus dia yang memulainya.
"Nggak mau? Cuma pipi loh."
"Bukan gitu, tapi kamu yang benar saja. Masa' aku duluan."
"Oh sukanya dipancing kayak belut," sahut Cakra membuat rona di wajah Viola semakin terlihat. Kenapa juga harus disamakan dengan belut. Apa tidak ada yang lain yang lebih bagus.
"Ck, nggak gitu! Lagian nggak harus cium segala 'kan?"
"Kenapa nggak? Kamu istri aku. Aku berhak loh."
"Katanya kemarin mau buktiin dulu?" tanya Viola menanggapi apa yang Cakra katakan.
"Ya kan bisa tipis-tipis dulu. Nggak ada salahnya juga. Aku minta pipi belum bibir. Ajarin dech sekalian."
Cakra yang terang-terangan membahas itu, Viola yang malu sendiri menanggapinya. Kenapa juga harus minta diajarin. Sepolos apa sampai tidak tau caranya ciuman. Bukannya sudah pernah. Harusnya mencoba lebih dalam agar paham. Bukan malah minta tutorial. Viola merasa seakan seperti suhu dan itu semakin membuatnya malu.
"Kalau nggak minta ajarin sama kamu terus sama siapa? Emang boleh sama wanita lain?"
Sontak Viola menoleh ke arah Cakra. Lama-lama ngeselin bicaranya dan mana Viola mau seperti itu. Maksudnya mencari yang di luar juga. Benar-benar Cakra minta dikasih paham.
"Kamu tuh pengen banget ya sampe nggak sabar gitu? Mana boleh minta sama yang lain? Bilangnya gitu lagi di depan aku. Kamu benar-benar buat aku jengkel tau nggak!"
"Eh kok malah ngambek. Minta kiss malah diambekin begini. Nggak ada aku minta sama yang lain. Lagian siapa? Aku dekat cuma sama kamu doang. Tau sendiri seminggu ini aku di bengkelnya Mas Satria. Nggak kemana-mana aku. Cemburu bilang, Sayang! Jangan marah-marah! Nanti aku nggak boleh tidur di kamar juga. Nggak boleh dong! Aku nggak bisa Yura, istriku terlalu menggemaskan pas tidur."
BUGH
"Awh! Kok mukul sich kamu. Aku jujur loh. Lagi di mobil jangan ngajak ribut. Nanti aku nggak fokus. Kalau gemas nanti aja di rumah. Aku fokusin buat kamu seorang." Gombalan maut yang tak ada habisnya membuat Viola memilih diam hingga mobil sudah terparkir rapi di halaman Saung Gandul.
"Yang bikin acara kamu?" tanya Viola sebelum turun. Dia lebih dulu merapikan rambut dan pakaiannya.
"Biasa dipalak sama si Shayu. Nanti kalau kurang tambahin ya?"
Viola tak menjawab dan dia hanya mengangkat kedua pundaknya lalu keluar dari mobil. Terlihat tempatnya asri dan pas untuk keluarga bersantai seraya melihat pemandangan sawah.
"Ayo!" ajak Cakra lalu mengulurkan tangannya. Viola pun segera meraihnya hingga kedua tangan bertaut dan mereka melangkah masuk.
"Selamat Cakra! Ya Allah makin ganteng loh."
Cup
Viola melepaskan genggamannya saat melihat ada seorang wanita yang tiba-tiba mendekati dan memeluk Cakra. Ada tambahan pemanis juga. Sebuah kecupan di kedua pipi Cakra.
udah lama banget ini.... Thor, jangan lama ngilangnya...
bner tuh si cakra egois 😏