NovelToon NovelToon
Dendam Ratu Abadi

Dendam Ratu Abadi

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Epik Petualangan / Dendam Kesumat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:66.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: Rudi Hendrik

Lama mengasingkan diri di Pulau Kesepian membuat Pendekar Tanpa Nyawa tidak tenang. Sebagai legenda tokoh aliran hitam sakti, membuatnya rindu melakukan kejahatan besar di Tanah Jawi.

Karena itulah dia mengangkat budak perempuannya yang bernama Aninda Serunai sebagai murid dan menjadikannya sakti pilih tanding. Racun Mimpi Buruk yang diberikan kepada Aninda membuatnya tidak akan mengenal kematian. Dia pun diberi gelar Ratu Abadi.

Satu-satunya orang yang pernah mengalahkan Pendekar Tanpa Nyawa adalah Prabu Dira Pratakarsa Diwana alias Joko Tenang tanpa melalui pertarungan. Karena itulah, target pertama dari kejahatan yang ingin Pendekar Tanpa Nyawa lakukan melalui tangan Aninda adalah menghancurkan Prabu Dira.

Aninda kemudian membangun kekuatan dengan menaklukkan sejumlah pendekar sakti dan menjadikannya anak buah.

Mampukah Aninda Serunai menghadapi Prabu Dira yang sakti mandraguna? Temukan jawabannya di Sanggana 8 yang berjudul "Dendam Ratu Abadi".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Hendrik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Raab 32: Kenyot Sedot Otot

*Ratu Abadi (Raab)* 

“Hahaha…!”

Di saat para penonton terus menertawakan bibir Ki Kenyot Sekarat yang terlihat lucu, meski si kakek tidak bermaksud melucu, sesuatu terjadi pada Anak Pengemis yang menjadi lawannya.

Anak Pengemis yang pada dasarnya sangat gampang tertawa dan dia turut tertawa kencang saat melihat lawannya mengenyot air liurnya sendiri, secara perlahan berhenti tertawa.

Mendadak Anak Pengemis merasakan rasa tidak enak pada tubuhnya. Itu bukan rasa jatuh cinta di kala sedang bertarung sesama kakek-kakek, tetapi rasa seperti terserang virus Covid-91. Dahinya mendadak banjir keringat dan kakinya gemetar.

“Hei, hei, hei! Lihat kaki Anak Pengemis gemetar! Dia mau kencing di sarung!” teriak Adi Ronggoloyo keras sambil menunjuk ke atas panggung. Kondisi Adi sudah lebih baik dengan lengan yang dibalut tebal menggunakan kain.

Mendengar teriakan Adi Ronggoloyo itu, sejenak perhatian Aninda Serunai, Pangeran Ulur Langit, Adipati, serta para pendekar dan prajurit terfokus melihat sepasang kaki Anak Pengemis.

“Hahahak…!” tawa sebagian dari mereka, termasuk Pangeran Ulur Langit dan Adipati Rempah Alot.

“Dia pakai celana, bukan pakai sarung!” ralat Aji Ronggoloyo, masih sempat-sempatnya menyahuti adiknya, padahal dia dalak kondisi kesakitan karena lukanya.

“Anak Pengemis takut dikenyot! Hahahak…!” teriak Abon Rentak yang sudah move on dari kekalahannya.

“Hahahak!” Yang lain kembali tertawa berkepanjangan.

Anak Pengemis tidak peduli dengan mereka yang menertawakannya. Dia sibuk menikmati kondisinya yang tidak baik-baik saja. Seiring itu, lingkaran sinar merah yang mengurung posisinya menjadi padam. Jelas itu menunjukkan bahwa benteng pertahanannya telah lenyap.

Dengan wajah mengerenyit menahan perasaannya yang tidak terungkapkan, Anak Pengemis memperkuat genggaman kedua tangannya pada gagang panjang sapunya.

Anak Pengemis berusaha mengerahkan tenaga dalamnya kepada senjatanya itu. Namun, kondisinya yang melemah secara drastis membuat tangannya pun gemetar saat mencoba menggunakan sapunya.

Tes!

Dengan sepasang bibir yang terus mengenyot memainkan ilmu Kenyot Sedot Otot, Ki Kenyot Sekarat dengan santai menyentilkan satu jarinya yang melesatkan sebutir sinar putih sebesar lalat tua bangka kepada Anak Pengemis.

Terbeliak Anak Pengemis. Buru-buru dia berusaha melompat menghindar.

Cub!

“Akkh!” jerit Anak Pengemis yang gerak hindarnya lambat, membuat sinar kecil itu menembus pinggang kirinya hingga berlubang.

Blugk!

Anak Pengemis jatuh berdebam di lantai dengan pinggang mengucurkan darah dari dua lubang.

“Kenapa aku menjadi selemah ini? Ilmu hitam apa yang dimiliki oleh Ki Kenyot itu,” batin Anak Pengemis saat tidak sanggup lagi untuk bangun berdiri, meski dia berusaha bangkit dengan bertopang pada sapunya.

Dak! Set!

Ki Kenyot Sekarat lalu menghentakkan kaki kanannya ke lantai. Tongkat yang masih menancap di lantai melesat meroket ke angkasa malam. Semua mata mengikuti pergerakan tongkat sehingga mereka semua mendongak.

Ki Kenyot Sekarat melakukan gerakan tangan yang diarahkan kepada tongkatnya yang mengudara. Gerakan tangan itu ternyata membuat tongkat pun bergerak sesuai titah. Ketika Ki Kenyot menarik turun tangannya, tongkat itu melesat deras ke bawah.

Anak Pengemis yang lemas seperti kehabisan tenaga jadi terkejut. Buru-buru dia berguling ke samping.

Bluar!

“Aaakk…!”

Anak Pengemis memang berhasil selamat dari tancapan ujung tongkat bercabang, tetapi seperti sebuah rudal, ketika ujungnya mengenai sasaran, maka terjadi ledakan keras.

Papan panggung yang ditancapi meledak hancur. Daya ledaknya mementalkan tubuh Anak Pengemis dan sapu lidinya. Sementara tongkat Ki Kenyot menancap gagah perkasa seperti saat malam pertama.

“Hoekh!” Anak Pengemis muntah darah banyak.

Dia lalu mengangkat tangan kanannya, tetapi tidak ada yang mengerti maksudnya. Sepertinya tidak ada yang pernah menonton pertarungan beladiri campuran.

“Aku menyeraaah! Akkk!” teriak Anak Pengemis sambil kesakitan. Wajahnya memang berlumuran darah, tapi tidak jelas asal darah itu.

Gong!

“Berakhir!” teriak Wadi Mukso usai gong dibunyikan. “Pemenangnya adalah Ki Kenyot Sekaraaat!”

“Woi, Anak Pengemis! Kesaktian hanya secetek becek di kandang bebek, tetapi paling kencang kalau menertawakanku!” teriak Adi Ronggoloyo, seolah-olah ingin membalas dendam.

Setelah mengambil tongkatnya, Ki Kenyot Sekarat lalu turun dari panggung dengan anggun karena saking kalemnya. Tidak ada senyum karena menang. Mungkin memang seperti itulah ekspresi kemenangan bagi kakek-kakek.

“Selanjutnya, Ki Dulang Tuo melawan Pucuk Kerak dari Perguruan Sembilan Langkah!” teriak Wadi Mukso.

Wut wut wut!

Sebelum naik ke panggung, pemuda yang bernama Pucuk Kerak memainkan tongkatnya dengan gerakan cepat, sampai-sampai terdengar wut wut wut saat mengoyak udara.

Sementara itu, Kidulang Tuo berkelebat di udara dengan kedua tangan merentang dan jari-jari menjepit dua ujung selendang kuningnya. Kidulang Tuo mirip seoarang penari. Gerak gestur tubuhnya sangat berbeda ketika tidak sedang beraksi. Kali ini lebih gemulai laksana penari kawakan.

“Hiaat!” teriak Pucuk Kerak sambil berkelebat di udara. Semendaratnya di pinggir panggung, dia langsung melompat ke posisi Kidulang Tuo sambil tongkatnya diangkat tinggi-tinggi. Bukan hanya berniat mementung kepala si kakek, tetapi juga berniat memecahkan kepala tua itu.

Ctas! Das!

“Hukh!”

Belum lagi pukulan tongkat Pucuk Kerak turun ke kepala Kidulang, dua ujung selendang kuning datang lebih dulu menahan laju tongkat dan menghantam dada. Tubuh Pucuk Kerak terlempar ke belakang lalu jatuh punggung menghantam lantai panggung.

“Menyala, Kakaaang!” teriak empat murid Perguruan Sembilan Langkah menyemangati kakak seperguruannya. Mereka berempat telah kalah lebih dulu di babak pertama.

Tidak mau terlihat malu atau memalukan di mata adik-adik seperguruannya, Pucuk Kerak cepat melompat bangun dengan cara menolakkan kedua tangannya dan melambungkan kedua kakinya.

Jleg!

Pucuk Kerak kembali berdiri dengan kuda-kuda yang mantap dan kedua tangan menggenggam tongkatnya yang hanya sebatang.

Pucuk Kerak yang menahan sesak di dada, tetapi dia tutup-tutupi dengan kegagahannya, kemudian berlari maju dan menyerbu Kidulang Tuo dengan tusukan dan gebukan tongkat.

Selain menghindari serangan-serangan tongkat, si kakek juga menggunakan selendangnya sebagai alat tangkis.

Blet!

Pada satu kesempatan, selendang Kidulang Tuo melilit kuat tongkat Pucuk Kerak, sehingga gerakan tongkat tertahan. Pada saat itu, Kidulang Tuo menggunakan tendangan untuk menyerang lawannya.

Dak dak dak! Joss!

Di saat satu tangan mereka menggenggam kuat senjata masing-masing dan saling tarik, pertarungan satu tangan terjadi saling serang dan tangkis. Pertarungan itu berujung dengan adu tinju bertenaga dalam tinggi.

Jangan ditanya tenaga dalam siapa yang lebih unggul! Meski Pucuk Kerak lebih gagah dalam hal fisik dan penampilan, tetapi Kidulang Tuo seperti buah kelapa, semakin tua semakin bersantan.

Pucuk Kerak terpental keras akibat adu jotos itu. Satu tangannya yang sedang mempertahankan tongkatnya, harus lepas.

Pucuk Kerak jatuh sampai berguling-guling di lantai. Sementara Kidulang Tuo hanya terjajar dua tindak dengan keuntungan bonus dapat tongkat.

Jauh lebih lama hidup sebagai pendekar jelas membuat Kidulang Tuo unggul dalam hal tingkatan tenaga dalam.

Slet!

Kidulang Tuo lalu melecutkan selendangnya untuk membuang tongkat Pucuk Kerak keluar dari panggung. Tongkat itu jatuh tergeletak di tanah berumput.

Pucuk Kerak bangkit berdiri sambil mengerenyit menahan rasa sakit pada seluruh anggota tubuhnya. Dia kemudian kembali memasang kuda-kuda. Dia masih siap bertarung.

“Menyala, Kakang!” teriak keempat adik seperguruan Pucuk Kerak.

“Kau bukan lawanku, Pucuk Kerak. Menyerahlah atau kau akan menderita luka yang parah,” ujar Kidulang Tuo.

“Kau meremehkan kesaktian orang Perguruan Sembilan Langkah, Kidulang,” kata Pucuk Kerak. “Akan aku tunjukkan ilmu Sembilan Langkah Kematian!”

Pucuk Kerak lalu melakukan gerakan tangan sebagai intro dari ilmu Sembilan Langkah Kematian.

“Satu!” teriak Pucuk Kerak sambil melangkah ke samping kanan dengan cara ujung kaki seperti menggaris di lantai.

Ketika satu kaki itu berhenti, maka muncullah bola sinar hijau sebesar batok kelapa di kaki itu.

“Dua!” hitung Pucuk Kerak lagi sambil memindahkan kaki kirinya dengan cara menyeret ujungnya seperti sebuah alat menggaris.

Saat kaki kiri berhenti, muncul lagi bola sinar hijau kedua.

Kidulang Tuo diam menunggu Pucuk Kerak selesai mengerahkan ilmu Sembilan Langkah Kematian. (RH)

1
Rose Jasmine
saya suka ceritanya tp saya ndak suka laki laki banyak istri
𝒯ℳ
jadi benaran tamat ?
👣Sandaria🦋: mikirin uang mulu. udah kayak Agus Sedih Banget aja gayamu🙄🤧🤣
𝒯ℳ: mohon maap lahir dan batin ya tante,,, sekalian uang amplop jgn lupa kirim ke rekerningg aku
total 4 replies
𝒯ℳ
akh asik sandaria aja, aku jd curiga kalo om cinta diem2 sama tante itu
👣Sandaria🦋: ogah aku sama kamu, Nyet!🤣
𝒯ℳ: aku tukang lap keringat kalian aja nanti tante,,,, sekalian jadi peran pengganti si om kalo tiba2 bengek si om kumat 😂
total 3 replies
𝐀⃝🥀🦆͜͡𝐓𝐑𝐈'ᴳ🍁🤎❣️ᴳ𝐑᭄ˢ⍣⃟
tetap semangat dn sukses selalu Om 💪🏻🙏🏻
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
sukses selalu om 😁
Om Rudi: terimakasih, Ratu Ani
total 1 replies
👣Sandaria🦋
aku kecewa lah, Om. pengen kucubit aja burungmu. atau jangan-jangan Om sengaja bikin kecewa biar burungmu dapat cubitanku🤔🤧
Om Rudi: hmmmmmm
total 1 replies
👣Sandaria🦋
ish pake diumumin segala🤦🏻‍♀️
ya begitulah Om. semua demi cinta dan kerinduan😘🤣
𝒯ℳ: lhaa masik bisa bernafas burungmu ya om ? berarti kepitan tante tuh kurang kencang
Om Rudi: asiiiik semoga terpelihara sampai napas terakhir
total 2 replies
👣Sandaria🦋
oh gak ada cuannya ya Om? kirain di NT ini dengan gift dan hadiah nonton iklan yg readers berikan, Om sudah bisa beli jet pribadi, ternyata...🤦🏻‍♀️ pantesan si Tomy pensiun jadi author🙄😂
arumazam
mati lg
arumazam
mati kah lontong
arumazam
banyak pendekar main angin kyknya
arumazam
ayo siapa yg lbh jago
arumazam
waduh jd tumbal deh
arumazam
awas jebakan bos
arumazam
absen dulu bosss l
rajes salam lubis
hahaha gasss pooolll
rajes salam lubis
ada,,,saat berhubungan intim
rajes salam lubis
hahaha betul betul betul,bisa ae lu dro
rajes salam lubis
hihihi,kirain bebek ngambang om
rajes salam lubis
hmmm bisa ae lu dro
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!