Suami Penutup Aib

Ardha sudah sampai di rumah. Ruang tengah yang gelap menandakan kalau Mawar sudah masuk ke kamarnya. Dan mungkin juga sudah tertidur pulas. Ardha menghempaskan tubuhnya di sofa untuk menghilangkan penat. Dipandanginya pintu kamar Mawar, sambil memikirkan kembali semua hal yang dialaminya sejak permintaan Pak Abdi untuk menikahi putrinya.

Kemudian pada kejadian di mall yang sedikit banyak menimbulkan pertanyaan di hatinya. Apakah Mawar begitu malunya ketika temannya mengetahui kalau dia malah menikah dengan Ardha. Kepercayaan diri Ardha sempat turun lagi, untunglah tidak berlarut-larut karena dia sadar kalau dia malu terhadap pekerjaan ibunya, maka dia tak pantas dianggap anak.

Ardha berharap perkataan Maya bahwa Mawar tak pernah dekat dengan seorang laki-laki dan selama ini hanya ingin bersama dirinya adalah benar adanya. Bahwa ucapan merendahkannya dulu hanya alasan untuk mencegah perempuan lain mendekatinya juga benar adanya. Tapi kenyataan bahwa kini Mawar tengah mengandung bayi dari laki-laki lain menyadarkannya bahwa harapan itu kosong belaka.

Dia mengusap kasar wajahnya. Wanita yang ingin dinikahinya pun kini membuatnya bingung. Apakah perasaannya saja atau sebuah kenyataan bahwa Nadya terlihat begitu bergantung pada Aris. Nadya sepertinya merasa lebih tenang kalau ada Aris bersamanya. Bukan sekedar menemani untuk menghilangkan rasa gugupnya, tapi lebih seperti tempat berpegang saat goyah. Bagaimana kalau suatu saat Nadya akhirnya berpindah ke lain hati, sementara Mawar pun akan meninggalkannya sendiri setelah melahirkan nanti.

Ardha menghela nafas panjang, kemudian tersentak mendengar pintu di buka. Mawar berjalan ke arah kulkas kemudian mengambil air es untuk minum. Saat selesai ia berpaling ke arah sofa dan berteriak kaget melihat seseorang yang duduk dalam kegelapan tengah mengamatinya. Alhasil gelas di tangannya pun jatuh dan pecah. Ardha mengeluh dalam hati, bersih-bersih lagi...

************

Ardha kini tengah memasang dispenser di kamar Mawar. Setelah mengantar Mawar siang tadi, dia tak sempat karena harus segera kembali ke restoran. Mawar hanya duduk memperhatikan sampai Ardha selesai memasang galon air di posisinya.

"Tak perlu keluar lagi kalau mau minum air dingin. Hati-hati kalau terkena air panas atau kalau perlu dinonaktifkan saja biar aman", pesan Ardha.

"Jadi dispenser itu buat aku?", tanya Mawar yang ditanggapi Ardha dengan anggukan kecil.

"Kenapa tidak meminta pendapatku mana dispenser yang cocok untukku seperti yang kau lakukan pada karyawanmu?", protesnya.

"Apa yang bisa kau pilih dari sebuah dispenser Mawar? Semuanya akan tetap mengeluarkan air panas atau dingin. Kecuali kau mengisi galonnya dengan es cendol", sahut Ardha ketus.

Mawar mengerutkan dahinya.

"Kau sedang kesal?", tanya Mawar menelisik.

"Tidak Mawar.. aku tidak kesal. Cuma capek karena urusan restoran. Sebaiknya kau kembali tidur, aku juga mau istirahat. Selamat malam", Ardha kemudian keluar dari kamar Mawar menuju lantai atas.

Sampai di kamarnya, Ardha mendengar notifikasi pesan masuk di ponselnya. Khawatir kalau ada pesan penting, dengan malas ia kembali mengambil ponsel yang sudah terpasang charger kemudian membuka kunci layar.

Mawar: Terimakasih atas dispensernya ❤️

Eh, apa maksudnya? Mengapa ada simbol hati itu di ujung kalimatnya?

Ardha terdiam sebentar, kemudian memandang lagi isi pesan Mawar. Apakah maksudnya aku mencintaimu? Ardha menggelengkan kepalanya dan berkata dalam hati, tidak mungkin... Walaupun hal itu sempat membuat jantungnya berdenyut aneh. Lalu apa maksudnya, apakah dia menyukai dispensernya? Sungguh aneh, apa yang bisa membuat seorang wanita menyukai sebuah dispenser.

Ardha kini lupa keinginan sebelumnya yang hendak cepat-cepat istirahat, ia malah fokus memikirkan simbol hati merah itu.

Oh.. mungkin maksudnya, dia senang karena telah memiliki sebuah dispenser sehingga tidak perlu repot-repot lagi keluar kamar untuk minum. Ardha sudah menyimpulkan. Dan sebenarnya diapun senang karena tidak perlu lagi membersihkan pecahan gelas Mawar.

Ardha: Sama-sama ❤️

Pesan balasannya pun terkirim, dan kemudian Ardha ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur.

Sementara di kamar lantai bawah, seorang wanita tengah terbelalak melihat balasan pesan dari seseorang di lantai atas. Apa maksudnya? Kenapa dia mengirim pesan dengan simbol hati juga?

Sejurus kemudian wajah Mawar memerah karena malu. Apakah Ardha mengira bahwa dirinya tengah mengirim pesan cinta. Ah... Mawar benar-benar malu, padahal maksud Mawar adalah dia menyukai dispensernya.

Tapi kalau dia menyangka itu pesan cinta, mengapa dia membalasnya dengan simbol hati juga. Apakah dia.. Aduh.. jantung Mawar berdenyut-denyut. Pipinya terasa panas, akhirnya ia mengambil air dari dispenser untuk meredamnya.

Tapi, bagaimana kalau dia hanya bermaksud sopan. Karena merasa tidak enak dengan Mawar lalu membalas dengan simbol yang sama karena takut mengecewakan Mawar? Ah.. Mawar jadi merasa serba salah, kemudian menutup wajahnya dengan bantal. Baru setelah dua jam kemudian, dia benar-benar tertidur.