Kisah masa lalu Ayahnya juga Bundanya terlalu membekas hingga Intan tak bisa percaya pada Cinta dan kesetiaan.
Baginya Kesetiaan adalah hal yang langka yang sudah hilang di muka bumi.
Keputusannya untuk menikah hanya untuk menyelamatkan perusahaan dan menghibur orang tuanya saja.
Jodohpun sama-sama mempertemukan dirinya dengan orang yang sama-sama tak mempercayai Cinta.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Akan kah Dia mempercayai Cinta dan Kesetiaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbongkar
Di Rumah Syantika.
Reihan keluar mobil dan setengah lari masuk begitu saja pada rumah Syantika, di dalam sepi tak ada tangisan lagi.
"Syan...!!! " Reihan memanggil namun nampak tak ada suara jawaban.
"Syantika!!! " Teriak Reihan lebih keras.
"Ya Rei... masuk aja!!! " Jawaban di dalam kamar.
Reihan masuk dan di sana nampak Syantika dengan pakaian biasanya di rumah sedang mengompres Allea.
Reihan berjalan lalu menyentuh tangan Allea yang lumayan panas, Reihan lalu berganti menatap Syantika yang hanya memakai baju tidur tipis sepaha itu.
"Ganti gih!! Buruan!!! " Reihan berubah dingin.
Syantika beranjak lalu keluar ke kamarnya sendiri, Reihan duduk menunggu Allea dan terkadang mengganti Kompres di kepala Allea.
Syantika tertegun begitu masuk dan menyaksikan betapa hangatnya sikap Reihan terhadap Allea putrinya, seolah-olah Allea anaknya sendiri. Andai waktu itu dirinya menerima Reihan, meski tanpa cinta Syantika yakin anak yang lahir dari rahimnya pasti akan di sayang juga.
"Rei...!!! " Syantika tersenyum memanggil.
Reihan langsung melepas kompres di kepala Allea, lalu menggendong gadis kecil itu dan membawanya keluar dan begitu sampai di mobil, Reihan membaringkan Allea di pangkuan Mamanya.
Reihan melaju dengan cepat tanpa bicara, dan saat berada di lampu merah tak sengaja dia melihat mobil Intan yang juga sedang melaju ke arah yang sama. Arah Rumah sakit dan Rumah Bunda memang searah, lokasi rumah Syantika yang baru juga dekat dengan rumah Reihan, paling hanya berjarak 600m dari rumah Reihan sehingga saat di jalan bisa berpapasan dengan Intan.
Reihan menoleh menatap ke kaca mobil Intan yang terbuka itu, nampak Intan menghapus air matanya dengan tisu, lalu tertawa memprihatinkan bahkan kadang mengomel sendiri tapi tak terdengar jelas bicara apa.
Intan terlihat memasang Earphone di telinganya, lalu begitu lampu hijau melaju dengan kecepatan tinggi. Reihan geleng-geleng kepala di tempatnya lalu melaju juga.
"Astagaa, gadis Es itu, kembali seperti dulu, bagaimana dia bisa menyetir dengan memakai penutup telinga, mana ngebut seperti itu... " Batin Reihan.
Syantika memangku kepala Allea, melihat apa yang di lihat Reihan juga, namun dirinya tak berkomentar, hanya tersenyum tipis tak terbaca.
"Rei... makasih ya... kamu sudah seperti Ayah bagi Allea... " Kata Syantika.
Reihan hanya mengangguk dan tak menanggapi, pikirannya mendadak teringat perdebatan dirinya tadi dengan Intan, mendadak timbul rasa khawatir jika Intan benar-benar tersinggung dan marah besar atas sikapnya.
Reihan mencoba menghubungi Intan melalui telfon, namun saat ingin melakukan panggilan, Syantika menegurnya.
"Rei... please tolong jangan melakukan telfon di saat menyetir... Aku tak ingin hal buruk terjadi... bisakah kau fokus menyetir agar Allea segera tiba di rumah sakit... " Kata Syantika.
Reihan pun akhirnya mengurungkan niatnya lalu meletakkan Handphone miliknya lagi, kembali menyetir dengan baik, sehingga tak lama kemudian sampai lah mereka di rumah sakit.
Reihan membawa Allea di gendongannya, lalu membawa masuk ke ruang IGD agar segera ditangani oleh dokter. Allea pun segera di priksa, Syantika meraih tangan Reihan lalu menggenggamnya.
"Makasih... Aku tak tau apa jadinya aku dan Allea tanpa dirimu... " Ucap Syantika.
Reihan melepas tangannya dan menganggukkan kepalanya, lalu keluar dan mencoba menghubungi Intan, namun berkali-kali panggilan darinya di matikan atau sengaja tak mau di angkat oleh Intan.
Reihan berdecak lalu memukul udara dengan kesal, menyesal kenapa tadi dirinya bisa berbicara se kasar itu pada Intan hanya karena rasa khawatirnya terhadap Allea.
***
Di Rumah Bunda Mutia.
Intan memarkirkan mobilnya, lalu keluar dengan membawa Bolu buatannya. Intan masuk ke rumah yang ternyata banyak sekali adik-adiknya yang sudah berkumpul.
"Assalamualaikum... " Kata Intan dengan senyum semanis mungkin.
"Walaikum salam... " Jawab semua yang ada di dalam.
"Aaaa.... Kak Intan... " Dede Zayn berlari ke arah Intan lalu memeluknya penuh kerinduan.
"Waaah... Baru kelihatan setelah satu bulan..." Sindir Kean.
"Ckkk Maaf deh... Kakak sibuk... banyak kerjaan... " Jawab Intan.
"Apaan... kerjaan, sibuk... tapi badan tambah gemuk gitu... " Kata Zea protes.
"Ah masa sih...??? " Intan sedikit terkejut lalu berkaca di kaca ruang keluarga.
"Ih iya ya... " Intan melihat dadanya semakin terlihat lalu panggulnya juga terlihat besar, perutnya juga sedikit berlemak.
"Emang... ckkk yang punya badan siapa juga sampai gak sadar gitu!! " Protes Zia.
Intan mengulas senyum malu, lalu membuka bolu buatannya, adik-adiknya pun langsung menyerbu dan memakan kue buatan Intan.
Intan mengambil piring lalu meletakkan beberapa potong di atasnya kemudian membawa Kue itu ke kamar Bunda Mutia.
Intan mengetik pintu lalu setelah terdengar perintah masuk, Intan masuk ke kamar Bundanya, Intan tersenyum saat Bunda membuka tangan meminta pelukannya.
"Aaah... Anak sulung Bunda... " Kata Bunda Mutia dalam pelukan Bunda Mutia.
"Bunda Kangen banget loh kak... " Kata Bunda Mutia.
"Maaf Bun... " Kata Intan tiba-tiba air matanya menetes.
"Kamu kok nangis... ada masalah??? " Bunda Mutia khawatir.
"Intan saking kangennya sama Bunda tau... " Alasan Intan, mendadak dirinya sedih saat mengingat kehidupan di rumah tangganya amat jauh dari kata hangat seperti pelukan Bundanya.
Bunda Mutia kembali memeluk Intan dengan rasa rindunya, Intan pun menahan sekuat hati agar tak meneteskan air matanya lagi, dia tarik paksa bibirnya agar tersenyum meski sesak di dadanya.
Mereka pun melepas pelukan, Intan memberikan kue Bolu buatannya itu lalu di makan oleh Bundanya. Bunda memuji masakan Intan yang semakin enak dan baik rasanya.
"Bunda Sakit apa??? " Tanya Intan.
"Maka rindu kayaknya... " Canda Bunda Mutia.
"Bun... ih seriusan... " Kata Intan.
"Udah tua, jadi cepet capek... " Jawab Bunda Mutia.
Intan pun memijat kaki Bunda Mutia hingga Bunda Mutia merasa nyaman dan enakan bahkan sampai tertidur. Intan keluar dari kamar setelah Bundanya tertidur dan saat sampai di luar kamar bernama dengan Ayah Arsya.
"Eh Kak... udah datang... syukurlah... " Sapa Ayah Arsya.
"Iya Yah... baru aja... " Jawab Intan.
"Bunda ngapain sekarang?? " Tanya Ayah Arsya.
"Tadi Intan pijet, sekarang udah tidur Yah... " Jawab Intan.
"Alhamdulillah kalau gitu, Kak ikut Ayah keruang kerja Ayah... Ada hal yang perlu Ayah tunjukan... " Kata Ayah Arsya serius.
Intan pun mengangguk dan mengikuti Ayah Arsya dari belakang. Intan masuk ke ruang kerja Ayah Arsya, lalu duduk di hadapan meja kerja Ayah Arsya, berhadapan, mendadak dirinya mendapatkan tatapan tajam dari Ayah Arsya.
Intan menarik nafas lalu bertanya, "Ada Apa Yah?? " Tanya Intan.
Ayah Arsya tidak menjawab namun memberikan amplop coklat yang dia pegang ke Intan. Mendadak Intan merasa mengenali Amplop yang ada di hadapannya itu, namun pikiran Intan berusaha berpikir positif.
"Buka!! " Kata Ayah Arsya dingin.
Intan membuka, sedikit gemetar dan saat melihat isi di dalamnya, dada Intan mendadak berdetak lebih cepat, bagaimana bisa surat kesepakatan pernikahannya dengan Reihan sampai di tangan Ayah Arsya, batin Intan.
"Yah... Apakah Bunda... " Intan ragu untuk bertanya, jangan-jangan bunda sakit karena tau ini.
"Belum tau, jika tau Ayah tak tau bagaimana perasaan dan kondisinya... " Kata Ayah Arsya.
Intan menunduk, merasa bersalah dan merasa takut dengan tatapan Ayah sambungnya yang nampak marah sekaligus kecewa terhadapnya.
***
Up dobel ya... gantinya hari kemarin-kemarin...
Kasih dukungannya dong... biar makin semangat... 🥰🥰🥰