NovelToon NovelToon
Since You Married Me

Since You Married Me

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama
Popularitas:58.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Tiwie Sizo

DALAM TAHAP REVISI TANDA BACA

Jangan lupa follow IG Author : tiwie_sizo08

Karena insiden yang tak diinginkan, Zaya terpaksa harus mengandung benih dari seorang Aaron Brylee, pewaris tunggal Brylee Group.
Tak ingin darah dagingnya lahir sebagai anak haram, Aaron pun memutuskan untuk menikahi Zaya yang notabenenya hanyalah seorang gadis yatim piatu biasa.
Setelah hampir tujuh tahun menikah, rupanya Aaron dan Zaya tak kunjung mejadi dekat satu sama lain. perasaan yang Zaya pendam terhadap Aaron sejak Aaron menikahinya, tetap menjadi perasaan sepihak yang tak pernah terbalaskan, hingga akhirnya Aaron pun memilih untuk menceraikan Zaya.
Tapi siapa sangka setelah berpisah dari Zaya, Aaron justru merasakan perasaan asing yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Jatuh cintakah ia pada Zaya?
Akankah akhirnya Aaron menyadari perasaannya dan kembali bersama Zaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terhempas

Siang itu suasana rumah Aaron lebih ramai dari biasanya. Ada beberapa pekerja yang sedang mendekorasi aula rumah untuk dijadikan tempat pesta malam nanti. Bunga-bunga segar pun dipakai untuk menghiasi beberapa sudut ruangan, membuatnya tak hanya indah dipandang mata, tapi juga mengeluarkan aroma wangi yang menenangkan.

Dibantu oleh para pelayan di rumah Aaron, tak butuh waktu lama ruangan besar itu telah hampir rampung didekorasi.

"Nyonya, bisa tolong gendong tuan muda Al sebentar, Bu Asma sedang meminta bantuan saya." Suara pengasuh Albern sedikit mengejutkan Zaya. Pasalnya pengasuh itu tidak pernah berinisiatif menyerahkan Albern kedalam gendongan Zaya sebelumnya.

"Oh, iya. Tentu saja," jawab Zaya senang.

Dengan tersenyum lebar, Zaya mengulurkan tangannya untuk menyambut Albern yang tengah tertawa riang. Bayi gempal itu tak berhenti tertawa sedari tadi, seakan tahu jika semua orang tengah sibuk menyiapkan pesta untuk dirinya.

"Ma ma ma ma ... pa pa ...," celoteh Albern menggemaskan.

Sontak Zaya membulatkan matanya takjub. Itu adalah kali pertama Albern berceloteh 'ma ma ma', setelah sebelumnya hanya bisa menyebutkan 'pa pa pa'.

"Wah ... anak Mama sudah semakin pintar, ya. Sudah bisa panggil Mama juga," ujar Zaya bangga. Tampak Bu Asma yang ikut mendengarnya tersenyum senang dan mendekat.

"Tuan Muda Al tahu siapa ibunya, Nyonya. Dia tidak akan salah menyebut Mama pada orang lain," ujar Bu Asma penuh arti. Zaya hanya mengangguk dengan tersenyum haru. Ia sungguh tak menyangka jika ia dan putranya masih bisa punya kedekatan emosi, mengingat sangat jarang Zaya bisa punya kesempatan untuk sekedar menggendong Albern. Apalagi melakukan hal penting lainnya.

"Nyonya tenang saja, saya akan buat Farah agak sibuk siang ini, supaya Nyonya bisa puas bermain dengan Tuan Muda," ujar Bu Asma lagi. Kali ini dengan berbisik ditelinga Zaya.

Zaya melebarkan matanya, kemudian tertawa kecil. Sepertinya Bu Asma memang sengaja membuat Farah sibuk melakukan hal lain, agar Zaya punya kesempatan menghabiskan waktu dengan Albern.

Bu Asma mengedipkan matanya sebelum berlalu bersama Farah, yang dibalas acungan jempol dari Zaya.

Zaya sedikit terharu. Pelayan paruh baya yang sudah seperti ibunya itu selalu saja berusaha membuatnya bahagia. Seandainya saja tidak ada Bu Asma di rumah besar ini, Zaya tidak tahu akan seperti apa jadinya.

Hari sudah semakin sore. Aula rumah Aaron sudah selesai didekorasi dan terlihat lebih indah dari sebelumnya. Para pekerja juga sudah tidak terlihat lagi. Kini bergantian penyedia jasa catering yang datang membawa makanan dan minuman untuk pesta nanti malam. Alhasil para pelayan pun kembali mendapat pekerjaan tambahan.

Hal itu tentu saja membuat Bu Asma tak menyia-nyiakan kesempatan menahan Farah lebih lama lagi, dengan dalih membantunya agar persiapan pesta cepat selesai. Sudah pasti Zaya sangat senang, karena punya kesempatan untuk memandikan Albern sore ini.

"Di mana pengasuhnya, kenapa kau yang memandikan Albern?" Suara berat seorang lelaki mengejutkan Zaya yang tengah asyik memakaikan pakaian pada Albern.

Zaya menoleh. Tampak Aaron sudah berdiri di ambang pintu. Zaya pun mengulas sanyum dan menbawa Albern yang telah rapi mendekat ke arah Aaron.

"Bu Asma dan yang lain kewalahan mempersiapkan pestanya, lalu meminta bantuan Farah agar lebih cepat selesai. Jadi aku yang menjaga Albern. Karena sudah waktunya Albern mandi, ya aku mandikan saja," jawab Zaya sambil memberikan Albern kepada Aaron. Aaron yang awalnya terlihat tidak senang pun akhirnya melunak saat melihat senyum ceria putranya itu.

Albern kembali berceloteh sambil sesekali tertawa membuat Aaron ikut tersenyum.

"Anak Papa yang tampan, buatlah semua orang terpesona. Malam ini kaulah bintangnya, Nak." ujar Aaron sambil mencium pipi Albern.

Zaya memandang keduanya dengan perasaan yang sulit dijabarkan. Tanpa sadar bibirnya kembali menarik membentuk sebuah senyuman.

***

Zaya mematut dirinya di cermin. Gaun itu tampak sangat indah membalut tubuhnya yang ramping. Wajahnya ia poles dengan make up tipis yang terlihat natural, terakhir rambutnya disanggul ke atas dan ditambahkan sedikit aksesori. Sempurna. Rasanya inilah penampilan terbaik yang bisa ia berikan. Semoga saja ia tidak membuat Aaron merasa malu.

"Lanjutkan persiapanmu, aku akan turun duluan. Mama dan Papa sudah datang dan sedang menyambut tamu." Aaron keluar kamar terlebih dahulu. Tampak dia memakai tuxedo berwarna hitam yang membuat penampilannya terlihat makin mempesona.

Zaya hanya mengangguk. Ia memang butuh waktu beberapa menit lagi untuk mempersiapkan diri. Beberapa kali Zaya menghembuskan nafasnya untuk menetralkan detak jantungnya yang tak beraturan. Entah kenapa ia merasa sangat gugup, seperti mendapat firasat akan menghadapi hal yang besar. Mungkin memang akan ada hal besar yang akan terjadi, dan Zaya harap itu adalah hal yang baik untuknya dan juga Aaron.

Setelah memejamkan matanya dan berdo'a dalam hati, Zaya akhirnya melangkah keluar dari dalam kamarnya. Menuruni tangga dan berjalan kearah aula yang telah terlihat cukup ramai. Sudah ada Carlson, Ayah mertuanya, sedang berbicara dengan beberapa orang lelaki seusianya di sudut ruang yang agak jauh. Lalu tak jauh dari Zaya berdiri saat ini, tampak Ginna, ibu mertuanya bersama dengan Aaron dan Albern yang sedang berada dalam gendongan Farah.

Zaya pun melangkah mendekat. Tapi sejurus kemudian, ia tampak ragu melihat sekelilingnya. Semua orang terlihat asyik dengan pembicaraan masing-masing, tak ada yang melihat ke arahnya. Zaya pun menoleh ke arah Aaron dan Ginna. Dia tahu mereka menyadari kehadirannya, tapi kenapa kedua orang itu tampak tak acuh dan tak menghiraukannya. Apakah ia terlambat dan membuat suami serta ibu mertuanya itu kesal?

Langkah Zaya melambat, tapi tetap mendekat ke arah Aaron dan Ginna. Lalu sepasang suami istri paruh baya menghampiri mereka di saat Zaya sudah berdiri disamping Ginna.

"Nyonya Ginna, selamat atas kelahiran cucu Anda. Cucu Anda persis seperti Papanya, pasti besar nanti juga akan hebat seperti Papanya." Wanita paruh baya itu mengucapkan selamat sambil memeluk kilas pada Ginna.

"Terima kasih atas pujiannya." Ginna membalas pelukan itu dan tersenyum ramah. Pastilah sepasang suami istri itu merupakan orang penting, hingga membuat Ginna berusaha untuk ramah.

"Oh ya, Nyonya. Di mana menantu Anda? Saya sangat penasaran siapa wanita yang telah menaklukan hati Putra Anda yang hebat itu." Wanita itu kembali bersuara sambil tertawa kecil, di balas senyuman oleh Ginna yang tampak tak berniat untuk menjawab pertanyaan itu.

Tiba-tiba wanita itu menoleh ke arah Zaya.

"Nyonya Ginna ... apa dia ...?" tanyanya kemudian.

Ginna menoleh dan sedikit terkejut melihat Zaya, walau sejurus kemudian dia bisa menguasai dirinya lagi.

"Zaya ... kenapa kau lama sekali. Aku sudah dari tadi menunggumu," ujarnya kemudian.

"Cepatlah pergi ke dapur, lihat dan awasi makanan dan minuman, jangan sampai ada yang kurang," tambahnya lagi.

Zaya agak tercenung. Tadinya dia berpikir Ginna akan mengenalkannya pada wanita itu, tapi kenapa malah menyuruhnya pergi ke dapur untuk mengawasi makanan dan minuman. Bukankah itu tugas para pelayan? Apa jangan-jangan?

Zaya tidak sempat menyelesaikan pertanyaan dibenaknya saat wanita di hadapannya itu kembali bersuara.

"Saya kira dia menantu Anda, Nyonya. Hampir saja saya salah menyapa," ujarnya sambil tertawa tak enak hati. Sedangkan Zaya hanya diam mencoba memahami arah pembicaraan ini.

Ginna kembali tersenyum menanggapi, kemudian kembali menoleh ke arah Zaya.

"Kenapa masih di sini? Apa tidak dengar yang kukatakan tadi?" tanyanya terdengar sedikit tidak senang. Sontak Zaya mengangkat wajahnya dan mengangguk.

"Baiklah," jawabnya lirih. Dengan sedikit sedih, Zaya mulai melangkah menuju dapur. Tapi kemudian ia berhenti dan melihat ke arah Aaron.

Zaya tahu Aaron mendengarkan percakapan antara wanita paruh baya dan ibunya tadi, tapi kenapa dia masih tetap santai berbicara pada suami wanita paruh baya itu dan terkesan tidak peduli. Apa Aaron juga tidak berniat memanggilnya dan mengenalkan Zaya pada orang-orang?

"Maaf, tadi itu adalah pegawai saya yang biasa membantu di sini. Dia juga yang telah mempersiapkan pesta ini untuk cucu saya. Kerjanya cukup bagus, jadi dia agak dekat dengan saya."

Kalimat yang keluar dari mulut Ginna kali ini membuat tubuh Zaya seketika mematung. Apa itu artinya Ginna mengatakan pada orang-orang jika dirinya adalah seorang pelayan?

"Ternyata dia salah satu pelayan Nyonya Ginna, saya kira tadi menantunya. Astaga ... bagaimana bisa mata saya salah melihat." Wanita teman bicara Ginna tampak menyalahkan dirinya.

Zaya menoleh pada Aaron, berharap Aaron mengatakan sesuatu.

"Saya juga sangat penasaran dengan Nyonya muda keluarga Brylee. Di mana Anda menyembunyikannya, Tuan Aaron?" Suami dari wanita paruh baya itu ikut mempertanyakan keberadaan istri Aaron.

Zaya menegang. Ditajamkannya indra pendengarannya. Ia ingin tahu apa jawaban Aaron.

Aaron tampak tersenyum tipis.

"Maaf, Tuan, Nyonya. Istri saya tidak bisa ikut serta dalam pesta kita kali ini. Semenjak melahirkan putra kami, kesehatannya agak menurun, tidak bisa terlalu lelah. Tadi karena terlalu bersemangat dia jadi mendadak tak enak badan, akhirnya dia tidak bisa ikut bergabung dengan kita karena harus beristirahat untuk memulihkan tubuhnya."

Deg!

Jawaban Aaron membuat jantung Zaya seakan berhenti berdetak. Aaron bilang istrinya sekarang tak enak badan dan sedang beristirahat. Apakah Zaya tidak salah dengar?

Zaya tersenyum penuh ironi.

Aku sangat sehat, Aaron. Tidak ada anggota tubuhku yang sakit. Satu-satunya yang sakit adalah hatiku.

Dengan perlahan Zaya melangkahkan kakinya untuk menjauh. Samar masih terdengar olehnya Aaron yang kembali meminta maaf atas kondisi istrinya yang tidak memungkinkan untuk diperkenalkan pada orang-orang. Entah itu istrinya yang mana, Zaya tidak tahu.

Dipandanginya sekelilingnya sekilas. Tempat itu dipenuhi oleh orang-orang kelas atas yang semuanya berpendidikan, cerdas dan kaya. Tiba-tiba Zaya merasa dirinya sangatlah kecil.

Perhatian Aaron sebelumnya ternyata tak berarti apa-apa. Dan gaun yang dikenakannya ini, ternyata hanya sekedar agar dia berpenampilan sama dengan yang lainnya. Tidak ada maksud lain. Zaya menyesal telah berpikir terlalu banyak sebelumnya. Seharusnya ia tidak berkhayal terlalu tinggi tentang Aaron. Harusnya jangan terlalu mudah untuknya melambungkan diri diawang-awang, karena pada akhirnya ia hanya akan terhempas. Dan sudah pasti rasanya amat sangat sakit.

Bersambung ....

1
Erlin Pusfita Sari
sudh sejauh in,,novel ini yg terus buat aku nangis bacanya.😭
Resdianti Sungkono
dimana bisa baca yang versi sebelum direfisi..../Sob//Sob//Sob//Sob/
Nurmintaito Pulungan
Luar biasa
Nurmintaito Pulungan
Kecewa
widya kartika
Luar biasa
Trisna
dengar itu petuah dari mertua mu zaya.
jangan sedikit-sedikit marah, menangis 😭 dan Mengabaikan suami.
Trisna
astaga Albert .....
bisa-bisanya mamanya dikasi. zombie
Trisna
ehem-ehem Aaron siap-siap aja ya
qiana shanum
Luar biasa
Trisna
setelah berpisah....
baru merasa kehilangan ya Aaron
waktu zaya kau menghina dan menyeretnya seperti sampah di rumah mu menyakiti nya di tempat tidur dia tetap memaafkan dan bertahan padamu.
dia tidak meminta hartamu Aaron hanya kasih sayang perhatian atau lebih tepatnya CINTA.

tapi setelah berpisah baru kau merasa kehilangan
masih waras kah Aaron?
Trisna
tetap lah Aaron....
karena zaya patut di perjuangkan
Trisna
Terlalu lemah jadi perempuan
seganti g apapun laki-laki kalau tak bisa menghargai ya percuma
Deasy Dahlan
Mau dong thorr
Trisna
istimewa tapi hanya menurutmu saja
Deasy Dahlan
Arron.... Dasar laki laki gk punya perasaan
Deasy Dahlan
Kadian... Zat.. Semangat zaya
Deasy Dahlan
Salam kenal ya thorr.. Semoga ceritanya selalu menarik thorr
Anonymous
keren
Supiah Susilawati
Luar biasa
fei yuu
ktny banyak part yg ilang yah thor, aku jd penasaran ingin baca🤔, jrang bgt nemu novel bagus kaya gini...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!