mengikuti perjalanan Kaelan, seorang remaja yang terjebak dalam rutinitas membosankan kehidupan sehari-hari. Dikelilingi oleh teman-teman yang tidak memahami hasratnya akan petualangan, Kaelan merasa hampa dan terasing. Dia menghabiskan waktu membayangkan dunia yang penuh dengan tantangan dan kekacauan dunia di mana dia bisa menjadi sosok yang lebih dari sekadar remaja biasa.
Kehidupan Kaelan berakhir tragis setelah tersambar petir misterius saat dia mencoba menyelamatkan seseorang. Namun, kematiannya justru membawanya ke dalam tubuh baru yang memiliki kekuatan luar biasa. Kini, dia terbangun di dunia yang gelap dan misterius, dipenuhi makhluk aneh dan kekuatan yang tak terbayangkan.
Diberkahi dengan kemampuan mengendalikan petir dan regenerasi yang luar biasa, Kaelan menemukan dirinya terjebak dalam konflik antara kebaikan dan kejahatan, bertempur melawan makhluk-makhluk menakutkan dari dimensi lain. Setiap pertarungan mempertemukan dirinya dengan tantangan yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raven Blackwood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Baru, Babak Baru
Keesokan harinya, suasana di arena semakin panas. Matahari pagi baru saja muncul dari balik bukit, tapi kerumunan penonton sudah memenuhi tribun, menunggu kelanjutan dari turnamen yang telah menyedot perhatian seluruh kota. Kaelan berjalan dengan tenang menuju arena, matanya menyusuri wajah-wajah antusias yang tidak sabar menyaksikan pertarungan berikutnya. Adrenalin kembali mendidih di dalam darahnya.
Di pintu masuk arena, sebuah papan besar memajang status terbaru turnamen—sebuah tabel yang menunjukkan siapa saja yang telah lolos dan siapa yang sudah tersingkir. Kaelan mendekat dan memperhatikan dengan seksama.
Tabel Pertarungan:
Babak Awal:
Grup A:
Kaelan (Lolos)
Aesir ‘Si Tangan Baja’ (Lolos)
Renara ‘Tombak Api’ (Tersingkir)
Vargan ‘Sang Petarung Darah’ (Tersingkir)
Grup B:
Seron ‘Sang Penunggang Badai’ (Lolos)
Thalia ‘Pembawa Pedang Ganda’ (Lolos)
Fenrik ‘Si Penghancur’ (Tersingkir)
Markas ‘Pemilik Mata Malam’ (Tersingkir)
Grup C:
Zaro ‘Sang Pemburu Bayangan’ (Lolos)
Lilith ‘Si Penyihir Gelap’ (Lolos)
Ruvan ‘Penghancur Dinding’ (Tersingkir)
Tarin ‘Si Pengendali Besi’ (Tersingkir)
Turnamen ini terdiri dari beberapa grup, dengan setiap grup terdiri dari empat orang. Dua petarung terbaik dari masing-masing grup akan melaju ke babak selanjutnya, dan pada akhirnya, hanya akan tersisa sepuluh orang terkuat yang akan bertarung di final. Tapi itu masih lama. Sekarang, turnamen baru saja memasuki babak pertengahan, dan Kaelan tahu dia masih harus menghadapi beberapa petarung kuat di grup lainnya.
“Jadi, kau lolos ke babak selanjutnya, ya?” Sebuah suara familiar memecah konsentrasinya. Pria yang kemarin berbicara dengannya saat menonton pertarungan kini berdiri di sampingnya lagi. Kali ini, dia tersenyum lebih lebar, tampak santai dan tidak terburu-buru. “Tidak buruk untuk pemula.”
Kaelan hanya mengangguk. “Lawan-lawan yang lebih kuat masih menunggu. Tidak ada alasan untuk puas.”
Pria itu tertawa. "Bagus. Kau punya mental yang tepat. Sekarang, babak berikutnya akan lebih menarik. Kau akan bertemu dengan petarung yang lolos dari grup lain. Aesir di grupmu itu cukup berbahaya. Dia sudah beberapa kali masuk daftar 100 orang terkuat."
Kaelan melirik tabel, melihat nama-nama yang terdaftar. Aesir seorang petarung yang dikenal dengan kekuatan fisik luar biasa dan tubuh yang sekeras baja. Dia bukan orang sembarangan.
"Apa kau tahu lebih banyak tentang Aesir?" tanya Kaelan, penasaran.
"Sedikit." Pria itu menyilangkan tangannya di dada. "Dia sudah bertahun-tahun bertarung di turnamen seperti ini. Tubuhnya seperti dilapisi baja, sulit untuk ditembus. Bahkan senjata paling tajam pun hampir tidak bisa melukainya. Tapi seperti semua orang kuat lainnya, dia punya kelemahan. Masalahnya, tidak banyak yang tahu apa kelemahannya."
Kaelan mendengarkan dengan cermat. Informasi seperti ini bisa jadi kunci untuk bertahan dalam pertarungan yang semakin sulit.
“Lalu, ada Seron,” lanjut pria itu sambil menunjuk ke nama di grup B. “Dia bukan sekadar petarung biasa. Dia menggunakan kiryoku angin dalam pertarungannya. Setiap serangan pedangnya disertai oleh badai kecil. Cepat, mematikan, dan hampir mustahil ditebak.”
Kaelan menatap nama itu, merasa tantangan semakin dekat. Seron pasti akan menjadi salah satu lawan terberat jika mereka bertemu nanti. Tapi itu tidak membuatnya gentar justru semakin membuat darahnya bergejolak.
“Dan Lilith di grup C,” pria itu menambahkan, “penyihir dengan kemampuan manipulasi kegelapan. Ilusinya sangat berbahaya, bisa membuat musuh kehilangan arah di tengah-tengah pertarungan.”
Setelah mendapatkan sedikit informasi penting ini, Kaelan merasa lebih siap menghadapi apa yang akan datang. Turnamen ini bukan sekadar adu fisik ini adalah permainan strategi, pengalaman, dan pengetahuan. Semakin dia tahu tentang lawannya, semakin besar peluangnya untuk menang.
Saat Kaelan berbalik, suara pengumuman menggelegar dari pengeras suara arena. “Perhatian untuk semua peserta! Jadwal pertarungan babak berikutnya telah ditetapkan. Bersiaplah untuk pertarungan yang akan segera dimulai!”
Kaelan mendekati papan pengumuman lagi dan melihat daftar baru yang diperbarui:
Jadwal Babak Pertengahan:
Pertarungan 1: Kaelan vs. Renara ‘Tombak Api’
Pertarungan 2: Aesir ‘Si Tangan Baja’ vs. Vargan ‘Sang Petarung Darah’
Pertarungan 3: Seron ‘Sang Penunggang Badai’ vs. Fenrik ‘Si Penghancur’
Pertarungan 4: Lilith ‘Si Penyihir Gelap’ vs. Thalia ‘Pembawa Pedang Ganda’
Kaelan menarik napas dalam. Pertarungannya hari ini melawan Renara, petarung yang telah tersingkir di babak sebelumnya. Meskipun dia sudah kalah, turnamen ini memungkinkan petarung yang kalah untuk bertarung sekali lagi demi memperbaiki peringkat mereka, atau setidaknya membuktikan diri di hadapan penonton. Bagi Kaelan, ini adalah kesempatan untuk mengukur seberapa jauh kemampuannya berkembang dalam waktu singkat ini.
“Renara tidak mudah diremehkan,” gumamnya pelan, mengenang bagaimana petarung wanita itu memegang tombak apinya dengan lincah di pertarungan sebelumnya. Dia mungkin kalah dari Aesir, tapi Kaelan tidak bisa mengabaikan kecepatannya yang luar biasa.
**
Saat pertarungan dimulai, Kaelan berdiri di tengah arena yang telah dipenuhi penonton. Di seberang arena, Renara sudah bersiap dengan tombak apinya, kilatan tajam di matanya menunjukkan bahwa dia siap memberikan segalanya. Cahaya matahari pagi menyinari arena, memantulkan kilau api dari tombaknya yang tampak semakin menyala.
"Kaelan," panggil Renara dengan nada penuh tekad, "kita tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Kali ini, aku akan menunjukkan kekuatanku sepenuhnya."
Kaelan hanya tersenyum tipis. "Aku harap begitu."
**
Pertarungan dimulai dengan ledakan kilatan api dari Renara yang meluncur cepat ke arah Kaelan. "Wuusss!" Tombaknya menembus udara dengan kecepatan mengerikan, berusaha menghantam Kaelan tepat di titik lemah. Namun, dengan gerakan cepat dan gesit, Kaelan menghindar, lalu berbalik menyerang balik dengan pedangnya.
"Zraakk!" Kedua senjata mereka bertabrakan, menciptakan percikan api di udara. Penonton bersorak riuh melihat pertarungan yang penuh energi dan ketegangan. Kaelan merasakan dorongan tombak Renara, tapi dengan cepat dia menyalakan kiryoku petirnya, tubuhnya dikelilingi oleh kilatan listrik.
"Seranganku belum berakhir!" teriak Renara, lalu dengan gerakan lincah, dia berputar dan menyerang Kaelan dengan serangkaian tusukan cepat. Kaelan memblokir setiap serangan, tapi dia tahu Renara tidak main-main. Setiap serangan semakin kuat dan semakin cepat.
"Wusss...! Zraakk!"
Kaelan menyeringai, merasakan tekanan yang semakin menantang. Ini adalah pertarungan yang sesungguhnya, pertarungan di mana dia harus menggunakan semua kekuatannya. Tapi dia juga tahu bahwa Renara belum mencapai batasnya. Dan begitu pula dirinya.
**
Sementara itu, jadwal pertarungan berikutnya terus diumumkan, dan para petarung di seluruh arena bersiap untuk menghadapi nasib mereka. Pertarungan demi pertarungan akan semakin mempersempit jumlah petarung hingga hanya tersisa sepuluh orang terkuat. Bagi Kaelan, ini hanyalah awal dari perjalanan panjang menuju kejayaan.
"Ini baru permulaan," gumamnya pada dirinya sendiri, mengunci pandangannya pada Renara yang siap menyerang lagi. "Mari kita lihat seberapa jauh aku bisa melangkah."
coba cari novel lain trus cek buat nambah referensi 🙏