Bercerita tentang seorang permaisuri bernama Calista Abriella, yang telah mengabdi pada kekaisaran selama 10 tahunnya lamanya. Calista begitu mencintai Kaisar dan rela melakukan apa saja untuknya, namun cinta tulus Calista tak pernah berbalas.
Sampai suatu peristiwa jatuhnya permaisuri ke kolam, membuat sifat Calista berubah. Ia tak lagi mengharap cinta kaisar dan hidup sesuai keinginannya tanpa mengikuti aturan lagi.
Kaisar yang menyadari perilaku Calista yang berbeda merasa kesal. Sosok yang selalu mengatakan cinta itu, kini selalu mengacuhkannya dan begitu dingin.
Akankah sifat Calista yang berbeda membuat kaisar semakin membencinya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kleo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 - Kilas Balik
...Kilas balik...
“Lapor, Yang Mulia. Saya mendapat kabar baginda Kaisar akan kembali hari ini!”
“Benarkah? Kalau begitu cepat siapkan perayaan dan jangan ada kesalahan sedikit pun!”
“Baik, Yang Mulia. Saya akan menjalankan perintah Anda!” Kepala pelayan pun pergi meninggalkan ruangan.
Abella yang begitu senang karena sang suami telah pulang dari medan perang segera memerintahkan para pelayan untuk mendandaninya.
“Cepat bawa perhiasan paling mahal dan gaun paling indahku!”
Jantung Abella berdebar tak karuan, sudah lebih dari dua tahun lamanya sang Kaisar tak pulang, dan kini kembali dengan kabar kemenangan.
Melihat dirinya sendiri di cermin, Abella merasa dirinya telah sempurna. Ia bersama pangeran mahkota berjalan menuju gerbang istana. Berniat menyambut sang kaisar di sana.
“Ibu benarkah ayah akan pulang hari ini?”
“Ya, ayahmu akan pulang hari ini, jadi berdiri tegaklah di tempatmu, dan tunjukkan sosok pangeran mahkota yang benar!” perintah Abella.
Sorot mata Theodore berubah sendu ketika mendengar nada bicara sang ibu, tapi tetap saja ia tersenyum. “Baik, Bu.”
Theodore pun berdiri di samping sang ibu, dirinya juga tak sabar menanti kedatangan sang ayah, ia ingin memeluk dan menceritakan apa yang telah dipelajarinya selama ini.
Tak lama iring-iringan Kaisar pun datang, Calista tersenyum senang melihat kaisar memimpin iringan di baris pertama, semakin dekat iringan, semakin berdetak pula jantung Calista.
Namun senyum itu dengan cepat memudar, ketika melihat Kaisar membawa seorang wanita dengannya, bahkan di satu kuda yang sama.
‘Siapa dia? Siapa wanita yang berani berada di dekat suamiku?’Calista.
Kuda kaisar berhenti tepat di hadapan Permaisuri dan Theodore. Leonardo pun turun dari kudanya bersama wanita itu. Semakin perih perasaan Calista, melihat Leonardo yang tersenyum ramah ke wanita itu sambil membantunya turun.
‘Selama pernikahan kita, kau tak pernah tersenyum lepas seperti itu padaku, Leon. Tapi mengapa? Dengan orang asing kau begitu mudahnya tersenyum’. Calista
Leonardo menggenggam tangan sang wanita dan berjalan ke tempat Calista dan Theodore berdiri.
“Kenalkan, Namanya Selene, mulai hari ini dan seterusnya ia akan tinggal di istana”
“Kenapa? Kenapa wanita ini bisa tinggal di istana? Bisakah Anda menjelaskannya pada saya dari mana asal usulnya?” tanya Calista
“Dia adalah seorang budak yang menyelamatkan nyawaku, berkatnya panah beracun yang melesat ke arahku meleset,”
“Wanita ini hanya seorang budak, lantas apa statusnya hingga bisa tinggal di istana?”
“Selene bukan lagi seorang budak, dia akan jadi selirku, bukan selir biasa tapi ia akan menempati posisi sebagai selir kesayangan.”
Bagai tersambar petir siang bolong, Calista yang mendengar itu seketika terdiam, ada rasa hancur dan sesak secara bersamaan. Ingin rasanya ia berteriak pada Kaisar, tapi posisi yang ia duduki dan peraturan istana yang selalu menjadi tuntunannya, mengharuskannya untuk tenang.
Calista menarik nafas panjang, dengan tubuh bergetar ia tetap berusaha berbicara santai, dan memasang ekspresi datarnya.
“Salam kenal, aku Selene. Kita akan berbagi suami yang sama Calista,” ucap wanita itu sambil mengangkat tangannya untuk berjabat tangan.
Mata Calista melebar, mendengar perkataan tak sopan Selene di depan umum. Alih-alih membalas, Calista menatap sinis wanita itu.
“Bagaimana bisa Anda menjadikan orang tak sopan ini sebagai selir? Bahkan di saat ia belum melakukan upacara, dia berani mengatakan hal seperti itu!”
“Tidak bisakah kau memaklumi hal yang dia lakukan, Calista? Kau seorang permaisuri mengertilah sedikit!” balas Leonardo.
“Justru karna saya seorang permaisuri, saya berkata demikian.”
Kaisar tak menjawab, ia mengacuhkan Calista dan mulai berbicara pada putranya yang berdiri di samping sang ibu.
“Theodore putraku, ambillah ini untukmu,” Kaisar mengeluarkan boneka kuda yang terbuat dari tanah liat.
Raut wajah Theodore yang sejak tadi telah berubah, tampak memasang senyum paksa. “Terima kasih, Ayah.”
Leonardo tertawa kecil sambil mengusap rambut putranya, “Ayah tak percaya kau telah tumbuh besar dan menjadi putra yang sangat berbakat,”
“Teruslah jadi kebanggaan kekaisaran ini Theodore, sehingga nanti kau akan menjadi Kaisar menggantikan ku,"
“Ya, Ayah, aku akan memegang ucapanmu selalu.”
Leonardo pun mengajak masuk Selene ke dalam istana tanpa memedulikan Calista dan Theodore lagi, diikuti dengan iring-iringan yang secara perlahan masuk.
Melihat para pelayan yang masih berdiri di tempatnya, Calista pun memerintahkan mereka.
“Ayo, kembalilah ke istana dan siapkan semuanya yang di perlukan untuk perjamuan juga fasilitas lainnya!”
“Baik, Yang mulia!” jawab para pelayan yang kemudian meninggalkan tempat.
Kini hanya keduanya lah yang tersisa di sana, Theodore yang berdiri di samping Calista, menatap ibunya begitu lekat. Sosok yang terus saja berdiri tegap dengan wajah yang begitu tenang, bahkan di saat ia mendengar kenyataan.
Theodore merasa sedih juga marah melihat kondisi ibunya. Tanpa sadar ia mengepalkan tangannya cukup keras, hingga boneka kuda pemberian kaisar itu pun hancur di tangannya.
Sekembalinya Calista ke istana, ia langsung pergi ke ruang kerja Kaisar. Calista ingin tahu penjelasan kaisar tentang Selir. Langkahnya tergesa membawanya membuka pintu dengan keras. Membuat orang yang berada di ruangan menatap langsung ke arah pintu.
“Permaisuri, apa yang membuatmu kemari?”
“Aku tahu kau baru kembali hari ini Leon. Tapi tolong jelaskan padaku tentang adanya selir di istana ini?”
“Bukankah aku sudah jelas mengatakan alasannya. Penjelasan apa lagi yang kau inginkan, permaisuri!”
“Tidakkah kau ingat, Leon. Dengan janji pernikahan kita, janji yang ku ajukan untukmu dan kau menyetujuinya!”
“Janji bahwa kau bersedia mengosongkan posisi selir jika aku dinobatkan sebagai permaisuri dan selama menjadi istrimu!”
Tak ada ekspresi yang berbeda dari wajah Kaisar, ia masih duduk di mejanya dengan tenang, memandang Calista dengan tatapan sinis.
“Itu hanya masa lalu dan aku sudah melupakannya, lagi pula aku seorang kaisar, mudah bagiku untuk mengambil keputusan apa pun.”
“Dalam pernikahan kita yang buruk ini, kau pun di untungkan bukan. Kau menjadi permaisuri dan putramu akan menjadi kaisar di masa depan, lantas masihkah kau mengharapkan yang lain dalam pernikahan ini?”
“Ya, aku mencintaimu. Dan janji yang kau ucapkan itu, adalah janji yang harus kau jalankan, meski kau tak mencintai aku dalam pernikahan ini, aku masih istrimu Leon!”
“Baiklah, kau katakan ‘selama' bukan?” Kaisar mengambil sebuah kertas dari lacinya dan menandatangani surat tersebut.
“Ini Ambillah! Jika kau menandatanganinya maka tak ada ikatan lagi di antara kita, kau tak berhak mengatakan apa pun lagi tentang yang aku lakukan, dan kau pun bebas dari istana ini."
Calista terdiam, melihat surat perceraian di tangannya. Perasaannya semakin hancur, di saat ia hanya meminta penjelasan tentang status selir, tapi ini yang malah ia dapatkan, seolah semua perjuangan yang ia lakukan selama ini sia-sia.
“Kau tak ingin menandatanganinya bukan? Kau pun tak rela untuk melepas status permaisurimu itu? Maka dari itu pergilah Permaisuri, urus saja urusanmu, dan jangan pernah mengingatkanku lagi tentang janji pernikahan!”
“Sebegitu bencinya kah kau denganku Leon? Di saat aku begitu mencintaimu? Aku hanya meminta penjelasanmu karna kau suamiku,” balas Calista dengan suara serak dan sorot mata yang berubah sendu.
“Ya, singkatnya aku begitu membenci semua tentang dirimu!” jawab Kaisar yang masih saja dengan ekspresi santainya.
...Kilas Balik Selesai...
“Tidak!” Calista berteriak nyaring.
“Yang Mulia!”
“Yang Mulia, Anda tak papa?” tanya Daisy yang melihat permaisuri tiba-tiba berteriak.
Seketika Calista tersadar dari lamunannya. Ia melihat ke arah tiga pelayan yang memasang wajah khawatir itu.
“Apa aku membuat kalian khawatir?”
Ketiganya mengangguk secara serentak, membuat Calista tersenyum kecil.
“Maaf, jika aku menyusahkan kalian.”
Ketiga pelayan itu tertegun untuk ke sekian kalinya mendengar tuannya yang bersikap aneh. Tapi kali ini bukan itu hal yang penting, karna sekarang Calista harus menghadiri perjamuan istana.
sblmnya aku mendukung Aaron, skrg males banget