Doa Ibu

Perasaan mulai tumbuh di hati, tak bisa ku pungkiri kalau rasa itu nyata.

******

Bruuuuukkkkkkk...

"Auuuuuuuuu.. lu apa-apan sih dateng-dateng dorong orang" kak Habibi merintih kesakitan karna Noval mendorong dengan keras.

" Kamu ngapain pegang Aryani? "

" Val, kamu kenapa sih? dia cuma bantuin aku "

" Jadi kamu lebih membela dia? daripada aku? "

" Bukan begitu maksudku "

" Sudahlah.. " Noval pergi dengan wajah yang kecewa, entahlah kenapa dia seperti ini.

Pelajaran sudah mau memulai, kami belajar dengan giat karna sudah mendekati Tes akhir semester.

Tak terasa pelajaran sudah selesai, bel istirahat berbunyi di seluruh kelas.

Satu demi satu anak-anak mulai pergi dari kelas, untuk membeli jajan di Kantin.

Namun aku enngan pergi dari kelas karna sebenarnya dari tadi telingaku mendenging dan terasa sakit.

Aku putuskan untuk tetap tinggal di kelas sendirian karna aku menyuruh teman-temanku untuk tidak menghawatirkanku.

Ketika aku sedang menempelkan kepalaku di meja menahan sakit yang masih kurasa,

Tiba-tiba ada yang mengetuk meja sehingga membuatku mendongakkan kepalaku.

" Ini aku bawa bekal, kamu makan dulu aku tungguin kamu dari tadi di Kantin tapi kamu tidak datang kata Tika kamu di kelas. "

" Tidak usah, kamu makan saja bekalnya. " ucapku.

Akupun kembali menempelkan kepalaku dimeja, karna setiap hari telingaku sangat sakit.

" Kamu mau makan sendiri atau aku yang suapin. "

Mendengar ucapan seperti itu, aku langsung memakan bekal Noval.

Karna tidak mungkin di sekolah di suapi dia.

"Kalau memang sakit katakan sakit jangan di pendam. " Noval yang sedari tadi melihatku kini dia bersuara seakan dia tahu kalau aku memang menahan sakit .

" Tidak, aku khawatir ibuku akan cemas, kalau tau aku merasakan sakit yang luar biasa ini. "

" Justru jika terjadi sesuatu kepadamu ibumu akan merasakan sedih, "

Aku terdiam termenung mendengar penuturan Noval.

Pukul 12:00

Noval sudah menunggu di depan kelas untuk membantuku, karna memang bel pulang sudah berbunyi yang artinya kami pulang kerumah masing-masing.

Aku meraih tongkat ku Tika dan luki membantu memapah tubuhku.

Setelah berada di Parkiran sekolah ku lihat teman-temanku sudah menunggu, kami akhirnya pulang.

Di dalam perjalanan terasa sunyi yang biasanya di penuhi dengan canda tawa.

Lagi-lagi rasa sakit itu muncul kembali sehingga membuatku semakin pusing, karna sakit itu begitu tak tertahankan aku mencoba menyadarkan kepalaku di punggung Noval.

" Kamu kenapa Arr..? "

" Gak papa kok, hanya terasa sedikit pusing. "

Noval memberhentikan laju sepedanya dan melihatku .

" Kamu pucat sekali...? "

" Tidak apa-apa kok Val...! "

" Kamu ingin mendengarkan lagu agar kamu bisa tenang, karena perjalan masih jauh"

Aku mengangguk... setuju akan saran Noval.

Noval memasangkan kabel headset dan menempelkan headset itu di telinga yang sebelah kiri karna Noval tau aku merasa sakit di sebelah kanan.

Noval mulai mencari-cari lagu di ponselnya.

Terdengar suara lagu yang melow dan pas untuk di dengarkan dalam perjalanan yang di penuhi dengan perkebunan.

🎧 yang di dengarkan...

Dahulu terasa indah.

Tak ingin lupakan.

Bermesraan selalu menjadi kenangan.

Yang manis.

Tiada Yang salah.

Hanya aku manusia bodoh.

Yang biarkan semua ini mempermainkanku.

Berulang-ulang kali.

Mencoba bertahan sekuat hati.

Layaknya karang yang dihempas

Sang ombak.

Jalani hidup dalam buai belaka.

Serahkan cinta tulus di dalam takdir.

Tak ayal tingkah lakumu.

Buatku putus asa.

Kadang akal sehat ini.

Belum cukup membendung nya.

Hanya kepedihan .

Yang selalu datang menertawakanku.

Engkau belahan jiwa.

Tega menari di atas tangisku.

ADA BAND "Manusia Bodoh"

Karna sangking asiknya mendengarkan lagu tak terasa kini kami sudah sampai rumah..

Ibuku sudah menyambut ku di depan rumah.

Aku turun dari sepeda namun aku melihat ibuku ada banyak.

Aku bingung kenapa ibu ada banyak sekali ku coba mengucek mataku berulang-ulang tetap saja ibu ada banyak, lalu mana yang asli ibuku.

Aku coba menutup satu mataku.

Kini terasa jelas bahwa yang ku lihat tadi adalah ilusi.

Mungkin sakitku semakin parah..

Air mata lolos dari pipiku, ketakutan mulai memenuhi ruang kalbuku.

Telingaku mendenging begitu hebatnya.

Tiiiiiiinnnggggggg...

Aku mencoba bertahan di depan ibuku.

Walau rasa sakit datang menerpa, sekuat tenaga aku mencoba untuk tetap berdiri tegak tak ingin melihat ibu menghawatirkanku.

Sudah cukup air mata yang ibu keluarkan hanya untuk seorang anak nakal ini.

Namun...

Aku sudah tetap tak bisa menopang tubuhku lagi.

****

Hai maaf jika banyak typo maupun alur yang lambat dan jelek, karna author masih tahap dalam belajar, tetap dukung author yah, like dan komen yang lucu-lucu saja itu sudah membuat author semangat.

Terus nantikan DOA IBU ini update karna perjalanan mungkin masih panjang.