Reina Amelia merupakan pembunuh bayaran terkenal dan ditakuti, dengan kode name Levy five. Sebut nama itu dan semua orang akan bergidik ngeri , tapi mati karena menerima pengkhianatan dan gagal misi.
Namun, Alih-alih beristirahat dengan tenang di alam baka, jiwa Reina malah masuk ke tubuh seorang siswi bernama Luna Wijaya yang merupakan siswi sangat lemah, bodoh, jelek, dan menjadi korban bullying di sekolah.
Luna Wijaya, yang kini dihuni oleh jiwa pembunuh bayaran, harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kehidupan sekolah yang keras hingga mencari cara untuk membalas dendam kepada keluarga dragon!
“Persiapkan diri kalian … pembalasan dendamku akan dimulai!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Baru saja kedua orang itu hendak berjalan, namun langkah keduanya telah berhenti kala suara mikrofon sekolah berkumandang.
“Kepada Luna Wijaya kelas 11-A. Diharap menuju ruang BK, sekali lagi, kepada Lunawa Wijaya kelas 11-A diharap segera menuju ruang BK.”
Luna mendesah sebab kejadian yang tiba-tiba ini, mengapa ia harus berada di ruang BK padahal ia tidak melakukan apapun. Jika diasumsikan Luna bisa menebak, pasti ini ulah dari Tina si bocah manja nan kaya.
Biasa anak dengan pandangan donatur tertinggi di sekolah, menyakiti anak itu sama saja melawan pihak sekolah itu sendiri.
Rasanya malas sebenarnya, tapi Luna tidak punya pilihan lain.
“Mau kutemani?” tawar Al.
“Gak perlu,” ucap Luna. “Lagian cuma aku yang dipanggil. Aku ke BK sebentar ya, Al!’ Luna melambaikan tangan lalu bergegas menuju ruangan BK.
\*
Seperti yang orang lain katakan, Luna benar-benar sudah berubah. Buktinya ini pertama kali baginya pergi ke ruangan BK.
Saat ia memasuki ruangan BK. Ia mengerutkan kening, ia tidak sendirian. Ternyata ada siswa badung pembuat onar, Brian. Lelaki yang dulunya disukai Luna.
Brian menatap lekat tubuh cantik milik Luna, sudah dipastikan bahwa ia sangat tertarik. Brian pun tersenyum dan melambaikan tangan, yang biasanya mampu membuat para wanita menjerit kesenangan.
Namun alih-alih senang, Luna malah menampilkan wajah musan dan jijik. Ia tak akan pernah lupa apa yang telah dilakukan pria itu selama ini oleh pemilik tubuh ini.
“Anda boleh duduk, Luna.” Seorang pak tua berkata, nadanya menggambarkan ketenangan dan keangkuhan. Sebut saja pak bowo selaku kepsek.
Luna menganggukan kepala, berjalan santai lalu duduk di sana. Siap mendengarkan apa yang salah.
“Dan untuk nak Brian, kamu sudah boleh pergi. Sekarang saya mau bicara dengan Luna.”
Brian menggelengkan kepala. “Aku bakal nemenin dia pak, kasihan anak gadis sendiri. Pasti kesepian dan takut.”
“Huwek … dih!” Luna tak bisa menahan rasa jijiknya. Ia kenal dengan seseorang narsis seperti Brian, seorang pria yang selalu gatel dengan wanita manapun, dan menurutnya ia mirip dengan levy one. sikap narsisnya membuat dia jengah sampai mau membunuhnya.
Sementara itu, mendapatkan respon dingin dan cuek malah membuat hati Brian makin bergetar. ‘sungguh cantik. tak kusangka Luna berubah sebesar ini!’
“Oke lah kalau begitu.” Pak Kepsek pasrah dan menurut, Brian juga merupakan siswa pembagi donatur tertinggi, jadi ia bebaskan saja. “Bapak langsung ke topik saja. Apa benar kamu menjahili dan menindas Tina Ningsari Ningsih?”
Alis Luna bertaut sebab mendengar pertanyaan konyol itu. “hah?! Gimana?”
Walau ada sedikit keterkejutan sebab nada suara Luna menaik, Kepsek agak kaget. Namun ia membuat diri setenang mungkin sebelum melanjutkan. “Apa benar kamu yang menjahili Tina?”
Luna langsung merubah wajahnya menjadi tajam hingga membuat dua orang itu bergidik ngeri.
Jelas sekali Kepsek ini melakukan hal yang kliru. Pertama menuruk ingatan yang dimiliki Luna, kepsek ini suka dengan uang kotor alias korupsi. Banyak anak menjadi korban tindasan seperi Luna, namun ia tetap tutup mulut. Bahkan mengabaikan siswa-siswi seperti itu, alasan terbilang gampang. Karena penindas pasti adalah donatur dari sekolah dan kepsek tidak berani turun tangan.
Kedua, ia juga bungkam masalah saat Luna didorong di kolam renang sekolah. Seharusnya jika melihat cctv ia tahu jelas bahwa Tina adalah pelaku dan menurut hukum, ia bisa saja di DO bahkan di penjara. Namun karena adanya uang pak Kepsek ini diam saja.
Ketiga, sekarang dia malah membalikan fakta? Membuat seolah-olah Luna adalah korban. Jangan bercanda!
Emosi gadis itu mencuat-cuat.
“Apa bapak bercanda? Apa bapak buta?”
Pertanyaan itu membuat kepsek makin ketakutan, bahkan dia berkeringat dingin. Hanya untuk seorang bocah yang kurang lebih berumur 17 tahun.
“Sekarang saya kembali bertanya. Apa Anda pura-pura buta saat saya ditindas?”
Kepsek itu terdiam.
“Apa Anda pura-pura tak melihat saat makanan saya ditaruh kecoak oleh pria brengsek ini!” Luna menunjuk ke arah Brian yang malah lelaki itu tersenyum.
“Saya sudah melapor berulang kali, tapi Anda tetap tidak melakukan apapun. Apa ini namanya keadilan?”
Kepsek masih terdiam. Gadis itu benar.
“Dan saat saya hampir mati karena di dorong oleh Tina, harusnya anda tahu, bukan?” tanya Luna dengan senyuman licik.
Brian tidak paham dengan apa yang dibicarakan oleh Luna. Bukankah kejadian seminggu yang lalu murni oleh kecelakaan. “Didorong? Apa maksud—-”
“saya paham! Saya yang salah!” seru pak kepsek panik. Apapun itu jangan yang itu. Jika seorang kepsek membiarkan insiden pembunuhan begitu saja, maka hilang sudah jabatannya. Paham bahwa Luna sudah bukan Luna yang dulu Pak Kepsek tersenyum. “Kamu sudah boleh kembali, maaf mengganggu waktumu.”
“Cih!” desis Luna kesal. “satu hal lagi. Anda membangun singa yang seharusnya tidak Anda lawan … sekarang singa itu terlanjur menerkam Anda. jika seorang kepala sekolah memakan uang korupsi, dan membiarkan insiden pembunuhan terjadi. Apa yang akan orang lain katakan, ya?” Luna tertawa sinis. “pasti jabatan anda akan hilang.”
“LUNA!” karena ketakutan yang mendalam pak kepsek tanpa sadar berseru.
Luna tersenyum, lalu beranjak pergi. “kalau begitu saya permisi, pak kepsek. Semoga hari esok masih tenang … ya semoga.”
Brak! Luna menutup pintu dengan keras.
Sementara pak tua itu merosot dan jatuh di kursi dengan gemetaran. Ia sangat takut dengan ancaman itu! Apapun harus ia lakukan agar gadis muda itu bungkam, ya apapun! Atau nasibnya akan kandas.
Brian disisi lain, sama sekali tak paham arah pembicaraan. Tapi yang jelas sifat berani dari Luna membuatnya makin bergairah. “Sungguh wanita yang sangat cantik.”