Kisah Nyata : Adakalanya cinta itu memang harus dilepas, bukan karena jika bersama akan saling menyakiti, Namun...jika terus bersama, akan ada banyak hati yg tersakiti.
Diangkat dari kisah nyata, Adeeva seorang guru honorer yang di buat jatuh cinta oleh Adrian, seorang pria berprofesi sebagai polisi. Kegigihan Adrian membuat Adeeva luluh dan menerimanya.
Namun masalah demi masalah pun mulai bermunculan. Membuat Adeeva ingin menyerah dan berhenti. Bagaimana cara mereka menyelesaikan permasalahan yang ada? Akankah mereka bisa bersatu atau justru harus saling merelakan?
Temukan jawabannya di novel ini. Yang akan membuatmu masuk ke dalam kisah percintaan yang mengharukan.
Note : Demi menjaga privasi tokoh sebenarnya, semua nama dan lokasi kejadian sudah di rahasiakan.
follow saya di
Ig : lv.edelweiss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LV Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epilog 3
Adrian duduk di tepi meja kerjanya. Dia mebolak-balikkan beberapa helai kertas. Tak tahu apa yang tengah dia amati. Nampaknya sesuatu yang penting. Dia kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam laci. Beberapa SIM card seluler. Mungkin ada sekitar 10 buah SIM card.
Adrian menarik nafas panjang. Lalu membuka penutup ponselnya dan mengeluarkan SIM card di dalamnya. Dia menggantinya dengan SIM card lain lalu menyalakan radio yang ada di atas meja.
"Hallo sobat jaka dara dimana pun kalian berada. Disini aku sekarang tidak lagi sendirian. Aku mau ngenalin sama sobat jaka dara semua teman baru aku, namanya cinta.." Terdengar suara penyiar dari dalam radio.
"Hai jaka dara... kenalin aku cinta. Yang nanti akan terus nemenin hari-harinya sobat jaka dara semua." Sahut penyiar wanita bernama cinta
"Baik langsung aja kita mulai ya cin.. Untuk sesi kirim-kirim salam di nomor 08527000xxxx" Sahut penyiar pria.
Adrian tertegun sejenak. Meletakkan tanggannya diatas dagunya. Dia seperti mengamati suara yang keluar dari radio. Adrian lalu mengambil ponselnya. Sepertinya, dia akan mengirim pesan. Sangat jelas terlihat dia sedang mengetik sesuatu.
"Sudah ada yang masuk nih. langsung kita bacain ya pesannya. Katanya 'Kak aku Windi. mau titip salam dong buat kesayangan aku. Namanya Adrian yang lagi tugas di polres sore ini' " Suara penyiar pria sangat jelas terdengar. Dia menyebut nama Adrian. Nampaknya ada yang kirim salam untuknya. Tapi itu jelas bukan dari adeeva.
Adrian kembali memandangi ponselnya. Ada satu pesan keluar yang terus dia lihat. Yah, pesan keluar dengan kalimat yang sama seperti yang dibacakan penyiar di radio itu. Apa yang terjadi dengan Adrian? Mengapa dia harus berpura-pura seperti ini? Apakah hanya ingin menyakiti hati Adeeva? Atau karena memang dia tahu jika Cinta itu adalah Adeeva?
Adrian kemudian kembali membuka penutup ponselnya. Dia lagi-lagi mengeluarkan SIM card yang ada di dalamnya. Menukarnya dengan SIM card lain.. Banyak sekali SIM card itu, apakah semuanya sudah dia rencanakan? Masih menjadi pertanyaan mengapa Adrian bersikap seperti itu.
Dia kembali melihat tumpukan kertas tadi. Sesekali dia mengusap-usap pelipisnya dengan jarinya. Tampak seperti orang yang sedang dalam tekanan. Mungkin ada masalah dengan pekerjaannya. Atau mungkin, lebih dari sekedar pekerjaan.
Tiba-tiba dia menggebrak meja. Menciptakan suara keras yang memecah kesunyian kamarnya. Dia juga menumbukkan tinjunya ke meja beberapa kali. Itu akan sakit, tapi dia sepertinya tidak perduli. Seolah ingin meluapkan semua kemarahannya. Tapi entah apa yang membuat dia jadi seperti ini. Dia tampak sangat frustasi. Apakah karena Adeeva? Apakah karena hal lainnya? Tak ada yang tahu.
Jam sudah pukul 12 malam. Adrian masih duduk di depan mejanya. Kepalanya masih menyentuh pinggir meja. Tangannya terus bergerak-gerak memegang sesuatu. Tapi kali ini bukan ponsel, melainkan foto Adeeva. Dan... dan dia menangis. Seorang pria berprofesi sebagai polisi itu menangis sesengukan. Rasa sedih itu seperti tak dapat ia bendung lagi. Padahal jika bersama Adeeva, dia tak terlihat seperti pria cengeng. Apa selama ini dia hanya menutupinya?
Dan malam berlalu begitu haru. Tak ada bintang. Tak ada bulan.Kelam. Gelap. Dingin. Di bawah dua atap yang berbeda, ada dua pasang mata yang menangis. Dan mereka tak saling tahu tentang itu. Tentang luka. Tentang perasaan yang merana. Tentang rindu. Tentang pilu. Tentang bagaimana berjuang dan bertahan. Mungkin tak cukup sekedar kata cinta dalam menjaga perasaan, butuh lebih dari sekedar kata cinta itu sendiri. Dan sepertinya....mereka sedang berada di titik itu.
kawen aja truss sama pak Edward udah beress.. gak banyak kali abis episode..