Kisah masa lalu Ayahnya juga Bundanya terlalu membekas hingga Intan tak bisa percaya pada Cinta dan kesetiaan.
Baginya Kesetiaan adalah hal yang langka yang sudah hilang di muka bumi.
Keputusannya untuk menikah hanya untuk menyelamatkan perusahaan dan menghibur orang tuanya saja.
Jodohpun sama-sama mempertemukan dirinya dengan orang yang sama-sama tak mempercayai Cinta.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Akan kah Dia mempercayai Cinta dan Kesetiaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama uji coba
Drama uji coba peraturan pernikahan versi Intan dan Reihan berlanjut.
Baru berwudhu aja Intan sudah geleng-geleng kepala, jika ujian sekolah praktik wudhu sepertinya Reihan mendapat nilai merah.
"Astaghfirullah... Rei??? " Intan menegur cara wudhu Reihan.
"Apa sihh??? gini kan?? " Reihan berwudhu tanpa membaca bismilah, sudah gitu mencuci tangannya langsung dari siku ke jari, kanan kiri berganti-gantian, kumur dan hidung di lewati langsung basuh muka dan mengusap rambut dan telinganya juga tidak sesuai, namun langsung di tadahkan kepalanya di bawah guyuran kran dan terakhir kakinya di basuh dari siku kaki hingga mata kaki dan parahnya juga mengawali wudunya tanpa di mulai dari jari jemari terlebih dahulu.
"Bukan kaya gitu... ih... pernah wudhu gak sih?? Jari-jarinya dulu Reihan...!!! jangan lupa baca bismillah....!! kumur, hidung, baru basuh muka... kepalanya di basuh bukan di siram kaya gitu, mau wudhu apa keramas sih... ??? Kaki juga mata kaki aja mulainya gak usah sampai ke atas-atas juga... astaghfirullah.... kamu tu umur berapa sih... hih... heran...!!!" Intan heran dengan pemuda yang sudah dewasa itu rasanya justru pintar dedek Zayn dari pada Reihan masalah wudunya.
"Bismillah nya udah di dalam hati tadi, ujung jarinya udah di singkat sekalian... sama ajakan intinya tangan, ini juga kaya gini jarinya juga bakal kena dari atas siku... gak usah ribet deh...!!! kumur udah gak perlu di rumah juga udah gosok gigi tadi, hidung udah disingkat sekalian...kalau basuh wajah kan hidung jug bakal kena air... Rambut emang sengaja biar seger... kaki juga sengaja biar bersih sampai siku-siku nya..." Jelas Reihan tak terima di protes Intan karena selama ini model wudhu nya ya cuma begitu.
"Ya Allah... salah sunah nabi gak gitu... percuma kamu basah doang tapi gak sah wudhu nya...!!! " Intan semakin geram.
"Bawel amat sih..., contohkan makanya... kamu wudhu aku tirukan...!!! " Kata Reihan mulai jengah hanya karena Wudhu bisa seribet ini.
"Gak boleh... nanti kamu bakal lihat aurat ku...!! " Intan tak mau jika kulit-kulitnya juga area auratnya terlihat oleh Reihan apa lagi dirinya terbiasa wudhu tanpa jilbab nya.
"Iiih cuma tangan sama kaki aja pelit amat... hari juga cuma tinggal seminggu... besok juga tu tubuh bisa aku lihat tanpa sehelai pun... " Kata Reihan si arogan tanpa saringan.
Intan semakin marah juga kesal dengan pola pikir Reihan yang meremehkan dirinya karena telah menjaga auratnya. Intan mengambil sarung dan memukulkan ke punggung Reihan.
"Cuci kepalamu biar bersih gak mesum gitu!!! bisa gak sih menghargai perempuan??? " Intan kesal lalu melangkah pergi meninggalkan Reihan.
Reihan juga merasa kesal, niat hati ingin menjemput Intan untuk di ajak ke rumah Reihan dan bertemu Eyang Hana namun justru terjebak dengan bermain air kran seperti ini.
Intan kembali dengan wajah cemberut lalu memberikan Reihan buku kecil bertuliskan tuntunan wudhu dan shalat lengkap.
"Nih baca dan hafalkan juga pelajari ya... Waktunya satu minggu, biasanya Ayah sama Bunda suka ngajak shalat jamaah jangan sampai wudhu aja salah bikin kamu di coret jadi calon mantu... ! " Intan duduk menunggu Reihan membaca.
Reihan menerima dengan malas, namun saat baca buku itu mendadak wajahnya memerah, astaga... pantas saja dia ngomel-ngomel tadi, batin Reihan lalu mempraktikkan cara wudhu itu dengan benar sambil sesekali melihat ke arah buku yang di bacanya tadi.
***
Drama wudhu sudah selesai.
Di mushala Rumah Intan.
Intan Shalat di belakang Reihan, mereka shalat masing-masing karena sifatnya sunah. Intan Shalat Empat rakaat saat Intan naik ke rakaat kedua laki-laki di hadapannya itu justru membuat shalatnya Intan jadi tidak khusuk.
Intan membaca surat-surat dengan pandangan ke tempat sujud namun polah Reihan yang salam di rakaat pertama membuat Intan sedikit terbagi, Intan terus menjalankan shalatnya hingga rakaat kedua selesai di tutup salam.
Intan melanjutkan rakaat berikutnya, sedangkan Reihan justru menatap Intan yang tengah shalat tanpa berkedip.
Intan mengucap salam saat rakaat sudah selesai, Intan langsung menatap tajam wajah Reihan yang acuh tanpa merasa berulah atau berbuat salah.
"Rei...!" Intan Memanggil Reihan dengan suara rendahnya, mencoba mengatur deru nafasnya.
"Panggil Sayang... dengan wajah tersenyum... peraturan istri gitu kan... meski gak cinta tetap panggil sayang... hati sedang bagaimanapun tetap berikan senyuman... " Tegur Reihan pada Intan.
"Ckkk Rei!! " Intan Sudah naik satu oktaf dia benar-benar kesal.
"Ckk Panggil Sayang!!" Reihan tak mau kalah juga naikin oktaf suaranya.
"Aku udah wudhu... udah Shalat... udah nurutin peraturan konyol yang kamu buat... sekarang giliranmu!!! panggil sayang!!! Susah amat sih... " Reihan protes karena Intan ngeyel tak mau memanggil dirinya seperti yang dia minta.
"Ckkk wudhu salah-salah terus aja di banggain!! Shalat apa kamu barusan?? " Tanya Intan, setengah mengejek sekaligus tak mau memanggil sayang pada Reihan.
"Yang penting udah, Shalat sama kaya kamu lah... " Jawab Reihan.
"Aku Dhuha... " Jelas Intan.
"Sama...! " Terang Reihan.
"Mana ada dhuha satu rakaat??? ih... dhuha itu paling sedikit dua rakaat Rei!!! " Intan berdiri kesal, bisa makin tua jika setiap hari marah-marah dan kesal terus seperti ini pikir dirinya.
"Penting shalat... " Reihan masih tak merasa bersalah lalu menyusul Intan yang berlalu di hadapan nya.
Intan berjalan sambil sesekali menghentakkan kakinya lalu ke meja makan, melahap sarapan dengan serampangan saking marahnya.
Reihan menyusul dan duduk di hadapan nya menyodorkan piring untuk meminta Intan melayaninya seperti istri yang mengambilkan makanan di piring suaminya.
Intan bangkit mengambil piring itu masih dengan wajah masamnya. Intan mengisi nasi goreng itu hingga membentuk tumpeng yang amat tinggi lalu memberinya hiasan cabai merah di atasnya.
"Nih..! " Intan menaruh piring berisi tumpeng nasi itu ke hadapan Reihan.
Reihan terbengong menatap Intan, tak percaya dirinya di siapkan makanan di piringnya tadi namun dengan porsi 3 orang menurut dirinya, apa lagi ada toping cabai merah di atasnya.
"Kamu kira akun tukang??? " Tanya Reihan sambil menatap Intan tak percaya, sekaligus kesal.
"Iya!! tukang gaduh!! tukang bikin rusuh!! tukang bikin masalah!! tukang bikin emosi!!! " Jawab Intan sambil menatap Reihan kesal.
"Astaga... tapi ini kebanyakan Tan!!! " Reihan protes.
"Tan... Tan...aku bukan tante-tante...! " Intan menyuapkan nasinya yang terakhir lalu meminum minumnya.
"Ckk Intan...!! " Geram Reihan lalu menyuapkan nasi goreng kedalam mulutnya.
"Apa??? " Intan menjawab sambil bersandar di kursinya.
"Hmmm... Capek gak sih mulut kamu debat terus... ??? Kita akhirnya debat kita... please... kita uji coba peraturan pernikahan kita dengan sungguh-sungguh..." Reihan mulai mengendur.
"Kamu nya yang gak bisa sungguh-sungguh! " Intan berdiri lalu menuangkan air putih di gelas dan menaruhnya di depan Reihan yang nampak kepedesan.
"Makasih... " Reihan tersenyum tipis.
Akhirnya pagi itu perdebatan selesai meski Intan masih menahan kesal di dalam dadanya. Selesai makan mereka pun keluar menuju mobil Reihan, berniat menuju rumah utama Reihan untuk menemui Eyang Hana.
***
Author membayangkan Reihan, separah itu wudhu dan shalat Reihan kayanya pengen gitu nyubit yang gede saking gemes sama kesalnya!!