Cerita ini hanya khayalan Author semata ya...
Menerima kritik dan saran ya namun yang membangun bukan menjatuhkan.
Bercerita tentang Cinta Annisa (36 tahun) harus menikah dengan Rafael Ibrahim (27 tahun) karena sebuah keadaan.
Keadaan seperti apa yang mengharuskan mereka menikah?.
Apa saja yang harus mereka lalui untuk bisa hidup bahagia bersama?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Fia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Episode 31
"Kamu yakin menikah dengan Faisal?." Rina mengitari Annisa yang sedang berdiri menunggu fotografer yang akan memotretnya.
Tanggal pernikahan pun telah ditentukan oleh kedua belah pihak. Satu bulan dari penentuan tanggal tadi malam saat mereka melakukan pertemuan keluarga.
Rina menjadi salah satu orang yang jujur saja sangat keberatan karena ia tahu Annisa mencintai Rafael. Mau diakui atau tidak, ia melihat jelas perasaan itu dalam mata sahabatnya.
"Bismillah aja, Rin. Aku menikah karena ibadah. Semoga Gusti Allah melancarkan semuanya." Annisa benar-benar menggantungkan semuanya pada sang pemilik hidup yang maha sempurna.
Ini akan terjadi atas kehendaknya, pasti akan ada hikmah dari disetiap kejadian yang dialaminya. Tidak ada hal buruk yang terjadi atas izin-Nya.
"Ini seumur hidup, Nis!."
"Itu harapan dari semua orang yang telah menikah. Mereka akan sehidup semati dengan orang yang tepat bukan lagi tentang perasaan yang berbicara."
Rina menggeleng lemah. Ia tidak bisa berdebat lagi dengan Annisa karena perempuan itu sudah mulai sesi pemotretan untuk produk baru Madam Fero.
Rina mundur beberapa langkah, ia bersandar pada tembok sambil menyilangkan kedua tangannya di atas dada.
Handphone miliknya berdering, ia merogoh saku celana guna mengambilnya. Lalu ia melihat sebuah panggilan masuk dari Nesha.
"Iya, Nes."
"Dimana?."
"Kantor Madam."
"Lagi sibuk enggak?."
"Enggak sih, ada apa?."
"Aku lagi ada di Mall tempat biasa kita shopping. Kamu bisa kesini enggak? Ada yang mau aku bicarakan."
"Hmmm, tiga puluh menit lagi aku sampai."
"Ok, Rin. Aku tunggu."
"Ok."
Rina buru-buru meninggalkan Annisa yang sedang pemotretan. Ia membawa mobilnya keluar gedung Madam Fero menuju Mall tempat mereka janjian.
Tiga puluh menit berlalu, Rina dan Nesha sudah duduk sambil minum kopi kesukaan mereka saat nongkrong seperti ini. Hal yang sudah lama tidak pernah mereka lakukan bersama lagi.
"Sekarang kamu lebih dekat dengan Kak Annisa." Sejujurnya ia merasa iri atas kedekatan Rina dan kakaknya. Meski ini bukan yang pertama ia merasa iri terhadap Annisa.
"Karena pekerjaan juga kan."
"Oh iya, Kak Nisa jadi model Madam Fero."
"Iya."
Hening
Rina dan Nesha sama-sama meminum kopi pesanan mereka.
"Oh iya, apa kamu tahu kalau Kak Nisa pernah menikah?." Nesha menatap Rina cukup intens. Namun perempuan itu lebih memilih untuk menggelengkan kepalanya.
Sehingga ia bisa menangkap kalau sebenarnya Rina tahu akan hal tersebut. Sebenarnya ia sangat syok dengan kenyataan kakaknya yang telah menikah. Kenyataan yang baru diketahuinya saat Mama Nur bicara pada calon besannya.
Ia pun langsung bertanya pada Mama Nur namun perempuan itu memberikan jawaban yang sangat tidak masuk akal dan lebih mengada-ada. Sehingga ia memutuskan bertanya pada Rina.
"Kenapa tidak kamu tanya Mama Nur?."
"Udah, " Nesha mengangguk. "Tapi begitu, aku enggak percaya. Pasti ada yang Mama sembunyikan."
Kini Rina yang menatap Nesha cukup intens. Ia sebenarnya sangat kasihan, namun ia juga tidak ingin menimbulkan jarak antara Nesha dan Annisa hanya karena Rafael.
"Apa kamu yakin, Rin? Tidak tahu pernikahan yang telah dilakukan Kak Nisa." Nesha memastikan lagi pertanyaannya pada Rina. Sangat berharap kalau Rina akan memberitahunya namun sayangnya Rina kembali bungkam dengan menggelengkan kepala.
"Kamu udah tanya Annisa?."
Nesha menggeleng lemah. "Belum."
Hening lagi.
Keduanya cukup lama terdiam, sampai suara dering handphone Rina memecah keheningan.
"Nes, maaf aku harus pergi." Rina mengusap lembut tangan Nesha yang sedang bersedih.
Nesha mengangguk namun masih bisa tersenyum hangat pada Rina yang akan meninggalkannya.
"Maaf ya, aku harus pergi." Rina mencium pipi Nesha lalu segera berlari pergi dari hadapan Nesha tanpa menjawab panggilan teleponnya.
Sampai-sampai Nesha menaruh curiga pada sahabatnya itu. Apa yang sedang disembunyikan Rina darinya?.
Rina yang berlari sudah sampai di area parkir, ia bukan masuk ke dalam mobilnya. Namun ia masuk ke dalam mobil Rafael. Benar, yang meneleponnya adalah Rafael. Pria itu sengaja meneleponnya karena ada yang ingin disampaikan terkait Annisa.
Rafael tahu kalau tadi Nesha yang bersama Rina, ia juga tahu isi obrolannya apa. Justru di sini Rafael sangat ingin kalau Nesha tahu kalau ia yang menikahi sekaligus membuat janda kakaknya. Namun entah karena alasan apa?, ia sangat menginginkan hal itu.
"Ada apa?." Dengan nafas yang tersengal-sengal Rina bertanya pada Rafael yang melonggarkan ikatan dasinya.
"Kamu sudah mencari tahu siapa Faisal?."
Rina mengerutkan alisnya karena ia tidak mengerti dengan pernyataan Rafael.
"Iya, kamu sudah yakin akan melepas sahabat terbaik kamu pada Faisal?." Karena ia sudah kehilangan Annisa karena informasi dari Darwin tetap sama. Kalau perempuan tempo hari yang ditemuinya adalah kakaknya.
"Kakaknya Faisal?." Rina menujukkan raut wajah yang sangat kaget.
"Hmmm," Rafael mengangguk.
Rina terdiam sejenak, sejauh ini Annisa cerita yang selalu datang ke rumahnya hanya Mama Faisal saja tidak ada yang lain. Karena mereka hanya tinggal berdua saja dan tidak memiliki saudara yang lain.
Apa kakak sepupu atau apa?. Rina jadi memikirkannya namun masih menutupinya dari Rafael. Sebab ia belum pasti juga.
Pertemuan mereka pun hanya sampai disitu karena Rina harus menjemput Annisa yang sudah selesai pemotretan. Rafael sempat meminta pada Rina supaya ia yang menjemput Annisa namun Rina tidak memberikan kesempatan karena Mama Nur sudah menunggu mereka.
Rafael pun harus kecewa dan pulang dengan tangan kosong.
Setibanya di rumah, Rafael dan Nesha sama-sama baru sampai di kamar. Si kembar sedang tidur baru selesai mandi lalu minum susu.
Rafael dan Nesha saling diam tidak bertegur sapa. Nesha masih marah pada Rafael yang menolaknya lagi setelah kemarin dua kali melakukan hubungan suami istri.
Rafael segera masuk kamar mandi, ia tidak ingin terpancing dangan badan Nesha yang masih sangat bagus walau sudah melahirkan bayi kembar. Ia sengaja berlama-lama di dalam kamar mandi, membiarkan Nesha mandi di kamar mandi tamu.
Namun Rafael salah menduga, karena Nesha masih berada ditempatnya. Ia malas kemana-mana, kalau pun Rafael lama di sana ya sudah ia tidak usah mandi saja.
Nesha menatap handphone Rafael yang bergetar, terus bergetar. Ia mendekatinya dan itu sebuah telepon yang berasal dari Darwin. Kembali bergetar setelah tadi sempat berhenti, ia pun memberanikan diri menjawab panggilan telepon dari Darwin.
Darwin yang tidak tahu pun, langsung bicara panjang lebar pada Rafael padahal sebenarnya itu adalah Nesha.
"Raf, sepertinya kamu masih memiliki kesempatan untuk menikahi Annisa lagi. Ternyata Faisal sangat busuk dan kamu harus memberinya pelajaran. Besok aku tunggu di tempat biasa ya setelah pulang kantor."
Bersambung
semangaat thor