Memperhatikan cerita kehidupan seseorang yang sedikit berbeda, membuat wanita cantik bernama Nining tertarik akan sebuah masalah kehidupan Ustadznya.
Nining berniat mengajak Ustadznya menikah hanya sebuah gosipan.
Berhasil dan si lelaki menyetujui, apa yang akan di lakukan Nining selanjutnya saat setelah menikah dengan Ustadznya yang bernama Ilham?
Akankah nantinya Nining menyesal telah mengajak menikah Ilham?
Mari kita saksikan kisahnya hanya di aplikasi noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 32
Setelah mengucapkan salam masuk ke dalam rumah Nining melihat kedua orangtuanya serta kakak kandungnya yang terlihat hadir menyambutnya.
"Akang..." teriak Nining begitu bahagia setelah bertahun-tahun bisa kembali melihat kakak kandungnya yang bertugas di luar kota.
Nining berlarian sembari merentangkan kedua tangannya. Ia ingin memeluk sang kakak yang tidak pernah ia temui setelah Nining tamat sekolah menengah pertama.
Lelaki bernama Ghozali itu juga berlarian sembari merentangkan kedua tangannya. Penampakan mereka bagaimana kedua insan yang terpisahkan cukup lama. Namun Nining berhenti berlari di saat Ghozali melewatinya dan langsung memeluk Ilham.
Nining spontan saja menoleh ke arah dua sejoli yang terlihat merindukan satu sama lain. Nining meratapi nasibnya. Lagi-lagi Ilham menjadi rebutan para lelaki.
"Apa kabar bro?" Ghozali melepaskan pelukannya. "Lama banget gue enggak lihat lo lagi."
"Alhamdulillah kabar ku baik-baik aja Li. Kamu sendiri apa kabarnya?"
"Alhamdulillah sama kabar gue baik-baik aja. Wah... Elo memang enggak pernah berubah ya dari dulu sampai sekarang." puji Ghozali pada Ilham.
"Kamu juga sama Li. Oh iya bagaimana pekerjaan mu di sana?"
"Alhamdulillah lancar. Sekarang aku tugasnya di daerah sini."
"Alhamdulillah berarti enggak jauh-jauh lagi kamu kerjanya."
"Alhamdulillah Gus. Aku bersyukur banget saat mendengar lo menikah dengan adik ku Nining. Kalau laki-laki lain siap-siap aja dia setor hafalan 1 jus dalam setengah bulan." gurau Ghozali yang sering di sapa Ali.
Ilham tertawa kecil dengan penuturan kata Ali.
"Akang nyebelin deh." Nining mulai ingin protes dengan tindakan Ali.
"Eh bocah tengik, elo itu sudah menikah. Ini suami lo. Hargai dia. Elo bukan anak kecil yang dulu enak banget di cubit-cubit. Sekarang di jangankan cubit pegang elo aja Akang harus izin dulu sama Gus." oceh Ali.
Nining memajukan bibir bawahnya.
"Benar apa kata Akang mu Nak. Kamu sudah besar dan dewasa. Walau dia Akang mu sendiri, tapi berbeda dari yang dulu." Komar menasehati.
"Tapikan Nining kangen sama Akang Ali. Setidaknya salaman aja gitu." Nining membela dirinya.
"Sini salaman." Ali mengangkat tangan kanannya.
Nining langsung mendekat dan bersalaman dengan Ali. "Akang nyebelin."
"Nyebelin-nyebelin. Elo tuh ngeselin."
Mulai mereka berdua bertengkar jika bertemu. Perdebatan di antara mereka tiada henti sampai Ilham memisahkan Ali dan Nining. "Ummi, Ali berhenti."
Kedua insan itu melemparkan pandangan ke arah lain. Persis sekali bagaikan kucing dan tikus jika bertemu. Bermusuhan saat dekat, berjauhan merasa rindu.
"Kalian berdua memang enggak pernah berubah." Komar memegang pelipisnya. Beruntung kedua anaknya hanya beradu mulut saja.
Dulu Nining mengejar Ali menggunakan sapu, bahkan sapu kesayangan Rinjani sering berkali-kali patah. Bukan saja sapu alat masaknya saja sudah berterbangan kemana-mana sampai para tetangga berdatangan untuk melihat. Mereka menduga bahwa Komar tengah bertengkar dengan Rinjani. Padahal itu adalah ulah anak-anak mereka.
Nining dan Ali melirik satu sama lain dengan Ali merentangkan tangannya. "Iya akang salah. Akang minta maaf." begitulah mereka. Ali tidak bisa bermusuhan dengan Nining begitu lama. Nining yang egonya tinggi sering merajuk dan berpura-pura tidak mau memaafkan Ali. Padahal Nining hanya meminta di perhatikan lebih.
"Ummi..." Ilham tidak bisa diam saja melihat Nining yang terlihat cuek dan enggan memaafkan Ali.
Nining melihat tatapan Ilham langsung membalas salaman Ali. "Maafkan aku juga kang. Aku tuh kangen sama akang tapi akang kayak melupakan aku. Akang lebih terlihat merindukan orang lain dari pada aku."
Ali tersenyum sembari memegang kepala Nining. "Gus Ilham adalah suami lo Ning. Lagian wajar jika gue menyambut dia duluan dari pada elo. Akang juga merindukan adik yang selalu Akang rindukan. Apalagi kalau Akang kerja terus melihat anak-anak bermain lompat tali. Akang teringat sama diri mu ini Ning."
"Akang..." Nining menangis sembari menghapus kasar matanya.
"Izin Gus." Ali meminta izin pada Ilham untuk memeluk Nining dengan Ilham mengangguk pelan.
Ali memeluk Nining. Ia sangat merindukan adiknya itu. "Elo sudah besar dan telah menjadi istri Gus Ilham. Akang sebenarnya berat menyerahkan mu dengan lelaki lain. Apalagi elo masih usia sangat muda. Berhubung yang elo sukai dan cinta adalah Gus Ilham. Akang merestui. Semoga adik Akang bisa menjalankan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warahmah."
"Akang..." Nining memeluk Ali begitu erat dengan Ali melepaskan pelukan.
"Ini sudah mau sholat magrib lebih baik kita shalat dulu." ajak Ali. "Rencananya Gue mau sholat di pesantren mengenang masa lalu dan bertemu banyaknya bidadari surga. Siapa tau ketemu di sana." Ali menyenggol lengan Ilham.
"Iya sudah kalau begitu sekalian aku juga ada kerjaan." balas Ilham melihat ke Nining. "Ummi di rumah aja ya?"
"Kebetulan Papa sama Mama mau ke ladang ada kerjaan di sana." ucap Rinjani.
"Yah... Masa aku tinggal di rumah sendirian. Percuma dong kalau aku pulang tapi kalian semua pergi." protes Nining.
"Iya sudah kalau begitu kamu ikut Mama sama Papa menginap di sana." ucap Rinjani melihat Ilham. "Bagaimana Nak Ilham?"
"Boleh Ma. Nanti setelah selesai dari pesantren aku menyusul ke sana." jawab Ilham menyetujui.
"Alhamdulillah... Iya sudah ayo kita berangkat." ajak Komar.
Semua mengangguk dengan Nining dan Ilham kembali berjalan keluar rumah. Mereka berpisah di jalan sesaat Ali dan Ilham masuk ke lingkungan pesantren. Sedangkan Nining dan kedua orangtuanya ke ladang mereka. Nining begitu bahagia ia bisa melihat kebun teh yang luas dan terhampar warna hijau dari ujung ke ujung.