BURUK RUPA JADI RATU TUAN KEJAM

Jam sudah menunjukkan pukul 18.00, para pekerja SIP pagi sudah bersiap-siap untuk pulang begitu pula yang di lakukan Kania.

Kania menunggu Linda di emperan restoran seperti janji Linda melalui pesan singkat.

"Lagi nungguin siapa?

Geby yang baru saja keluar dari dalam restoran.

"Nunggu teman, kamu sendiri?

"Aku tidak nungguin siapa-siapa, bagaimana kalau kamu ikut aku saja biar aku antar kamu pulang."

"Lain kali saja Geby, soalnya aku sudah janji dengan temanku."

"Kalau begitu, aku duluan, by Kania."

"Bye."

Gaby pulang dengan mengendarai sepeda motornya. Tidak lama kepergian Geby, sebuah mobil berwarna putih muncul dan berhenti tepat di depan Kania duduk.

"Apa semuanya lancar?

Linda keluar dari dalam mobil.

"Semuanya berjalan lancar tanpa kendala." Kania berdiri dari duduknya menyambut kedatangan Linda.

"Sebelum kita pulang aku mau masuk memeriksa keadaan sekalian memeriksa keuangan restoran. Apa kamu mau ikut?

"Aku tunggu disini saja."

"Baiklah, aku hanya sebentar setelah itu kita pulang."

Linda beranjak masuk kedalam restoran sementara Kania kembali duduk di emperan.

Ooo....e......

Kania berlari lalu jongkok memuntahkan isi perutnya.

"Kenapa tiba-tiba kepalaku sakit dan perutku terasa mual."

Kania kembali berdiri, belum juga melangkah, Kania kembali mual.

O....eee...

"Kamu kenapa? Linda tiba-tiba berdiri di belakang Kania dan memijit punggungnya.

"Aku juga tidak tahu, perut terasa perih dan kepalaku terasa sakit."

"Ada baiknya kita ke dokter memeriksakan kondisimu takutnya terjadi sesuatu denganmu" Wajah Linda terlihat panik melihat kondisi Kania.

"Tidak usah, sebentar juga pasti sembuh, mungkin hanya pengaruh kecapean saja."

"Baiklah kalau begitu, mari kita pulang lalu kamu istirahat. Mungkin hari ini kamu terlalu capek hingga membuat fisikmu lemah."

Linda membantu Kania masuk kedalam mobil. Mobil melaju sedang menuju kearah rumah kania.

"Ini apa? Tanya Kania menunjuk beberapa kertas yang sengaja Linda letakkan di depan tempat duduk mereka.

"Itu pendapatan restoran bulan ini?

Saking penasarannya Kania meminta pada Linda.

"Apa aku boleh melihatnya?

"Silahkan." balas Linda singkat.

Kania membuka satu-persatu kertas yang dia letakkan di pangkuannya.

Beberapa kali Kania mengulang hingga dia benar-benar yakin kalau ada kecurangan besar yang di lakukan oleh orang restoran.

"Benar kata Geby, mereka benar-benar ingin membuat restoran itu hancur. Apa Linda tidak tahu hal ini kalau restorannya sedang di curangi? Kania dalam hati

"Aku tidak tahu soal hitung menghitung laba, matematikaku terlalu nihil untuk itu . Dulu orang tua kami tidak peduli dengan pendidikan kami, yang mereka tahu tamat sekolah kami harus berusaha sendiri cari uang agar tidak bergantung pada mereka."

"Berarti selama ini Linda benar-benar tidak tahu kalau restoran dikuras habis-habisan oleh orang kepercayaannya sendiri. Kasihan sekali."

"Bagaimana menurutmu dengan laporan bulanan restoran?

"Aku harus hati-hati menjelaskan pada Linda takutnya dia salah paham denganku. Aku hanya orang baru di kehidupannya sedangkan orang-orang di restoran itu sudah bertahun-tahun bersamanya dan menjadi orang kepercayaannya."

"Kania kenapa diam, apa kamu baik-baik saja?" Linda sedikit memalingkan pandanganya kearah Kania dan kembali fokus menatap ke depan.

"Tenanglah, aku baik-baik saja. Terus yang mengelola keuangan restoran selama ini siapa?

"Tante Rika, adik dari ayahku, memangnya kenapa?

"Tidak ada apa-apa. Kalau boleh aku beri saran ada baiknya kamu terjun langsung ke restoran itu. Memanajemeni sendiri barulah kamu tahu restoran itu sehat atau tidak."

"Perkataanmu sama seperti perkataan nenekku sebelum beliau meninggal. Dulu restoran itu di kelola baik oleh kakakku, awalnya semua berjalan normal tapi tiba-tiba sebuah peristiwa naas terjadi, mau tidak mau restoran turun temurun keluarga kami itu terpaksa aku yang harus ambil alih."

Kania mengangguk pelan, dia yakin kalau ada rahasia besar yang di sembunyikan Linda melihat dari kesedihan yang terpancar di wajahnya.

Tidak beberapa lama kemudian mobil tiba di depan rumah Kania.

"Terima kasih Linda, maaf kalau aku sudah banyak merepotkan mu." Kania yang sudah keluar dari dalam mobil.

"Sama-sama kania, kamu sama sekali tidak merepotkanku. Besok pagi kamu tunggu aku biar aku antar kamu seperti tadi pagi."

"Tidak usah Linda, soalnya aku sudah menghubungi pak Joko agar mengantarku pagi sore dan aku sudah bayar full bulan ini." Kania mencoba berbohong, dia tidak ingin semakin memberatkan Linda.

"Baiklah kalau begitu, aku berangkat dulu takut terlambat dan Melona melaporkanku pada Bu Lili."

Setelah kepergian Linda, Kania masuk kedalam rumah.

Mandi dan langsung tidur

Hari ini benar-benar membuat tenaga dan pikiran kania terkuras habis di tambah lagi dengan rasa mual dan dan sakit kepala yang terus- menerus mendera.

Sementara itu di kediaman Sanjaya, tampak pertemuan dua keluarga sedang berlangsung.

Mereka begitu bahagia mendengar kabar kehamilan Rere.

"Sebentar lagi kita akan menimang cucu pertama kita, aku begitu bahagia karena sebentar lagi penerus keluarga Sanjaya akan lahir ke dunia."

Risma yang dulunya kurang menyukai Rere kini berubah 180% saat mengetahui kabar kehamilan Rere.

"Betul katamu Risma, kami selaku keluarga Rere juga sangat bahagia setelah mendengar kabar membahagiakan ini. Sampai-sampai kami sudah tidak sabar menantikan kelahiran bayi mungil itu." sambung Rita yang duduk disamping Risma.

"Bukan hanya kalian kaum perempuan saja yang merasakan kebahagiaan ini, tapi kami selaku kaum pria juga merasakan hal yang sama. Pewaris tunggal dari LAKSONO grup dan SANJAYA grup akan jatuh padanya. Bagaimana denganmu calon besanku?

Sanjaya yang sedang melamun seketika tersentak kala Ari menepuk punggungnya.

"Apa yang Ayah pikirkan? tanya Riko.

"Maaf, kalau aku tidak fokus mendengarkan perbicangan kalian, Aku hanya kepikiran tentang acara pertunangan Riko dan Kania. Kita sudah menyebar banyak undangan dan orang-orang sudah tahu kalau mereka sebentar lagi akan menikah tapi tiba-tiba di batalkan dan di gantikan dengan Rere."

"Mas dulu kamu yang mendukung hubungan Riko dan Rere, tapi kenapa sekarang kamu yang kurang yakin?

"Bukan begitu Risma, Aku hanya menjaga nama baik kita di depan orang-orang agar tidak memunculkan kabar miring di keluarga ini."

"Sanjaya, Risma, kalian jangan kuatir soal itu, aku yang akan mengurus semuanya. Kalian berdua persiapkan saja sesuatunya soal Kania serahkan saja padaku."

"Baiklah Ari, seperti kesepakatan bersama dua bulan lagi acara pernikahan akan kita selenggarakan. Riko dan Rere, kalian harus jaga kesehatan jangan sampai pada hari H nanti terjadi hal yang tidak kita inginkan."

Diskusi yang cukup panjang akhirnya berakhir setelah Ari dan Rita pamit karena sudah larut malam.