Azalea Safira tidak pernah menyangka bahwa ia akan terikat oleh pesona Kevin. Boss arogan, angkuh dan menyebalkan.
Awalnya, hubungan mereka hanya sebatas atasan dan asisten pribadi saja. Tanpa Kevin sadari, ia mulai bergantung pada asisten pribadinya itu.
Kevin pikir, selama bersama dengan Safira setiap hari, itu sudah cukup. Namun, siapa sangka kisahnya tidak berjalan sesuai rencana.
Akankah Kevin berhasil mendapatkan hati Safira? Mengingat sikap Kevin yang selalu seenaknya sendiri padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meyda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 31
"Dimana Kevin? Kenapa aku tidak melihatnya sejak tadi?" Bagas meletakkan satu botol air mineral dimeja Safira.
Lalu, ia ikut duduk di depan wanita itu.
Safira mengangkat kedua bahunya. "Kenapa nanya sama aku? Kamu pikir aku ini baby sitter Kevin?"
Safira menjawab dengan wajah ketus. Sepertinya ada yang tidak beres dengan mereka berdua.
"Kan kamu yang selalu ada di samping Kevin. Masa iya aku nanya sama tukang somay. Nggak lucu, Fira," sahut Bagas menarik pelan hidung Safira.
Entah kenapa bicara dengan Safira sama menyebalkannya saat ia sedang bicara dengan Kevin. Mereka berdua benar-benar sangat cocok, pikirnya.
Mereka berdua selalu bicara asal ceplos dan pedas seperti cabe level lima belas.
"Bagas! Hentikan." Safira mengusap hidungnya. Ia mendongak sembari mengunyah makanan.
Safira sedang berada di kantin perusahaan setelah bergulat dengan tumpukan pekerjaan yang Kevin berikan. Safira berniat menenangkan diri sejenak.
Namun, siapa yang menyangka ia akan bertemu dengan Bagas—sahabat karib Sean.
"Ya siapa tahu tukang somay melihat dimana Kevin. Jadi silahkan pergi dan bertanya saja padanya sana!" usir Safira sembari mengaduk-aduk nasi uduk pesanannya.
Ia kembali kembali mengacuhkan Bagas, menganggap seakan-akan pria itu tidak berada di depannya.
"Aku nanya serius, kamu malah cuek. Nggak takut aku diambil orang?" Bagas menggoda Safira.
Safira memutar bola mata malas dan memilih mendiamkan Bagas.
"Kalian bertengkar lagi?" tanya Bagas penasaran.
Tidak biasanya Safira makan di kantin. Wanita itu selalu berada di samping Kevin dan tidak akan pergi kemanapun sebelum Kevin memintanya.
"Kamu nanya sama aku?"
"Bukan, sama kembaran kamu!" jawab Bagas.
"Oh. Ya sudah, lanjutkan saja ngobrolnya," ucap Safira melanjutkan makan siangnya yang tertunda karena pertanyaan Bagas.
"Safira!" Bagas memijat pelipisnya.
Sementara Safira malah terkikik geli. Menjahili Bagas membuat moodnya membaik. Setidaknya, masalah yang selama ini menghampirinya sedikit terlupakan.
"Aku udah berusaha melayani Kevin dengan baik. Tapi, dia masih terus memarahiku. Bahkan dia mengusirku selesai meeting. Mempermalukan aku di depan karyawan lain." Safira menjatuhkan pundaknya lemas. "Entah apa salah aku. Kayaknya aku emang udah nggak cocok jadi asisten Kevin."
Bertahun-tahun bekerja bersama Kevin, baru kali ini Safira merasa patah semangat karena sikap Kevin yang sering berubah-ubah.
"Ya emang. Kamu nggak cocok jadi asisten Kevin," sahut Bagas.
Pria itu malah senyum-senyum sendiri seperti orang yang tidak waras.
Andai saja saat ini Bagas tidak menyukai perempuan lain, pasti Bagas langsung melamar Safira dan menjadikan wanita itu istrinya.
"Tuh kan bener." jawaban Bagas semakin membuat Safira patah semangat.
Padahal, ia butuh motivasi. Ternyata bicara dengan Bagas sama sekali tidak membantunya.
"Kamu cocoknya jadi istri aku," celetuk Bagas yang sontak membuat Safira tersedak.
Rasa panas menjalar ke hidung dan tenggorokannya. Kebetulan tadi, Safira memesan nasi goreng super pedas untuk melampiaskan kekesalannya.
"Pelan-pelan. Aku tidak akan memintanya." dengan penuh perhatian, Bagas mengusap punggung Safira. Memberinya air minum dan memijat tengkuknya.
"Sudah lebih baik?" tanya Bagas khawatir.
Safira menganggukkan kepala. "Lain kali jangan bicara aneh-aneh. Ucapan kamu bisa membuat semua orang salah paham."
Bagas memang masih seumuran dengan Sean, itu artinya perbedaaan usia mereka tidak terpaut cukup jauh. Dan selama ini, Bagas masih betah menyendiri.
"Siapa yang bicara aneh-aneh. Aku serius. Kalau Kevin menolakmu, setidaknya aku dengan senang hati akan—" kalimat Bagas terhenti saat melihat wajah murka Kevin yang kini sudah berdiri di belakang Safira.
"Kamu kenapa, Gas? Kok wajah kamu pucat gini?" Safira mengulurkan tangan kanannya, hendak menyentuh dahi Bagas.
Namun, belum sempat Safira melakukan. Kevin sudah lebih dulu menahannya. Menarik lengan Safira dan mencengkeramnya sedikit kuat.
"Pantas saja panggilan dariku tidak dijawab, ternyata kamu sedang berduaan dengan perjaka tua ini?" Kevin menatap Bagas dengan tatapan tajam permusuhan.
Sementara Safira, wanita itu terlihat kebingungan. Seolah-olah Safira sedang kepergok sedang berselingkuh dengan Bagas di belakang Kevin.
"Ini nggak seperti yang kamu pikirkan, Vin." Bagas mencoba menjelaskan. "Aku dan Fira cuma—"
"Masuk! Jam istirahatmu sudah selesai setengah jam yang lalu. Dan malam ini kamu harus lembur, Nona Azalea Safira!" sahut Kevin memotong ucapan Bagas lalu membawa Safira pergi dari sana.
"Sakit, Vin! Lepas! Kamu ini kenapa?"
"Berhenti bertanya. Ikut ya ikut!" tegas Kevin tak mempedulikan rintihan Safira dan terus menyeretnya. Membawa wanita itu masuk ke ruangan kerjanya.
kok udah end aja????????
tetap semangat jangan patah semangat!! 🤗