Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 23
Baby yang sejak tadi melihat kejadian hanya bisa terdiam. Dan kini Baby tahu alasan kenapa Adrian memberikan pelajaran pada Nadi, padahal Nadi adalah pengawal yang begitu sangat setia dan bahkan tidak pernah melakukan kesalahan sama sekali.
"Aku kalah." Gumam Baby. Dan langsung masuk ke dalam duduk di belakang Afika sambil memeluk tubuh Afika dari belakang. "Jangan kak, jangan sakiti Afika lagi." Kata Baby dengan sangat lantang. Ya, Baby tahu kenapa Adrian seperti itu kepada Nadi dan juga Afika. Alasannya karena Adrian tengah merasa cemburu dengan kedekatan antara Afika dan juga Nadi. Dan sebagai adik, Baby dapat melihat jelas dari cara pandang Adrian kepada Afika. Namun, karena sikap Adrian yang sejak dulu begitu kejam dan dingin pada Afika, sehingga dirinya tidak menyadari jika sudah jatuh hati pada Afika. Dam perlahan nama Afika mulai bertahta mengikir nama Inggrid di dalam lubuk hati Adrian.
"Baby." Sentak Adrian yang kaget melihat adiknya yang saat ini sedang memeluk tubuh Afika. Bukan kah adiknya sendiri yang memintanya untuk memberikan pelajaran pada Afika, lalu kenapa sang adik justru berbelok arah.
"Kumohon jangan sakiti Afika yang akan membuat mu juga ikut sakit." Kata Baby, hingga membuat Adrian keluar dari ruang itu tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.
Baby tidak ingin Adrian kembali merasa sakit karena ego yang membuat Adrian yang tidak menyadari jika dirinya telah jatuh cinta pada Afika. Dan karena Baby yang sangat peduli dengan kakaknya, dia yang lebih dulu sadar dengan yang barusan ia lihat langsung menghentikan agar Adrian tidak melakukan hal yang mungkin akan dia sesali di kemudian hari.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Baby yang sangat khawatir dengan Afika, belum lagi suhu tubuh Afika masih belum normal.
"Apa maksud ucapanmu tadi." Bukannya menjawab, Afika justru bertanya tentang apa yang tadi Baby katakan pada Adrian. Baby bergeming, tidak mungkin baginya untuk mengatakan jika Adrian telah jatuh cinta pada Afika.
"Nadi, lebih baik kau keluar. Suruh bi Sri mengobati lukamu." Kata Baby mengalihkan perbincangan antara dirinya dan juga Afika. "Oh ya Nadi. Aku harap kau bisa memaafkan kak Adrian." Ucap Afika saat Nadi hendak berdiri.
"Biar aku bantu." Tawar Afika sambil mencoba menuntun Nadi.
"Afika, jangan lakukan itu. Lebih baik kau istirahat saja." Baby memperingatkan. Karena jika Adrian kembali cemburu yang ada Nadi hanya tinggal nama saja.
Dulu, saat Inggrid masih menjadi kekasih Adrian. Tidak ada satupun lelaki yang mau mendekati Inggrid. Karena setiap ada yang mencoba mendekat, maka Adrian dengan sigap memberi pelajaran dan bahkan banyak yang menjadi korban akibat kecemburuannya. Itulah Adrian, dia tidak ingin apa yang ia miliki di sentuh oleh orang lain.
Afika tidak mengindahkan ucapan Baby. Afika tetap membantu Nadi hingga ke lantai satu.
"Apa yang terjadi, kenapa bisa wajah Nadi seperti ini?" Sri begitu sangat kaget melihat wajah Nadi yang tak terbentuk lagi. Namun detik berikutnya Sri sadar jika hanya ada satu orang di mension ini yang bisa berlaku sesuka hatinya. "Tunggu, biar bibi ambilkan obat." Kata Sri. Dengan sangat lihatinya Sri mengambil obat dan langsung membantu membersihkan wajah Nadi dari darah segar.
"Istirahatlah, aku tahu kau sangat lelah." Kata Nadi setelah cukup lama terdiam. Saat berbicara Nadi merasa sangat nyeri di bagian bibirnya.
"Nadi benar. Kau harus istirahat." Timpal Baby, dan dengan cepat menarik lengan Afika.
•••••
Hari ulang tahun Adrian pun tiba. Baby yang memutuskan menetap di mension kini tengah sibuk membuat kue untuk Adrian. Ulang tahun kali ini sangat berbeda dengan ulang tahun kemarin. Dulu Baby sibuk membuat kue di bantu dengan Inggrid, namun kali ini kue ulang tahun yang Baby buat di bantu oleh Afika. Lambat laut Baby sadar, jika mungkin sebaiknya Baby harus menerima Afika menjadi kakak iparnya. Terlebih Afika memiliki sifat yang juga baik dan tentunya tidak mengetahui dunia luar seperti Inggrid.
"Kenapa harus ada kue, dia bukan anak kecil." Kata Afika dengan ketus karena harinya di ganggu dengam kesibukan tambahan untuk membuat kue ulang tahun pria yang telah membuat dirinya hamil.
"Apa kau punya kado untuk kak Adrian?"
Afika tersenyum tipis mendengar ucapan Baby.
"Semua orang wajib memberikan kado. Tanya saja sama bi Sri dan Nadi."
Beberapa saat saat kue ulang tahun sudah siap. Baby menarik lengan Afika menuju kamar pribadinya. Kamar yang menjadi tempatnya jika bermalam di mension.
•••••
Ranga terus saja bekerja keras, memutar otaknya, berfikir bagaimana bisa dirinya kembali mengembalikan dana yang pernah di berikan oleh Adrian padanya. Sungguh Rangga menyesali apa yang telah terjadi saat dulu. Andai saja, tidak ada campur tangan Adrian, mungkin saja saat ini Rangga akan menjadi suami dari Afika. Gadis yang dulu di jodohkan oleh ibunya.
"Rezi, apa ada kemungkinan kita akan menang jika melawan Adrian?" Tanya Rangga setelah memerintahkan Rezi untum mencari tahu celah pada Adrian.
"Tidak ada tuan." Jawab Rezi, karena memang sejauh ini, belum ada yang mampu melawan Adrian Maganta.
"Sial." Umpat Rangga sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Lagi dan lagi, Rangga harus kalah telak oleh Adrian Maganta.