NovelToon NovelToon
Warrior Odyssey

Warrior Odyssey

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Epik Petualangan / Fantasi Isekai / Game
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Tio Charisma

Vincent, seorang mantan tentara yang kehilangan salah satu kakinya dalam kecelakaan tragis, tersesat di dunia fantasi setelah terjebak dalam karakter video game favoritnya yang memiliki tubuh biomekanik.

Terpaksa menghadapi makhluk mitos dan tantangan baru, dia menggunakan keahlian tempur dan strateginya untuk bertahan hidup. Dengan bantuan teknologi biomekanik, Vincent mengumpulkan informasi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman di dunia ini, sambil menemukan makna baru dalam hidupnya dan menghadapi tantangan dengan tekad yang kuat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tio Charisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Destruction of Eldoria Village: Quest for Justice

Eleanor duduk sendirian di ruangnya, jendela terbuka menghadap ke malam yang gelap. Suasana sunyi yang menyelimuti kamarnya hanya terganggu oleh suara angin yang melolong lembut di luar. Pikirannya terombang-ambing di tengah kegelapan, terhanyut oleh laporan yang baru saja dia terima dari Garrett, pengawal setianya.

Kehancuran Desa Eldoria.

Kata-kata itu menggema dalam pikirannya seperti lonceng kematian, menciptakan gelombang emosi yang mengguncang hatinya. Sebuah desa yang begitu damai dan penuh kehidupan, sekarang hanya tinggal puing-puing yang terbakar dan ditinggalkan. Kesedihan yang mendalam melingkupi dirinya, dan dia merasa berat rasanya untuk bernapas.

Kemarahan meluap dari dalam dirinya saat dia memikirkan kejahatan yang dilakukan terhadap orang-orang yang tidak bersalah. Apakah ada akhir untuk kekerasan dan ketidakadilan di dunia ini? Pikirannya terus berputar, mencari jawaban atas pertanyaan yang tidak dapat dia temukan.

Namun di tengah-tengah keputusasaan yang melanda, Eleanor merasa tekadnya semakin kuat. Dia tidak bisa diam dan membiarkan kejahatan berlangsung tanpa perlawanan. Meskipun dia merasa bersalah karena tidak dapat mencegah tragedi tersebut, dia bertekad untuk mencari kebenaran, bahkan jika itu berarti harus menantang ayahnya sendiri.

Dengan langkah-langkah gemetar, Eleanor bangkit dari kursinya. Dia tahu bahwa dia harus bertindak, bahwa dia tidak bisa membiarkan kehancuran Desa Eldoria menjadi sia-sia. Dengan langkah-langkah mantap, dia meninggalkan kamarnya menuju ruang kerja ayahnya, tekadnya untuk mencari keadilan menyala dengan terang di dalam hatinya.

Dia mungkin tidak tahu apa yang akan dia temui di sana, tetapi dia siap untuk menghadapi tantangan apa pun yang mungkin menghalangi jalannya menuju kebenaran. Karena bagi Eleanor Alderwood, keadilan bukanlah pilihan, tetapi sebuah keharusan yang harus dia perjuangkan dengan segala yang dia miliki.

Eleanor masuk ke dalam ruang kerja ayahnya, ruangan yang biasanya dipenuhi dengan aroma mahogany dan buku-buku tua. Kali ini, udara terasa tegang, dan suasana hening yang melingkupi ruangan membuat hati Eleanor semakin gelisah.

Earl Richard Alderwood, duduk di balik meja besar dengan tatapan yang serius, menatap putrinya dengan ekspresi yang sulit dibaca ketika dia memasuki ruangan.

"Eleanor," sapa Earl Alderwood dengan suara yang kaku, mencerminkan otoritasnya sebagai kepala keluarga dan seorang bangsawan.

"Ayah," jawab Eleanor dengan suara yang bergetar, mencoba menekan perasaan kekecewaannya yang semakin tumbuh di dalam dirinya.

"Apa yang bisa Aku bantu, putriku?" tanya Earl Alderwood dengan suara yang tenang, tetapi ada ketegasan yang terdengar di balik kata-katanya.

Eleanor menelan ludah, mencoba menahan air mata yang ingin meleleh dari matanya. "Ayah, Aku ingin tahu mengapa kita menyerang Desa Eldoria. Apakah benar mereka melakukan sesuatu yang begitu buruk sehingga harus diserang?"

Earl Alderwood mengangkat alisnya, ekspresinya tidak berubah. "Eleanor, Aku mengerti bahwa kamu mungkin tidak memahami alasan di balik tindakan kita. Tetapi yang perlu kamu ketahui adalah Desa Eldoria bukanlah desa biasa. Mereka telah membentuk pasukan bersenjata tanpa izin atau pengakuan dari otoritas bangsawan atau kerajaan."

Namun, penjelasan Ayahnya tidak dapat meredakan kekecewaan Eleanor. Dia merasa seperti mendapat pukulan keras di dada, karena dalam hatinya, Ayahnya selalu dianggap sebagai sosok yang bijaksana dan adil.

"Tetapi ayah," ujar Eleanor dengan suara gemetar, "apakah itu cukup alasan untuk menyerang mereka? Bukankah kita bisa mencari solusi damai daripada pertumpahan darah?"

Earl Alderwood menggelengkan kepala dengan tegas. "Eleanor, kamu mungkin belum memahami betapa seriusnya situasi ini. Sebagai seorang bangsawan, Aku bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban dan kewibawaan. Jika tindakan Desa Eldoria tidak ditindak dengan tegas, itu akan membuka pintu bagi pemberontakan dan anarki di wilayah kami."

Eleanor merenung tentang kata-kata ayahnya, namun hatinya terasa semakin berat. Dia merasa terjepit di antara loyalitas kepada keluarganya dan keyakinannya akan keadilan. Bagaimana mungkin Ayahnya melakukan tindakan yang begitu ekstrim tanpa mencari solusi damai terlebih dahulu?

Dalam keheningan yang tegang, Eleanor menyadari bahwa dia harus mencari kebenaran sendiri, bahkan jika itu berarti harus menantang otoritas ayahnya sendiri. Dengan hati yang hancur dan tekad yang semakin kuat, dia mengangkat pandangannya ke arah Ayahnya.

"Ayah," ucapnya dengan suara yang gemetar, "Aku harap kita bisa menemukan jalan yang lebih baik. Aku tidak bisa membiarkan kehancuran Desa Eldoria menjadi sia-sia."

Earl Alderwood menatap putrinya dengan ekspresi yang sulit dipahami. "Eleanor, kamu masih muda dan belum mengerti berbagai kebijakan dan keputusan yang harus diambil oleh seorang pemimpin. Tetapi, Aku menghargai tekadmu untuk mencari kebenaran. Terimalah bahwa dalam dunia ini, kadang-kadang keputusan sulit harus diambil untuk kepentingan yang lebih besar."

Dengan perasaan campur aduk yang memenuhi hatinya, Eleanor menundukkan kepalanya. Dia tahu bahwa perjuangan belum berakhir, dan dia harus siap untuk menghadapi segala tantangan yang akan datang, bahkan jika itu berarti menantang ayahnya sendiri.

Ruang itu kembali sunyi. Eleanor tahu bahwa ayahnya adalah seorang yang sibuk dan memiliki urusan yang lebih penting untuk diselesaikan, jadi dia mundur, pikirannya masih dipenuhi dengan berita tragedi tersebut.

Sebelum meninggalkan ruangan, Eleanor memandang sekali lagi ayahnya. Dia terlihat tenang dan terkumpul, wajahnya mencerminkan martabat jabatannya. Dia tahu bahwa dia harus mencari jawaban sendiri, karena nampaknya kebenaran tidak semudah yang dia harapkan.

Saat Eleanor melangkah ke lorong, dia dijumpai oleh Garrett, yang terlihat khawatir tentangnya. "Milady, apakah Anda baik-baik saja?" tanyanya dengan lembut.

"Iya, terima kasih, Garrett," jawabnya dengan senyum yang dipaksakan.

"Jika tidak keberatan, apakah Anda bisa menemaniku ke halaman?" tanyanya lagi. "Aku ingin berbicara dengan Anda tentang sesuatu."

"Tentu saja, Milady."

Eleanor dan Garrett menuju ke halaman, di mana mereka menemukan tempat untuk duduk di bawah naungan pohon besar.

"Milady, apakah ada yang mengganggu Anda?"

"Aku baru saja berbicara dengan ayah, dan Aku masih memikirkan tentang kehancuran Desa Eldoria...," jawab Eleanor, suaranya penuh dengan kesedihan.

Garrett menundukkan kepalanya, tidak mampu memandangnya. "Garrett, apakah kamu tahu sesuatu tentang serangan terhadap desa itu?" tanya Eleanor, matanya dipenuhi dengan kesedihan dan harapan.

"Sayangnya, tidak. Hanya para agen yang diberikan detail misi, dan Aku adalah pengawal Anda berkat kebaikan hati Anda menampung Aku di kediaman ini, tapi bukan seorang agen," kata Garrett.

Bahu Eleanor melorot, kekecewaan memenuhi hatinya.

Melihat ketidakberdayaan Eleanor, Garrett menawarkan, "Milady, jika Anda mengizinkan Aku, Aku bisa mencoba mengumpulkan lebih banyak informasi tentang masalah ini. Meskipun Aku bukan seorang agen, Aku memiliki beberapa kenalan di desa itu. Barangkali mereka bisa memberikan wawasan lebih banyak."

"Itu akan membantu, terima kasih, Garrett."

Pandangan Eleanor dan Garrett bertemu. Keduanya berbagi momen pemahaman dan persahabatan, merasa persaudaraan dalam keinginan mereka untuk mengungkap kebenaran.

Dengan harapan dan tekad yang baru, Eleanor dan Garrett bersumpah untuk melanjutkan pencarian kebenaran, tidak peduli apa pun yang terjadi.

1
Sampah Satu
semangaat
Tio Charisma: Makasih dukungannya! /Smile/
total 1 replies
Sampah Satu
lanjutkan
Sampah Satu
good
Sampah Satu
bagus
Tio Charisma
/Smile/
HIAT
jangan lupa mampir kembali ya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!