Kaisar fikir setelah memiliki anak Jasmine akan berubah menjadi istri dan ibu yang baik, tapi ternyata dia salah.
Jasmine justru menjadikan Nala adiknya sebagai pengasuh anaknya serta mengurus semua keperluan Kaisar.
"Satu langkah lagi kamu keluar dari rumah, aku pastikan kita bercerai!" Kaisar.
Akankah keputusan Kaisar untuk bercerai dengan Jasmine adalah keputusan yang tepat dimana setelahnya dia menikahi Nala-adik Jasmine sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 32 Penyayang VS Pemarah
"Aku mengagumimu sudah lama, Nala. Kamu yang penyayang, kamu yang penyabar, dan kamu yang selalu ada untuk aku dan Erlan membuatku ingin memilikimu. Tuhan mengabulkan doaku untuk memilikimu hingga sekarang kamu menjadi istriku. Kamu segalanya bagiku dan kamu pelabuhan terakhir hatiku. Nala aku mencintaimu. Bukan hanya sekedar ungkapan cinta yang aku katakan tapi aku benar-benar mencintaimu. Seiring kebersamaan kita aku merasakan bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu.”
Nala menatap cermin yang memantulkan wajahnya. Bibirnya tersenyum lebar saat mengingat ungkapan cinta yang Kaisar katakan padanya. Tak pernah terbayangkan oleh Nala bila Kaisar bisa semanis itu hingga menyentuh relung hati yang paling dalam
Semalam Kaisar mengatakannya setelah mereka selesai bercinta dan memeluk tubuhnya dengan erat. Nala jadi semakin yakin bahwa Kaisar memang mencintai dirinya bukan menjadikan dirinya pelampiasan gagalnya rumah tangga dengan Jasmine.
Keinginan dirinya untuk segera memiliki anak sangat Kaisar dukung dan mereka harus sering kali melakukan kerjasama agar segera membuahkan hasil.
“Sayang, sudah selesai belum mandinya? Rangga sedang diperjalanan kearah sini,” kata Kaisar setelah mengetuk pintu kamar mandi.
Dia terlambat bangun dan ada meeting pagi ini namun Nala yang berada didalam kamar mandi tidak kunjung keluar padahal suara gemericik air sudah tidak terdengar lagi.
"Iya Mas, sebentar," kata Nala buru-buru keluar dari dalam kamar mandi dan menatap sang suami yang langsung meminta bantuannya memasang dasi.
"Maaf ya Mas aku lama dikamar mandi," kata Nala kemudian membantu Kaisar memasangkan dasi.
"Hem, nggak apa-apa. Lain kali mandinya bareng, Sayang, biar cepet sedikit," balas Kaisar yang yang diangguki kepala oleh Nala.
Wanita itu menatap Kaisar yang sedang ia pasangkan dasi kemudian tersenyum. Hati yang tengah bahagia karena ungkapan cinta Kaisar membuat Nala terus menarik sudut bibirnya.
"Hayo apa yang kamu pikirkan kenapa senyum-senyum begitu?" tanya Kaisar balas menatap Nala. Tangannya menarik pinggang wanita itu agar mendekat padanya.
"Nggak ada kok, Mas, aku nggak mikirin apa-apa," jawab Nala namun Kaisar tidak mempercayainya.
Pria itu mendekatkan wajahnya ditelinga Nala.
"Kita berjuang lagi ya nanti malam supaya kamu cepat hamil," bisik Kaisar.
Pipi Nala merona perkataan pria itu sontak saja mengingatkan percintaan mereka yang membuatnya malu karena dirinya yang meminta anak pada Kaisar.
Nala memalingkan wajahnya yang memerah namun Kaisar justru menarik dagunya dan melabuhkan kecupan di bibir wanita itu.
“Mas!” Nala memukul Kaisar pelan karena pria itu curi-curi ciuman darinya.
"Nggak apa-apa kan cium istri sendiri?" tanya Kaisar membuat Nala memanyunkan bibirnya.
Kaisar mencium lagi pipi Nala kemudian melepas handuk yang membalut rambut wanita itu dan menuntunnya duduk didepan meja rias.
"Aku bantu keringkan,” kata Kaisar yang sekarang sudah rapi dengan setelan kantornya dan dasi yang Nala pasangkan.
Pria itu kemudian membantu Nala mengeringkan rambut.
...***...
Erlan yang demam kini kondisinya sudah jauh lebih baik dan Jasmine tidak menghubungi Kaisar untuk memberitahu keadaan putra mereka.
Saat ini Jasmine tengah menemani Erlan yang sedang bermain didepan televisi yang menyiarkan acara anak-anak dan ia terus diberi mainan oleh Erlan agar ikut bermain dengan anak itu.
“Erlan, Mama capek mau istrirahat. Kamu main sendiri dong,” kata Jasmine mengembalikan mainan robot-robotan yang Erlan berikan padanya.
“Ayo, Ma, main Ma.” Erlan menarik-narik tangan Jasmine yang sedang berbaring dikarpet karena lelah sehabis bermain kejar-kejaran dengan anak itu.
Jasmine ingin beristirahat namun Erlan terus mengganggunya. Selain itu matanya juga sangat mengantuk sebab semalam hanya tidur sebentar. Tadinya Jasmine juga tidak mau main kejar-kejar tapi Erlan terus memaksa bahkan menangis sehingga ia mau tidak mau menuruti permintaan anaknya itu.
Menatap apartementnya yang kini sudah seperti kapal pecah, Jasmine menghela nafas panjang. Semenjak Erlan tinggal bersamanya apartementnya itu sama sekali tidak pernah rapih.
“Erlan pinter, kamu main sendiri ya. Mama benar-benar capek, kan tadi Erlan sudah ngajakin Mama main kejar-kejaran,” kata Jasmine membujuk Erlan yang terus merengek mengajaknya bermain robot-robotan.
“Nda mau, Elan mau main tama Mama.” Erlan pun tidak mau kalah dan tetap mengajak Jasmine bermain. Anak itu terus menarik-narik tangan Jasmine untuk bangun.
“Iya iya iya, Mama bangun.”
Jasmine mendudukkan tubuhnya diatas karpet dan menerima robot-robotan yang Erlan berikan padanya. Ia duduk sembari memangku dagunya dengan tangannya karena malas sekali bermain seperti ini tapi ia harus melakukannya agar Erlan betah tinggal bersamanya.
Mata Jasmine benar-benar tidak kuat, ia ingin istirahat tapi Erlan terus mengajaknya bermain. Meraih ponselnya dimeja, ia kemudian menghubungi Khayla untuk menemaninya menjaga Erlan diapartement namun Khayla tidak menjawab panggilan teleponnya.
Bugh!
“Akhh!”
Erlan melempar robot-robotannya pada Jasmine sebab wanita itu tidak mengheraninya. Robot-robotan itu mengenai tepat dikening Jasmine membuat kening wanita itu memerah.
Jasmine menatap tajam pada Erlan membuat anak itu ketakutan dan melangkah mundur tapi Jasmine buru-buru menangkapnya.
“Erlan sudah melempar mainan ke Mama dan Erlan harus minta maaf,” titah Jasmine penuh penekanan dan langsung membuat Erlan menangis kencang.
“Mama Ala,” panggil Erlan disela-sela tangisnya karena takut dengan Jasmine. Hal itu tentu saja membuat Jasmine semakin kesal.
Jasmine tidak suka Erlan masih mengingat Nala. Dia ingin anak itu melupakan Nala dan hanya dirinya yang diingat oleh anak itu.
Wanita itu menahan sekuat tenaga agar tidak memarahi Erlan karena bagaimanapun anak itu masih kecil dan butuh kasih sayang darinya.
Suara bell apartement mengalihkan fokus Jasmine. Dia kemudian bangkit dari duduknya menggendong Erlan yang masih menangis dan menghampiri pintu.
“Ssttt, sudah jangan menangis. Kan Erlan sendiri yang melempar Mama dengan mainan,” kata Jasmine tapi tidak membuat tangis anak itu mereda.
Jasmine membuka pintu apartement, menatap pria yang menyodorkan satu kantong belanjaan dari mini market. “Belanjaanmu,” kata pria itu.
Jasmine mengangguk kemudian membuka pintu apartementnya lebar-lebar. “Masuklah dan letakkan didalam," titahnya.
Pria itu mengangguk, menatap Erlan yang masih menangis kemudian melangkah masuk kedalam apartement dan meletakkan kantong belanjaan itu diruang tamu. “Diapers, susu, dan camilan semuanya ada disini.”
Jasmine mengangguk lagi. “Makasih ya udah mau aku repotkan," kata Jasmine.
“Hem. Kalau begitu aku pulang,” balas pria itu yang kemudian pamit. Menatap Jasmine dan Erlan bergantian kemudian melangkah keluar dari apartement itu.
Jasmine tersenyum menatap belanjaan dihadapannya. Dia jadi tidak perlu repot-repot belanja keperluan Erlan karena ia bisa dengan mudah menyuruh pria tadi maka belanjaan akan datang.
“Untung punya kacung,” kata Jasmine yang tidak pernah menghargai orang lain.
tamat....
kan rangga belum ketemu sama shafira
gimana rasanya mengurus anak, seorang jasmin mau mengurus anak, nikmati aja, sakit lagi si erlannya, ya wajar karna dipisahkan dg orang tua yg dg kasih sayang mengasuh dan nerawatnya dr bayi