Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-15
Ditempat lain pesta masih berlangsung, Cafe itu terasa lebih hidup lagi saat beberapa orang secara suka rela ingin menyumbangkan suaranya.
"Kemana Evan?" Tanya Dixon karena hampir setengah jam yang lalu melihatnya pamit keluar.
"Toilet!" Sahut Klein.
"Itu dia!" Seru John kemudian.
Nampak rambut yang sedikit berantakan, bahkan Dixon memandanginya dari ujung rambut sampai kakinya.
"Dari mana?" Tanya Dixon.
"Toilet"
"Memang apa yang kau keluarkan sampai membuat rambut dan pakaian mu berantakan?" Tanya Klein yang merasa aneh juga, bukankah biasanya tempat merapikan segalanya itu salah satunya Toilet?
"Jangan-jangan kau baru saja bercinta?" John langsung mendekati Evan yang baru saja duduk kembali.
"Aku di Toilet pria John, bercita kepalamu!" Sambar Evan.
Semua tertawa, sedangkan Evan nampak wajah lelahnya, hanya menikmati minuman dan alunan musik dengan suara yang bergonta ganti tidak jelas arahnya.
Sampai tengah malam, akhirnya semua pulang, John yang menggeber mobil sportnya lebih dulu dengan dua orang temannya yang akan diantarkan.
Sedangkan Evan hanya melambaikan tangan sebelum akhirnya memakai perlindungan diri lengkap dan sedetik kemudian melesat dijalanan bersama motor mewahnya.
Evan sampai di Apartemennya, meletakkan kunci motor dan perintilannya lalu kemudian menuju kamar pribadinya.
Guyuran air hangat membuat badannya segar kembali, malam ini keringat Evan keluar lebih banyak dari biasanya.
"Lumayan juga, setelah lama tidak melakukan pemanasan" gumamnya dengan senyuman tipis nampak disana.
Tak lupa ponsel yang sudah ada di atas meja kamar diambilnya kembali, menghubungi security menanyakan keadaan Dryana saat ini.
Jawaban yang cukup membuat Evan tenang, dan kemudian bersiap tidur di jam satu malam, masih cukup waktu baginya beristirahat.
***
Pagi hari yang terasa berbeda, dimana wajah Dry menunjukkan raut puasnya, melihat salah satu berita dimana laki-laki yang masih berstatus tunangannya kini di kabarkan berada di Rumah Sakit.
"Senang sekali dia menginap di Rumah Sakit" gumam Dryana.
Terus mengikuti para pemburu berita membacakan teks nya, dan Dryana seketika terjingkat saat ada foto Evan terpampang cukup jelas, dan dinyatakan sebagai tersangka untuk saat ini.
"Shit!, kenapa dia sampai berurusan dengan bajingan ini" segera Dry mencari keberadaan ponselnya.
Setelah mendapatkan nya, Dry segera menghubungi Evan, tapi sayang tidak tersambung setelah hampir lima menit berlalu.
Dry bingung sendiri, selama ini tidak pernah tau kegiatan Evan, apalagi tempat yang biasa dia datangi di pagi hari begini.
"Apartemen, iya aku hanya ingat alamat Apartemennya" Dry segera bergegas berencana hendak ke sana.
Berjalan cukup cepat, masuk ke dalam lift dan menuju ke lantai dasar, keluar dari Area Apartemennya dan berlarian sambil memesan taksi Online, maklum mobilnya yang hancur, belum di ganti juga oleh tunangan sialannya.
Dry segera melambaikan tangannya, senang sekali saat jauh didepan sana terlihat Taksi yang melaju ke arahnya.
"Taksi!" Teriaknya.
Masuk dan segera memberikan arah tujuan, kini Dry sudah melesat cepat, jalanan pagi ini agak lenggang, beruntung hal itu terjadi, dengan begitu Dry lebih cepat sampai.
Setelah membayar Taksi yang dinaiki, Dry langsung berlari, menuju sebuah Lift dimana jarinya langsung menekan nomer lantai di mana Evan tinggal.
Saat yang bersamaan, tiba-tiba Lift berhenti, menaikkan dua orang lagi yang kelihatannya juga terburu-buru.
"Nona Dry?!" Seru salah satunya.
"Hai John?" Jawab Dryana
Sementara Klein hanya memandangi keduanya.
"Siapa?" Tanya lirih Klein ke John.
"Incaran Evan, wanita tomboy yang pernah waktu itu menghancurkan ruangan di cafe, ingat?"
"Owh" Klein kini tersenyum tipis, tak salah lagi, wanita ini memang benar-benar manis.
John menatap Dry kembali lalu memperkenalkan Klein sebagai sahabatnya sekaligus teman Evan yang belum dikenal oleh Dry tentunya.
Keadaan menjadi sepi setelahnya, tak ada perbincangan, John yang baru juga kenal masih canggung untuk memulai pembicaraan, apalagi Klein, hanya mencuri-curi pandang saja saat ada kesempatan.
"Em, apa kita punya tujuan yang sama?" Akhirnya Dry yang memulai percakapan.
"Kita akan ke Apartemen Evan" jawab John.
"Berarti sama, aku mencemaskannya, apa kalian tau kabar yang beredar tadi pagi?" Tanya Dry.
"Iya, dan itu sepertinya tidak mungkin" sahut Klein ikut masuk di dalam percakapan.
"Tidak mungkin?, benarkah?" Ada raut wajah terkejut dari Dry.
"Hem, karena semalam Evan bersama kami di cafe sampai tengah malam, sedangkan kejadian itu sekitar jam 10 malam, itu mustahil karena Evan berpesta bersama banyak orang" jawab John.
"Oh my God, Syukurlah, aku khawatir sekali, tapi kenapa ada wajah Evan di berita, dan korban sangat yakin dia pelakunya" Dry menjelaskan dari apa ya g telah di lihatnya.
"Itulah yang membuat kami bingung" sahut Klein.
Ting!
Lift berhenti, menunjukkan lantai yang mereka inginkan telah ada di depannya, dan segera mereka keluar, menuju sebuah pintu Apartemen yang menjadi tujuannya.
Satu kali, dua kali dan tiga kali, tak tahan lagi Klein dan John memencet bell tapi tak ada respon, segera menggedor pintu cukup keras, Dry sampai terkejut dan mundur ingin tertawa.
Ceklek
Akhirnya pintu Apartemen itu terbuka, dan kedua orang itu langsung menyerbu ke dalam, sementara Dry hanya mengambil nafas dalam, sepertinya kehadirannya di lupakan.
"Kalian mengganggu sekali, aku masih ingin tidur, ngantuk!" Teriak Evan kesal.
"Hei!, kurang ajar sekali kau Ev, kami khawatir tentang mu, lihat berita tidak!" Teriak Klein.
Sedangkan John langsung menyeret Evan untuk duduk dengan benar di Sofa kembali.
Pertemanan satu tahun bersama mereka, tapi nyatanya Evan merasa teman-temannya itu lebih mirip pengasuhnya saja.
"Ehem, boleh aku masuk?" Dry Akhirnya menampakkan diri.
"Dry?!" Tentu saja Evan terkejut, "Hei, masuklah!" Seketika Evan berdiri dan menyambutnya dengan senyuman dan wajah yang sudah tak malas lagi.
"Dasar!" John mengumpati nya, giliran wanita yang datang, hilang sikap malasnya.
Sementara Klein hanya menarik nafas panjang saja, sabar dirasa perlu untuk menyehatkan otaknya saat menghadapi Evan yang kadang membuat jengkel setengah mati.
"Apa kamu tidak melihat kabar di media hari ini?" Tanya Dry khawatir.
"Hem, aku sudah melihatnya, dan ada surat penggilan yang tadi pagi sudah sampai disini"
"Dari kepolisian?" Tanya Dry.
"Iya"
"Lalu?"
"Seperti nya kamu sedang mencemaskanku, apa kau sudah mulai jatuh cinta padaku Dry?"
"What?!, kau ini, serius lah sedikit Ev!" Teriak Dry kesal karena sikap konyol Evan muncul di waktu yang kurang tepat.
Sementara John dan Klein hanya memutar matanya akan kelakuan tengil Evan yang memang kumat-kumatan jika berhadapan dengan wanita, untuk itu terkadang tak sedikit wanita salah paham.
"Sudahlah, tidak perlu di pikirkan, aku akan mandi dan datang memenuhi surat panggilan, kalian bisa pergi" bukan untuk Dry tentunya, tapi Evan memandangi kedua temannya.
"Aku menyesal kesini, Dasar!" Klein langsung menggerutu.
"Awas saja kalau kau butuh kami!" Teriak John, membalikkan badan bersiap pergi, namun kemudian muncul ide berjalan mendekati Dry.
"Ayo kita keluar Dry?"
"Okey"
"Kecuali Dry!" Teriak Evan dari dalam kamarnya, cukup keras dan membuat John dan Klein tertawa.
Dry ikut tersenyum, menggelengkan kepala dan tetap di tempatnya.
"Aku serahkan dia padamu Dry!" Ucap John kemudian, lalu berjalan keluar bersama dengan Klien setelah tau pasti keadaan Evan baik-baik saja.
Jangan lupa KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.