cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Sahabat Lama
Cin Hai ragu ragu sesaat, terdiam di depan pintu gerbang kediaman keluarga Li yang cukup besar itu.
Seorang laki laki paro baya keluar dari pintu kecil di samping gerbang besar itu. Datang menghampiri Cin Hai yang berdiri ragu ragu. Rupanya, sedari tadi, laki laki paro baya itu memperhatikan Cin Hai yang berdiri di depan gerbang.
"Kau mencari siapa anak muda?" tanya laki laki paro baya itu dengan nada datar tanpa ekspresi.
"Maaf paman, apa benar disini tempat kediaman Li Yi Feng" tanya Cin Hai ragu ragu.
Sebelum menjawab, laki laki paro baya itu menatap kearah Cin Hai beberapa saat lama nya. Seakan menyelidiki siapa anak muda itu sebenarnya.
"Kau siapa nya?" tanya nya penuh selidik.
"Saya teman nya di perguruan silat Sin Houw paman!" ujar Cin Hai menjelaskan.
Laki laki paro baya itu masih tidak berkreasi apa apa, hanya menatap kearah Cin Hai beberapa lama. Seperti sedang menilai kebenaran ucapan dari anak muda itu.
Tiba tiba dari kejauhan datang seekor kuda yang di tunggangi oleh seorang dara cantik, berbaju hijau kembang kembang, dengan rambut di anyam buntut kuda.
"Bun An!, siapa dia?" tanya dara cantik itu sambil turun dari kuda nya.
"Maaf siocia, dia mengaku teman dari Kong Cu Yi Feng" jawab penjaga gerbang itu.
"Kenapa tidak kau suruh masuk saja dia?" tanya dara itu lagi.
"Maaf siocia, bukankah Li Cu sendiri yang mengatakan kita harus hati hati siocia" jawab laki-laki paro baya yang bernama Bun An itu.
"Bukankah kau bisa mengatakan nya kepada Feng Koko, bahwa ada teman nya di depan gerbang?"ujar dara itu agak gusar.
"Baiklah, akan saya sampaikan" ujar laki laki penjaga gerbang itu lagi.
"Tidak!, tidak usah, buka saja gerbang nya, aku mau masuk. Biar ku sampaikan sendiri" ujar dara itu ketus.
Laki laki penjaga gerbang itu buru buru membukakan pintu gerbang untuk nona majikan nya itu masuk bersama kuda nya.
Tidak berapa lama, dari dalam muncul seorang pemuda, usia tujuh belas tahunan. Sejenak, pemuda itu terdiam menatap kearah Cin Hai yang berdiri di depan pintu gerbang kediaman nya itu.
"Ci,,, Cin Hai!, oooh akhirnya kau tiba di kediaman ku ini ya, syukurlah, kau nampak sangat tampan sekali saudara ku!" ujar pemuda Yi Feng sambil memeluk tubuh Cin Hai dengan erat. Sepuluh tahun tidak bertemu, dia hampir pangling melihat perubahan tubuh Cin Hai yang begitu banyak. Bila dulu culun dan dekil, kini terlihat sangat tampan, dengan kulit putih bersih nya,(maklum sepuluh tahun di dasar jurang Dewa maut tanpa cahaya matahari). Belum lagi tubuh kekar nya yang terlihat begitu mempesona, dengan rambut panjang, yang dianyam di belakang nya.
Yi Feng segera mengajak Cin Hai untuk masuk kedalam, berbincang di taman belakang rumah itu, sambil mengenang masa lalu mereka.
Dara cantik berambut panjang dianyam kebelakang tadi datang lagi, membawa seteko teh panas, dan tiga buah gelas kosong.
"Cin Hai!, ini perkenalkan, moi moi ku, nama nya Swan Niang, dia manja , tetapi keras kepala , dan pemarah" ujar Yi Feng memperkenalkan adik nya yang berselisih dua tahun dengan usia nya itu.
"Moi moi, kenalkan nama saya Cin Hai, teman Koko mu di perguruan silat Sin Houw, tetapi aku bukan murid perguruan itu" Cin Hai membungkukkan badan nya sambil memperkenalkan nama nya.
"Karena kau sahabat Koko ku, berarti kau Koko ku juga, kenapa sehingga koko Cin Hai bukan murid perguruan silat Sin Houw itu, padahal berasal dari tempat itu kan?" tanya Swan Niang heran.
"Aku cucu angkat dari kakek Guan, salah satu leluhur perguruan itu, karena aku cacat Dantian semenjak kecil, sehingga tidak ada seorang pun suhu di perguruan itu yang mau mengangkat murid kepada ku" ujar Cin Hai menjelaskan tentang diri nya pada Swan Niang.
Dara cantik itu terdiam beberapa saat lama nya, mata nya terlihat berkaca kaca, ada seberkas rasa iba di dalam hati nya. Cacat Dantian merupakan salah satu aib besar bagi seseorang di masa itu.
"Tetapi tahukan kau moi moi, Cin Hai ini meskipun cacat Dantian nya, tetapi Thian meng karuniai ketajaman mata nya, serta daya ingat luar biasa kepada nya, sehingga sekali saja dia melihat jurus seseorang, dia dapat mengingat nya secara lengkap, serta mengetahui titik lemah nya, sehingga bisa dijadikan bahan untuk melawan seseorang yang berkultivasi tinggi sekali pun, dialah yang mengajari aku dahulu, sehingga aku menang adu jurus melawan putri patriak perguruan silat Sin Houw yang terkenal memiliki bakat tinggi itu" ujar Yi Feng memuji sahabat nya itu. Dia mengira Cin Hai masih seperti dahulu, tidak bisa mengobati cacat Dantian nya, karena dalam pandangan mata kepala nya, tingkat kultivasi sahabat nya itu tidak mengalami perubahan sama sekali, masih tetap seperti dahulu. Tetapi untuk bertanya, dia sungkan, dia takut menyinggung perasaan sahabat baik nya itu.
Mendengar penjelasan dari kakak nya itu, Swan Niang menjadi terkagum kagum dengan kelebihan pemuda sahabat kakak nya itu.
"Benarkah itu koko?, benarkah dia sehebat itu?" tanya Swan Niang terkagum kagum.
"Iya lah, masa Koko berbohong, berkat bimbingan nya lah, hingga Koko dan Ma Qiau bisa memenangkan beberapa turnamen moi moi, bahkan bisa mengalahkan putri patriak itu sendiri" ujar Yi Feng membanggakan sahabat nya itu.
"Luar biasa, Koko Cin Hai!, aku murid perguruan Kim Tiauw, sudah seminggu ini aku pulang kerumah, dapatkah Koko melihat jurus ku, dan menceritakan kepada ku, dimana kelemahan nya, serta bagai mana mengatasi nya?" tanya Swan Niang.
"Jangan sekarang moi moi, kasihan Cin Hai baru datang, besok masih ada waktu, biarkan dia mandi dulu, baru kita makan bersama!" ujar Yi Feng memperingatkan adik nya itu.
"Oke, tetapi koko Cin Hai janji melihat jurus ku ya?" dara itu masih meyakinkan Cin Hai agar mau melihat jurus nya.
"Baiklah moi moi, besok saya akan melihat jurus moi moi itu, jangan khawatir, saya janji" ujar Cin Hai.
"Terimakasih koko Cin Hai, tetapi benar ya?, janji!" ujar dara cantik itu sambil berlenggang masuk.
Yi Feng menggelengkan kepala nya, "moi moi ku itu memang manja Cin Hai, maklumi saja lah"...
"Tidak apa apa Yi Feng, aku suka punya adik" ujar Cin Hai berkata jujur.
Yi Feng mengajak Cin Hai membersihkan tubuh nya, lalu makan siang bersama.
Setelah selesai makan, Yi Feng mengajak Cin Hai duduk di teras depan rumah nya.
"Apakah kau mau bertemu dengan Ma Qiau?" tanya Yi Feng.
"Kalau kau tidak keberatan, bolehkah kita main ke rumah Ma Qiau?" tanya Cin Hai.
"Tentu saja boleh, ayolah kita kerumah Ma Qiau, tetapi janji, tidur di sini ya, jangan di rumah Ma Qiau" ujar Yi Feng sambil berdiri.
Swan Niang muncul dari dalam rumah, "koko berdua mau kemana?" tanya nya.
"Aku sama Cin Hai akan kerumah Ma Qiau sebentar, main kesana" ujar Yi Feng sambil mengajak Cin Hai keluar.
"Tunggu!, aku ikut, ada yang akan ku bicarakan dengan Swi Lian" Swan Niang berlari kecil mengejar Yi Feng dan Cin Hai.
Rumah Ma Qiau berada tidak jauh dari tempat tinggal Yi Feng, cuma berselang satu buah rumah. Rumah yang juga cukup besar itu.
Karena penjaga gerbang kediaman Ma Qiau sudah mengenal Yi Feng dan Swan Niang, mereka bisa keluar masuk tempat tinggal Ma Qiau dengan sesuka hati mereka, tanpa ditanya apa apa lagi.
...****************...