Karena menghindari perjodohan yang dilakukan orang tuanya, Khavi Zean Rakhayasha terpaksa harus kabur dari rumah dan mengganti identitasnya.
Namun di tengah pelarian nya, Khavi harus terjebak menjadi bodyguard seorang Nona muda arogan bernama Shena Athalia Sarfaraz.
Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya. Namun, ada satu fakta yang menjadi penghalang cinta keduanya. Mereka sama-sama telah dijodohkan oleh orang tuanya masing-masing.
Akankah cinta mereka bersatu?
Atau justru harus gagal sebelum berkembang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merebutnya Kembali
"Itu tidak mungkin, Ayah! Aku tidak bisa melakukannya."
"Pilihannya cuma 2, rebut Shena kembali atau dekati nona muda Majendra. Ayah tidak mau mendengar jawaban yang lain!"
Arthur dibuat tak berkutik oleh perkataan ayahnya. Baginya, ucapan ayahnya bukan sekedar ucapan kosong belaka, namun perintah yang harus dilakukannya tanpa bantahan.
Melihat putranya diam membisu, membuat ayah Arthur itu kembali mengeluarkan suaranya. "Atau kamu ingin pilihan ke-3?"
Mendengar perkataan sang Ayah membuat Arthur dengan reflek mendongakkan wajahnya. Ada sedikit perasaan lega di hatinya. Namun ucapan yang dilontarkan ayahnya kemudian membuat Arthur semakin merasa ayahnya adalah ayah paling egois di dunia.
"Ayah akan mencoret mu dari daftar hak ahli waris. Dan ayah pastikan, kamu akan hidup menggelandang diluar sana!"
Deg
Arthur merasa ayahnya sangat kejam dan egois. Jika diluar sana orang tua akan melakukan segalanya demi kebahagiaan anaknya. Berbeda dengan dirinya, ayahnya itu akan melakukan segala cara demi kebahagiaan nya sendiri, bahkan rela menukarkan kebahagiaan anaknya sendiri.
Arthur tersenyum miris mendengar ancaman dari sang Ayah. Namun dirinya bisa apa selain menurut. Duda perjaka itu bukan tidak ingin hidup miskin, dirinya terpaksa menjadi pengecut hanya demi Bunda nya.
"Dan kamu tau, apa yang akan terjadi pada Bunda mu, jika kamu tidak menuruti ucapan Ayah!" Tambah Ayah Arthur. Pria paruh baya itu tersenyum smirk, dia tahu putranya itu tidak akan berani membantahnya.
Arthur menghela napasnya panjang, Duda perjaka itu selalu tidak berkutik jika menyangkut kebahagiaan Bunda nya. "Baiklah, aku akan merebut Shena kembali. Karena dari awal dia memang milikku."
Ayah Arthur tersenyum puas mendengar keputusan putranya itu. "Bagus, kamu memang putra Ayah yang selalu bisa Ayah andalkan!" Pria paruh baya itu menepuk-nepuk pundak Arthur!
...----------------...
Shena dan Khavi sudah kembali pada rutinitasnya, setelah menghabiskan 3 hari honeymoon nya. Terbilang sangat singkat, namun pekerjaan mengharuskan mereka untuk secepatnya kembali.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, Shena terlihat beberapa kali melirik jam di pergelangan tangannya. "Kemana, Zean? Gak biasanya dia telat," gumam Shena.
Wanita cantik itu sedang menunggu suaminya di rumah sakit, biasanya Khavi tidak pernah telat menjemputnya. Namun, sudah hampir satu jam Shena menunggu, suami tampan nya itu belum juga kelihatan batang hidungnya.
Di tempat lain, Khavi yang sedang dalam perjalanan menjemput istrinya, tiba-tiba saja di tengah-tengah perjalanan dia melihat seorang wanita sedang dikerumuni preman jalanan.
Khavi yang mempunyai jiwa sosial tinggi, tanpa pikir panjang langsung menghampiri kerumunan itu.
"Dasar pengecut! Beraninya sama wanita."
Preman yang berjumlah sekitar 5 orang itu menoleh ke arah Khavi yang telah berani mencampuri urusan mereka.
"Siapa, kamu? Jangan bertingkah seperti pahlawan kesiangan! Pergi, jangan ikut campur urusan kami!" Ucap salah satu preman.
Khavi tidak meresa gentar walaupun jumlah mereka lebih banyak, sedangkan dirinya sendirian.
"Aku tidak bermaksud untuk mencampuri urusan kalian. Hanya saja, aku tidak suka melihat kalian melecehkan seorang wanita."
"Haaa... ha... ha...."
Ke-lima preman itu tertawa, merasa lucu dengan ucapan Khavi.
"Tanpa kami lecehkan pun, wanita itu memang sudah kotor. Kamu tidak lihat dandanannya seperti jalang kesepian?"
Dengan reflek, Khavi pun mengalihkan pandangannya pada wanita yang mereka sebut jalang itu.
"𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢 𝘋𝘢𝘳𝘢?"
Khavi memicingkan matanya merasa tidak asing dengan wanita itu. Sedangkan wanita yang memang Dara itu menunduk malu saat Khavi menatapnya.
"Sudahlah... kalau kamu mau, ambil saja dia! Kami sudah tidak selera," ucap pemimpin preman itu, lalu memberi kode kepada anak buahnya untuk meninggalkan tempat itu.
"Terimakasih, sudah menolong ku!" Dara menunduk malu, wanita itu sedikit tahu siapa pria tampan di depannya.
"Hmm." Khavi hanya bergumam sebelum akhirnya meninggalkan Dara yang menatapnya nanar.
"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘚𝘩𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘪𝘬𝘦𝘭𝘪𝘭𝘪𝘯𝘨𝘪 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘯𝘺𝘢? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢?" 𝘋𝘢𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘱𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘦𝘳𝘢𝘵 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘮𝘢𝘯𝘵𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘤𝘰𝘬𝘰𝘭 𝘥𝘪 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢.
...----------------...
"Maaf, Honey." Khavi mencium pucuk kepala istrinya, suami Shena itu sangat menyesal karena telah membuat istrinya menunggu lama.
Shena hanya diam tanpa berniat menjawab ucapan suaminya. Wanita cantik itu tidak marah, hanya saja Shena merasa khawatir karena tidak ada kabar jika suaminya akan telat menjemputnya.
"Kamu jangan marah dong, Honey!" Khavi mencoba terus membujuk istrinya. Namun bukan hal yang gampang membujuk Shena yang merajuk, istrinya itu tidak akan mempan dengan bujukan apapun.
Shena menghela napasnya panjang, pada akhirnya wanita cantik itu tidak tega melihat suaminya memohon seperti itu.
"Aku tidak marah, aku hanya khawatir denganmu. Tidak biasanya kamu telat," ucap Shena. Wanita cantik itu menatap lekat mata teduh suaminya. "Setidaknya, kamu kasih kabar. Jangan membuatku takut!"
Khavi merasa bersalah, apalagi mata istrinya sudah berkaca-kaca. Pria tampan itu langsung memeluk istrinya, membiarkan istri cantiknya itu mengeluarkan kekesalannya.
"Maaf... aku janji tidak akan membuatmu khawatir lagi, Honey!" Khavi terus menenangkan istri cantiknya yang kini menangis di pelukannya.
Trauma, itulah yang dirasakan Shena. Pernah kehilangan Khavi membuatnya takut jika pria tampan yang berstatus sebagai suaminya itu tiba-tiba menghilang lagi seperti dulu.
Khavi melerai pelukannya saat dirasa tangis istri cantiknya mulai mereda. Ditatap nya wajah cantik sang istri, matanya yang sembab tidak mengurangi kadar kecantikan paripurna yang dimiliki istrinya itu.
Cup
Satu kecupan mendarat di bibir istrinya. "Maaf, membuatmu khawatir."
Cup
"Maaf, membuatmu menangis."
Keduanya saling menatap sebelum akhirnya Khavi mendaratkan kecupan ke-tiga nya. Namun, bukan hanya sekedar kecupan saja, kedua nya saling memagut menyalurkan rasa cinta mereka yang semakin hari semakin dalam.
Shena lebih dulu melepaskan pagutannya, saat merasakan tangan suaminya sudah tidak bisa dikondisikan lagi.
"Honey...." Khavi menatap istri cantiknya penuh permohonan. Dan Shena tahu arti tatapan suaminya itu.
"Kita ke hotel saja, aku ingin merasakan sensasi lain di tempat baru," ucap Shena sambil menaik-turunkan alisnya.
Tentu saja, keinginan istri cantiknya itu disambut baik oleh Khavi. Pria tampan itu langsung menelpon pihak hotel nya untuk menyiapkan kamar istimewa untuk nya dan istri cantiknya.
"Seperti keinginan mu, Honey!"
Tanpa aba-aba Khavi langsung menggendong istri cantiknya ala bridal style menuju mobilnya. Sepanjang melewati koridor rumah sakit, semua orang yang berpapasan dengan pasangan suami istri itu mengulum senyumnya. Mereka sangat iri melihat keromantisan pasangan itu.
"By... turunkan aku! Aku malu, mereka menertawakan kita," bisik Shena di telinga suaminya.
"Mereka bukan menertawakan kita, tapi mereka iri. Mungkin pasangan mereka tidak ada yang seromantis suami tampan mu ini."
"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢... 𝘴𝘶𝘢𝘮𝘪𝘬𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘵𝘪𝘴, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘯𝘢𝘳𝘴𝘪𝘴!"
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦
Jangan lupa tinggalkan jejak😘