Menceritakan kisah Raditya Sukma yang terjerat dengan Seorang CEO cantik bernama Amelia Artmaja.
Sebagai manusia terkuat dibumi ini.Raditia terpaksa patuh pada Amelia. dan berperan sebagai pengawalnya. tidak hanya itu, Raditia juga terjerat hubungan dengan beberapa wanita selama menjadi pengawal amelia. Hinga pada akhirnya, dia memutuskan menikahi setiap wanita yang memiliki ikatan cinta denganya..
So jika kalian penasaran langsung cekidot ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SATO_WOW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
50.000 Rupiah
"Bukankah semua sudah aku jelaskan? Sekarang liat dadamu! Jika itu masih tertutup rapat, mungkin kamu tidak akan senyaman sekarang," ujar Raditia, berbalik dan menatap D*da Debby.
Baru kemudian Debby sadar bahwa dadanya benar benar terbuka dan dia hanya mengenakan pakaian dalam.
Debby buru buru menundukan kepalanya dan menutupi dadanya dengan kedua sisi kamejanya.
Namun, tidak ada kain yang penekan dada kali ini dan kamejanya benar benar tidak bisa menutupi dadanya.
Setelah melakukan semua ini, Debby menatap Raditia dan bertanya, "Apa Syarat lain dari metode pengobatanmu?"
"Tentu saja biaya. Bukankah tidak ada yang gratis di dunia ini?" jawab Raditia tanpa ragu.
"Oke, Oke, berapa biayanya?" Debby kehabisan kata-kata.
Meskipun Debby merasa Raditia tak tahu malu, tetapi dia harus menanggung segalanya untuk kesembuhan penyakitnya.
"50.000 Rupiah," jawab Raditia sambil tersenyum.
"50.000 Rupiah?" tanya Debby kebingungan.
"Jangan bercanda!" bentaknya.
"Kenapa kamu pikir aku bercanda?" Raditia menatap heran Debby.
"Baiklah anggap saja uang 50 ribu itu sebagai uang pokok, jadi setiap kamu datang bawakan saja dua bungkus rokok dan untuk biaya pengobatan yang sebenarnya 50 juta rupiah, bagaimana?" saran Raditia.
"Oh, baiklah aku setuju," ujar Raditia, mengangkat ponselnya dan melihat uang 10 juta masuk ke rekeningnya, matanya sedikit basah seketika.
Faktanya guru Raditia sungguh pelit. Setiap kali ia memberi misi uang hadiahnya selalu sedikit.
Menjalankan misi di bandung, Raditia benar benar mengandalkan gaji bulanan sebagai satpam untuk bertahan hidup.
"Apa ada lagi yang kamu perlukan, Raditia?" tanya Debby setelah duduk kembali ke mejanya.
"Oh, ya, aku ingin bekerja jadi satpam pos depan lagi" jawab Raditia.
"Itu saja?!" seru Debby, memandang Raditia tidak percaya.
"Ya, hanya itu. Apa kamu ingin memberiku sesuatu yang lebih?" Raditia menatap D*da Debby. "Hm, meski ukurannya tidak terlalu besar, kurasa masih cukup enak." ujarnya.
"Bajingan!!" geram Debby marah lagi, tinjunya mengepal erat.
Karena sesak nafas, dadanya taik turun lagi.
"Ah, aku lupa! Kamu jangan terlalu sering marah-marah, itu akan memicu serangan penyakitmu" ucap Raditia sambil terus menatap D*da Debby, benar-benar tak sanggup menahannya.
"Oke, Oke, Aku tidak marah. Sabar, sabar." Debby menepuk nepuk D*da nya dan menghela nafas dalam-dalam. Setelah cukup tenang, dia memberikan surat tugas kepada Raditia. "Pergila ke pos keamanan di depan. Selesai bekerja aku akan mentraktirmu makan!."
"Baiklah" sahut Raditia, menyimpan surat tugas dan berjalan keluar.
Baru saja berjalan ke pintu, tiba-tiba teringat sesuatu dan berbalik pergi.
"Bu, Debby, jika istriku menelpon nanti. Bilang padanya bahwa dalam dua bulan, dia akan makan enak bersamaku." ujarnya.
Setelah mengatakan itu Raditia berbalik dan pergi dengan santai.
"Bajingan, Bajingan, Bajingan!" geram Debby sangat kesal.
Namun dia hanya bisa menepuk nepuk dadanya, dan berusaha tenang sebisa mungkin.
Hanya saja wajah Debby memerah dan ini sagat lucu sekali.
Siapa sangka, Raditia berbalik, masuk lagi ke kantor dan menatap Debby sambil tersenyum.
"Kamu sangat cantik ketika menahan marah, hahaha!" ucapnya mengoda.
"Sial!" Debby segera menutup wajahnya karena malu dan berteriak."Cepatlah pergi!!!"
"Hahaha!" Raditia mengangguk, lalu benar-benar menghilang dari kantor Debby.
"Bajingan Besar!" gumam Debby lalu buru buru tutup Mulut dan melihat kearah pintu dengan hati-hati.
Dia tidak bisa menghela nafas lega sebelum Raditia benar benar pergi.
Segera, dia mengambil beberapa nafas lagi dan merasa lebih nyaman.
"Raditia benar benar bajingan besar, pantas saja Amel bisa ia taklukkan" gumamnya lagi.
Ting ting ting ting!
Tiba-tiba ponselnya berdering.
Debby menatap layar ponselnya, ini pangilan dari Amelia.
Ternyata Amelia menantikan laporan dari Debby, Seharusnya dengan tempramen Debby, Raditia bisa dibuat kapok.
Hanya saja Amelia tidak tahu bahwa sebenarnya Debby dibuat kapok oleh Raditia.
Sekarang Debby tidak tahu cara menjelaskannya pada Amelia.
Meskipun Debby mengerutkan kening, dia msih memutuskan untuk segera menjawab telepon.
"Bagaimana? Apa dia berlutut? Apa dia menangis da memohon ampun? Apa dia kapok dan memutuskan pergi?" datang deretan pertanyaan Amelia dari ujung telpon,dia benar benar tidak sabar.
Dan Debby hanya berdiri di tempat tanpa berkata-kata.
"Berlutut, menangis, mohon ampun,kapok dan pergi? Bajingan besar ini terlalu tangguh, kenapa kamu menyuruhku untuk mengurus bajingan besar seperti itu? Tidakkah ini terlalu kejam?" batin Debby benar benar mengeluh saat ini.
Tapi bagaimana dia bisa memberitahu Amelia.
"B-Begini Amel, dia datang saat Asmaku kambuh, dan dia benar benar membantuku untuk mengobatinya, jadi aku merasa tidak enak untuk mempermalukannya, tenang saja dia masih bekerja sebagai satpam di pos depan dan aku bisa mengurusnya nanti, jangan khawatir," jawab Debby agak takut-takut.
Mengatakan ini, Debby mengepalkan tinjunya dan memberi isyarat, seolah dia bersumpah akan membalas dendam.
"Oke,Oke." Ujar Amelia, sebenarnya dia tidak terlalu memikirkannya, dan dia sekarang lebih peduli pada Debby daripada Raditia.
"Bagaimana dengan penyakit Asmamu, Debby? Tidak masalah jika kamu ingin libur hari ini, lebih baik periksa dulu ke rumah sakit!" sarannya.
"Jauh lebih baik, terimakasih atas perhatianmu" ujar Debby sambil tersenyum.
"Ngomong-ngomong ketika Raditia pergi, dia menyampaikan pesan padamu" tambahnya.
"Pesan apa?" tanya Amelia penasaran.
"Dalam dua bulan, kamu akan makan enak bersamanya," jawab Debby jujur.
BRAK!
BRAK!
Untuk beberapa alasan, suara aneh datang dari ujung telpon, seolah olah ada sesuatu yang hancur.
Pada saat yang sama, terdengar suara nafas Amelia terengah-engah.
"Ada apa? Kamu baik baik saja, Kan?" tanya Debby keheranan.
"Tidak apa-apa, lupakan saja," sahut Amelia.
Disisi Amelia saat ini.
Dia gemetar karen marah, dan lekukan D*danya terus naik turun.
"Bajingan besar sialan! Apanya yang makan enak, hah? Jelas itu modus! Kamu hanya ingin mengambil keuntungan dariku! Aku tidak akan pernah membiarkanmu berhasil! Ya, ya, aku harus bersumpah"
"lalu, Amelia Artmaja, Akan melajang seumur hidupku, lebih baik aku tidak menikah dan menjadi perawan tua, daripada aku harus makan enak bersama Raditia, Aku bersumpah!"
Amelia bersumpah, tangan mengepal kuat kuat.
...
Setelah keluar dari kantor personalia, Raditia kembali menjaga pos keamanan di depan gedung perusahaan.
Namun, Barusaja dia duduk dikursi pos keamanan.
Datang dua orang dengan senyuman menyanjung diwajahnya.
Mereka adalah satpam ketika di toilet, Anton dan karyawan divisi personalia, Wawan.
Anton segera menyerahkan secangkir kopi kepada Raditia.
"Siang senior, Aku membawakan kopi hitam. Senior sangat suka kopi hitam, kan? Silahkan dinikmati," serunya sambil tersenyum.
"Hm,Oke," Raditia mengambil gelas kopi dan menyeruputnya.
"Kau benar benar tau seleraku" ujarnya.
BERSAMBUNG.
Terimakasih sudah membaca novel othor jangan lupa tinggalkan like dan komen ya teman teman.
