NovelToon NovelToon
Alena: My Beloved Vampire

Alena: My Beloved Vampire

Status: tamat
Genre:Tamat / Romansa Fantasi / Vampir / Romansa
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Syafar JJY

Alena: My Beloved Vampire

Sejak seratus tahun yang lalu, dunia percaya bahwa vampir telah punah. Sejarah dan kejayaan mereka terkubur bersama legenda kelam tentang perang besar yang melibatkan manusia, vampir, dan Lycan yang terjadi 200 tahun yang lalu.

Di sebuah gua di dalam hutan, Alberd tak sengaja membuka segel yang membangunkan Alena, vampir murni terakhir yang telah tertidur selama satu abad. Alena yang membawa kenangan masa lalu kelam akan kehancuran seluruh keluarganya meyakini bahwa Alberd adalah seseorang yang akan merubah takdir, lalu perlahan menumbuhkan perasaan cinta diantara mereka.
Namun, bayang-bayang bahaya mulai mendekat. Sisa-sisa organisasi pemburu vampir yang dulu berjaya kini kembali menunjukan dirinya, mengincar Alena sebagai simbol terakhir dari ras yang mereka ingin musnahkan.
Dapatkah mereka bertahan melawan kegelapan dan bahaya yang mengancam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syafar JJY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29: Awal Menuju Akhir

Chapter 60: Sebuah Firasat

Cahaya matahari pagi menyelinap lembut melalui celah tirai, menciptakan semburat keemasan di dalam kamar. Udara masih terasa sejuk, membawa ketenangan yang seharusnya menenangkan hati.

Alberd duduk di sofa, mengenakan kemeja rapi yang telah tersusun sempurna di tubuhnya. Di depannya, sebuah meja kecil dengan camilan dan segelas air putih diatasnya. Namun, meski segalanya tampak normal, ada sesuatu yang terasa berbeda pagi ini.

Langkah ringan terdengar mendekat. Alena memasuki kamar dengan tatapan lembut, membawa nampan berisi sepotong roti dengan selai cokelat dan segelas susu hangat. Di tangannya yang lain, sebuah kotak bekal tergenggam erat.

“Sarapanmu, sayang,” suaranya terdengar manis, namun ada nada samar yang sulit dijelaskan.

Alberd menoleh, tersenyum hangat melihat istrinya. “Terima kasih, sayang.”

Alena meletakkan nampan itu di meja, lalu duduk di sampingnya. Sesaat, dia hanya menatap Alberd yang mulai menyantap sarapan dengan lahap. Tatapannya seolah ingin menghafal setiap detail wajah suaminya, seakan ingin menyimpannya dalam kenangan.

Namun perlahan, ekspresi itu berubah. Senyumnya meredup, matanya kehilangan cahaya kehangatan, digantikan oleh sorot kegelisahan.

Alberd yang peka terhadap perubahan sekecil apa pun dari istrinya, melirik ke arah Alena. Dia menghentikan kunyahannya, menelan makanannya perlahan sebelum akhirnya bertanya.

“Ada apa, istriku?” suaranya lembut, namun nadanya mengandung kekhawatiran. “Kamu terlihat gelisah.”

Alena mengalihkan pandangannya sejenak, jari-jarinya meremas ujung gaunnya tanpa sadar.

“Aku… tidak tahu. Semalam aku merasa aneh, dan sejak tadi pagi… firasatku buruk, seperti ada sesuatu yang akan terjadi.”

Alberd diam sejenak, menatap dalam mata istrinya yang dipenuhi keraguan. Ia lalu menghela napas pelan, mencoba meredakan kekhawatiran yang tersirat dalam tatapan Alena.

“Mungkin itu hanya perasaanmu saja,” ujarnya lembut, menggenggam tangan istrinya dengan hangat. “Jangan terlalu dipikirkan, semua akan baik-baik saja.”

Alena menatapnya, mencoba mencari keyakinan dalam kata-kata suaminya. Namun, di dalam hatinya, firasat itu tidak serta-merta menghilang.

“Ya… mungkin kamu benar.” Suaranya terdengar pelan, hampir seperti gumaman.

Dia meraih gelas susu cokelat hangat di meja, lalu menyodorkannya pada Alberd. “Minumlah, ini akan membuatmu lebih semangat.”

Alberd tersenyum, namun bukannya langsung mengambil gelas itu, ia malah menggenggam tangan Alena yang masih memegang gelas. Matanya menatap lekat ke arah istrinya sebelum akhirnya meminum susu itu perlahan hingga habis.

“Ahh… susu cokelat memang yang terbaik,” ujarnya puas.

Tanpa peringatan, Alberd merangkul pinggang Alena dan menyandarkan kepalanya ke dada istrinya.

Alena terkesiap, namun tak butuh waktu lama baginya untuk tersenyum dan membelai lembut rambut suaminya. “Kadang kamu lebih mirip anak kecil daripada seorang pria dewasa.”

Alberd tertawa pelan. “Tidak ada aturan yang melarang seorang suami untuk manja kepada istrinya, bukan?”

Alena terkikik kecil. “Tentu saja tidak. Kamu bebas melakukan apa pun, sayang… Aku adalah milikmu.”

Beberapa saat mereka hanya diam, menikmati kehangatan satu sama lain. Namun, di balik senyum yang terukir di bibir Alena, kegelisahan masih merayap dalam hatinya.

Saat Alberd akhirnya melepaskan pelukannya, matanya tertuju pada kotak bekal yang tadi dibawa Alena. “Sayang, apa itu bekal makan siangku?”

Alena tersenyum, mengangkat kotak itu sebelum menyerahkannya padanya. “Iya, aku sendiri yang memasaknya. Pastikan kamu memakannya, ya?”

Alberd menerima kotak bekal itu dan mengangguk mantap. “Tentu saja, terima kasih, sayang.”

Mereka kemudian berdiri, dan dengan sigap, Alena membantu memasangkan dasi ke leher suaminya. Tangannya bekerja dengan terampil, namun hatinya dipenuhi kecemasan yang sulit dijelaskan.

Saat dasi itu sudah terpasang rapi, Alena menatap dalam mata suaminya. Lalu, tanpa ragu, ia menghapus jarak di antara mereka dan mengecup bibir Alberd dengan lembut.

Sebuah ciuman singkat, namun penuh makna.

Setelah beberapa saat, keduanya keluar dari kamar. Alena mengantar suaminya hingga ke pintu rumah.

“Nina sudah berangkat lebih dulu bersama Ayah,” ucap Alberd seraya mengecek jam tangannya. “Kalau begitu, aku berangkat, sayang.”

Alena mengangguk, meski matanya masih dipenuhi rasa enggan. “Ya sayang, hati-hati di jalan…” bisiknya.

Alberd tersenyum dari kejauhan, melambaikan tangan sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil dan meninggalkan halaman rumah Reinhard.

Alena berdiri di depan pintu, memandang kepergian suaminya hingga mobilnya menghilang di tikungan jalan.

Angin pagi bertiup lembut, namun perasaan yang bergelora dalam hatinya justru semakin menguat.

Sesuatu akan terjadi.

Sesuatu yang besar.

Dan firasatnya mengatakan, ini bukan sesuatu yang baik.

Chapter 61: Kegelapan Mengintai

Matahari terik menggantung di langit saat Alberd berdiri di lokasi proyek renovasi stadion kota. Cahaya keemasan menyilaukan, memantul di atas helm dan peralatan berat di sekelilingnya. Suara gemuruh eskavator bercampur dengan dentingan logam, sementara tower crane bergerak lambat, mengangkat material ke tempatnya.

Alberd tampak sibuk, sesekali berbicara melalui walkie-talkie di tangannya. Keringat mengalir di pelipisnya, namun ekspresinya tetap fokus. Sudah tiga minggu berlalu sejak ia mulai bekerja sebagai supervisor lapangan di perusahaan ayahnya, Grinfol, yang menjabat sebagai manajer properti.

Langkah berat terdengar di belakangnya. Alberd menoleh dan melihat Grinfol mendekat dengan tangan di saku celananya.

"Nak, bagaimana pekerjaanmu?"

Alberd menyeka keringat dari dahinya, tersenyum kecil.

"Semua berjalan lancar, Ayah."

Grinfol mengangguk puas, lalu menepuk bahu putranya.

"Bagus. Aku akan pulang lebih dulu. Jangan lupa makan siang. Jangan sampai bekal dari istrimu terabaikan."

Alberd terkekeh mendengar ucapan ayahnya.

"Aku tidak akan berani melewatkannya."

Setelah melihat ayahnya pergi, Alberd melanjutkan pekerjaannya hingga akhirnya tiba waktu makan siang. Ia melangkah ke ruang istirahat, melepas helmnya, lalu duduk di meja kecil. Dengan hati-hati, ia membuka bekalnya.

Begitu tutupnya terbuka, aroma lezat langsung menyeruak. Nasi putih, tumis udang segar dengan daun seledri, dan potongan tomat yang menggoda. Senyum Alberd merekah.

"Istriku memang yang terbaik."

Tanpa ragu, ia menyendok makanan ke mulutnya.

"Hmm… luar biasa enak!"

Meskipun lelah, makanan dari tangan Alena seperti memberikan energi baru.

Sore tiba, langit mulai berpendar jingga keemasan. Alberd tidak langsung pulang. Ia mampir ke supermarket untuk membeli beberapa stok dapur yang mulai menipis.

Ketika akhirnya keluar dari supermarket, malam telah menyelimuti kota. Ia menyusun belanjaan ke dalam bagasi mobilnya dengan gerakan teratur, namun sesuatu membuatnya berhenti.

Firasatnya menegang.

Pelan-pelan, ia melirik ke samping. Seakan ada mata yang mengawasinya dari kejauhan.

Alberd menarik napas dalam, lalu melanjutkan memasukkan barang. Setelah semuanya tersusun, ia masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin.

Kota Velmor tetap sibuk meski malam telah turun. Lampu jalan menyala terang, kendaraan berlalu-lalang, dan suara hiruk-pikuk khas kota terus menggema. Namun, di tengah keramaian itu, Alberd merasa ada sesuatu yang salah.

Matanya sesekali melirik spion.

Ada mobil hitam dan dua motor yang terus mengikutinya.

"Jangan bilang ini terjadi lagi..."

Kenangan buruk menyeruak di pikirannya. Malam itu, ketika ia dan Nina diserang oleh anak buah Simon. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Lebih berbahaya.

Ia menghela napas, lalu menguji kecurigaannya dengan berbelok ke jalan kecil yang lebih sepi.

Mobil dan dua motor itu masih mengikuti.

Keringat dingin mengalir di tengkuknya.

"Sial. Ini bukan kebetulan."

Tanpa ragu, ia menginjak pedal gas, mempercepat laju mobilnya melewati jalanan gelap. Namun pengejarnya tidak tertinggal.

"Lari tidak akan menyelesaikan masalah." gumamnya.

Dengan cepat, ia memutar kemudi tajam, mengarah ke jalur luar kota. Keputusan itu berisiko, tapi ia tidak punya pilihan lain.

Di belakang, mobil hitam dan motor-motor itu juga mempercepat laju mereka, seperti bayangan kegelapan yang mengejarnya tanpa ampun.

Di tempat lain, di ruang tamu keluarga Reinhard, suasana penuh kehangatan.

Alena duduk di sofa bersama Stefani, sementara di depan mereka ada Clara dan putrinya. Gelak tawa kecil terdengar, mengisi ruangan dengan nuansa damai.

Di sudut ruangan, Grinfol menikmati kopinya dengan tenang.

"Kamu hamil dua bulan?" tanya Stefani dengan mata berbinar.

Clara tersenyum, mengangguk pelan.

"Ya. Aku baru saja memeriksakannya ke dokter tadi siang."

"Itu kabar luar biasa! Selamat, Clara!" ucap Stefani.

Alena yang duduk di samping Stefani ikut tersenyum hangat.

"Selamat, Nyonya Clara," ujarnya lembut.

Namun, tiba-tiba...

Alena tersentak.

Jantungnya berdetak cepat.

Napasnya memburu.

Matanya berubah tajam, pupilnya menyempit. Sebuah firasat kuat menghantamnya, bahaya. Besar dan dekat.

Tangannya dengan refleks menggenggam lengan ibunya.

Stefani menoleh, ekspresinya berubah cemas.

"Alena, ada apa sayang?"

Alena menunduk, menyembunyikan matanya yang kini bersinar terang.

"Ibu... aku harus ke kamar sebentar."

Stefani hendak bertanya lebih jauh, tapi sebelum sempat, Alena mendekat dan berbisik sesuatu.

Mendengar itu, wajah Stefani seketika memucat. Napasnya tertahan, tangannya erat menggenggam jemari menantunya.

"Hati-hati, sayang," bisiknya penuh kekhawatiran.

Alena mengangguk, lalu berdiri dan berjalan cepat menuju kamarnya. Gerakannya tenang, tapi sorot matanya tajam dan ekspresinya dingin.

Clara menatap Stefani dengan bingung.

"Ada apa, Fani?"

Stefani tersenyum canggung.

"Oh, tidak ada apa-apa... hanya siklus bulanannya."

Clara tertawa kecil, mengangguk mengerti.

Namun, saat Stefani menoleh ke arah Grinfol, mereka bertukar pandang penuh arti. Tanpa perlu kata-kata, mereka tahu sesuatu sedang terjadi. Sesuatu yang serius.

Dan itu melibatkan Alberd.

1
Wulan Sari
critanya sangat menarik lho jadi kebayang bayang terus seandainya kenyataan giman
makasih Thor 👍 salam sehat selalu 🤗🙏
Wulan Sari: iya selamat berkarya di tunggu karya2 yang lain semangat💪 salam sehat selalu
John Smith-Kun: Terima kasih, kebetulan ini novel pertama yang saya tulis, syukurlah klo ceritanya menarik
total 2 replies
Siti Masrifah
cerita nya bagus
John Smith-Kun: Thank u👍
total 1 replies
Author Risa Jey
Sebenarnya ceritanya bagus, ringan dan cocok untuk dibaca di waktu santai. Cuma aku bacanya capek, karena terlalu panjang. Satu bab cukup 1000 kata lebih saja, agar pas. Paling panjang 1500 kata. Kamu menulis di bab yang isinya memuat dua atau tiga chapter? ini terlalu panjang. Satu chapter, kamu buat saja jadi satu bab, jadi pas.

Bagian awal di bab pertama harusnya jangan dimasukkan karena merupakan plot penting yang harusnya dikembangkan saja di tiap bab nya nanti. Kalau dimasukkan jadinya pembaca gak penasaran. Kayak Alena kenapa bisa tersegel di gua. Lalu kayak si Alberd juga di awal. Intinya yang tadi pakai tanda < atau > lebih baik tidak dimasukkan dalam cerita.

Akan lebih baik langsung masuk saja ke bagian Alberd yang dikejar dan terluka hingga memasuki gua dan membangunkan Alena. Sehingga pembaca akan bertanya-tanya, kenapa Alberd dikejar, kenapa Alena tersegel di sana dan lain sebagainya.

Jadi nantinya di bab yang lain nya akan membuat keduanya berinteraksi dan menceritakan kisahnya satu sama lain. Saran nama, harusnya jangan terlalu mirip atau awalan atau akhiran yang mirip, seperti Alena dan Alberd sama-sama memiliki awalan Al, jadi terkesan kembar. Jika yang satu Alena, nama cowoknya mungkin bisa menggunakan awalan huruf lain.
John Smith-Kun: Untuk sifat asli Alena ada di bab 15 dan terima kasih atas sarannya
Author Risa Jey: 5.

Pengen lanjut baca tapi capek, gimana dong penulis 😭😭😭
total 5 replies
Dear_Dream
Jujur aja, cerita ini salah satu yang paling seru yang pernah gue baca!
Siti Masrifah: mampir di cerita ku kak
John Smith-Kun: Terima kasih🙏
total 2 replies
John Smith-Kun
Catatan Penulis:
Novel ini adalah karya pertama saya, sekaligus debut saya sebagai seorang penulis.
Mengangkat tema vampir dan bergenre romansa-fantasy yang dibalut berbagai konflik dalam dunia modern.
Novel ini memiliki dua karakter utama yang seimbang, Alena dan Alberd.

Novel kebanyakan dibagi menjadi dua jenis; novel pria dan novel wanita.
Novel yang bisa cocok dan diterima oleh keduanya secara bersamaan bisa dibilang sedikit.
Sehingga saya sebagai penulis memutuskan untuk menciptakan dua karakter utama yang setara dan berusaha menarik minat pembaca dari kedua gender dalam novel pertama saya.
Saya harap pembaca menyukai novel ini.
Selamat membaca dan terima kasih,
Salam hangat dari author.
Wulan Sari: ibu sudah mengikuti cerita ini Thor, 👍 ibu suka critanya, walau suatu yg ga nyata di dunia ini, ibu sukaaaa sekali semangat untuk up trimakasih❤️🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!