Bismillahirrohmanirohim.
Blur
Ulya sedang seorang gadis muslimah yang sedang menunggu dokter memeriksa ibunya dengan rawat wajah khawatir. Tapi disaat dia sedang terus berdoa untuk keselamatan sang ibu tiba-tiba dia melihat seorang bocah sekitar berumur 4 tahun jatuh tak jauh dari tempatnya berada.
Ulya segera membantu anak itu, siapa sangka setelah bertemu Ulya, bocah itu tidak ingin berpisah dengan Ulya. Anak kecil itu ingin mengikuti Ulya.
"Jadilah pengasuh Aditya, saya akan menyanggupi semua syarat yang kamu mau. Baru pertama saya melihat Aditya bisa dekat dengan orang asing apalagi perempuan. Saya sangat meminta tolong sekali, Ulya agar kamu meneriam tawaran saya." Raditya Kasa Hans.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Bismillahirrohmanirrohim.
Hans bersama Aditya sedang menikmati indahnya pantai dipagi hari. Pagi-pagi sekali Aditya sudah mengajak daddynya untuk menikmati suasana pantai tanpa berpamitan pada Ulya, Aditya sudah tau kalau hari ini mbak Lia nya akan pulang ke rumah. Aditya tidak ingin bersedih ditinggal Ulya akhirnya memutuskan mengajak daddnya ke pantai.
"Daddy, mbak Lia mau jadi mommy, Aditya ya?" Aditya menatap polos pada Hans.
Bapak dan anak itu sedang duduk di atas pasir pantai tanpa beralas apapun. Hans menoleh pada Aditya yang duduk tepat di sebelahnya.
"Aditya mau mbak Lia jadi mommy, kamu?" Hans malah bertanya balik.
"Mau...mau...mau...mau daddy! Aditya mau cekali. Kalau mbak Lia jadi mommy Aditya, pacti nanti Aditya bica cering-cering cama mbak Lia. Teruc Aditya bica jalan-jalan bareng cama mbak Lia juga daddy, nanti Aditya bica tidur cama daddnya dan mbak Lia."
Huft!
Hans menghela nafas panjang mendegar celetotan Aditya, dia tak menyangka sebegitu ingin keponakan yang sudah dia anggap anak sendiri memiliki seorang ibu di sampingnya. Hans sadar betul memang Aditya yang masih sangat kecil membutuhkan sosok seorang ibu di sampingnya. Ditambah lagi penyakit Aditya belum sembuh total walaupun sudah melakukan operasi.
Hans tidak tahu apakah penyakit Aditya dapat disembuhkan atau tidak, dari keterangan dokter, Aditya menderita penyakit keturunan dari ayahnya yaitu Talasemia. Kelainan darah dengan kondisi jumlah protein pembawa oksigen kurang dari jumlah normal.
Thalasemia merupakan kelainan darah bawaan yang ditandai oleh kurangnya protein pembawa oksigen (hemoglobin) dan jumlah sel darah merah dalam tubuh yang kurang dari normal.
Yang membuat Hans ingin selalu menjaga Aditya karena orang yang menderita penyakit Thalasemia hanya mampu bertahan hidup sekitar 10-20 tahun saja kabar buruknya orang yang menderita penyakit Thalasemia tidak dapat sembuh total dari penyakit tersebut.
Kakek Hans dulu juga menderita penyakit yang sama, yang menurun pada Rama merupakan ayah kandung Aditya. Tapi diumur Rama yang memasuki lima belas tahun barulah penyakit Thalasemia mulai dirasakan Rama tidak seperti Aditya yang sudah menderita penyakit thalasemia dari kecil.
Satu bulan lalu Hans telah melakukan operasi pengakatan limfa untuk Aditya. Saat ini memang kondisi cucu satu-satunya keluarga Kasa itu sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.
Suasana pantai yang semakin ramai tidak mengusik ayah dan anak itu. Hans masih diam belum menjawab perkataan Aditya, laki-laki tampan tersebut menatap sang anak dengan begitu teduh.
"Jadi daddy mau menikah dengan mbak Lia?"
Karena daddynya diam saja, Aditya memutuskan untuk kembali berusara.
"Aditya mau daddy menikah dengan mbak Lia?"
"Mau cekali daddy, cekarang daddy haruc janji dulu cama Aditya. Mbak Lia akan teruc cama-cama kita, daddy mau janji?"
Sudah kebiasaan Aditya jika membuat janji bersama seorang pasti akan mengeluarkan jari kelingkingnya sebagai tanda bukti.
"Insya Allah, daddy janji. Tapi Aditya mau bantu daddy."
"Cudah pacti daddy. Apapun untuk daddy."
"Thank you boy, kamu memang yang terbaik. Sudah sekarang ayo kita pulang ketemu mbak Lia."
'Hahahah, kacian cekali daddy baru mau ambil hati mbak Lia orangnya cudah tidak ada di rumah.' Aditya tidak tahu dia harus senang atau sedih sekarang.
"Ayo pulang daddy!"
Mereka sudah duduk selama 3 jam lebih di pantai sambil mencari solusi tentang Ulya. Hans memang aneh diskusi masalah hati dengan anak kecil yang tidak tahu apa-apa.
"Hans, ini bener kamu Hans? Wah, nggak nyangka kita balak ketemu disini."
"Nangka ciapa tante?" tanya Aditya polos pada Yulia, anak kecil disebelah Hans ini hanya ingin membuat Ulya kesal.
"Kamu mau nangka?"
"Tante ciapa cih? Aditya ndak kenal." Lalu Aditya menoleh pada Hans. "Daddy kenal cama tante ini?"
"Nggak sayang, ayo kita pulang temui mommy!" Hans membawa Aditya kedalam gendongnya.
"What! Mommy, jadi bener perempuan yang waktu di mall sama kamu itu calon istri, kamu Hans?"
Sayang sekali Hans tidak menggubris Yulia, dia terus berjalan bersama Aditya dari hadapan Yuila yang terlihat sangat kesal.
"Hans! Lihat gue nggak akan tinggal diam!" kesal Yulia.
Sementara itu disisi lain, Ulya sudah 20 menit lalu sampai di rumahnya tapi tidak ada orang. Mungkin saja ibu Rida sedang berada di pasar.
"Ibu belum pulang grandma, ayo masuk dulu." Ajak Ulya pada nenek dari anak asuhnya itu.
Ulya memang memilik kunci rumah masing-masing dari keluarga ibu Rida memegang satu kunci rumah.
"Ibu, mbak Lia kemana emang mbak?"
"Pasar biasanya sih, buat beli bahan jahitan sama kebutuhan dapur."
"Saya tinggal sebentar grandma, Arion." Ulya berlalu sopan dari hadapan Milda.
Kedua netra Milda menelusuri isi di dalam ruang tamu rumah keluarga Ulya, memang rumah Ulya tidak terlalu besar seperti mansion keluarga Kasa. Di dalam rumah itu Milda merasa sangat betah, rumahnya terlihat bersih dan rapi. Juga sangat nyaman sekali.
Tak lama Ulya sudah kembali membawa nampan besisi minum dan camilan untuk tamunya.
"Minum dulu grandma, Arion."
"Kamu ini kok repot-repot Ulya."
"Tidak grandma."
"Udah sih Ma ribet amat tinggal minum!"
Milda melotot pada putra bungsunya yang tidak tahu malu menurut beliau.
"Basa basi bisa nggak sih, Arion!"
"Ribet ma, nanti jatohnya jadi basi." Balas Arion tidak mau kalah dari mama sendiri, Ulya hanya mampu tersenyum.
Ketika anak dan ibu itu sedang berdebat ada orang yang mengucap di depan rumah.
"Assalamualaikum." Salam dua orang dari pintu utama sambil masuk kedalam rumah.
"Wa'alaikumsalam."
"Loh, Lia sejak kapan di rumah?"
"Baru bang, tumben udah pulang nggak ke bengkel."
"Abis nemeni ibu dari pasar,"
"Ya Allah, ada tamu maaf bu saya tidak di rumah tadi." Sapa ibu Rida pada Milda ramah.
Arion masih mengingat-ingat wajah Fahri, mungkin dia merasa seperti pernah bertemu dengan kakak dari mbak Ulya.
"Iya bu, tidak papa."
"Bang! Lo yang di bengkel waktu itu kan?"
"Lah, lo anak SMA yang abis kena gebuk waktu itukan?" Fahri juga ikut bertanya.
Arion meringis mendengar perkataan yang keluar dari mulut Fahri, saat ini sang mama tengah menatap dirinya tajam.
"Ya Allah, bang nggak harus disebut juga abis kena gebuknya." Keluh Arion dalam benaknya.
Tak lupa Fahri ikut menyapa nyonya Milda sudah kedua kali dengan ini Fahri bertemu dengan nyonya besar kediaman Kasa.
"Masya Allah, kalian sudah saling kenal. Temani tamunya dulu Ri, Lia. Mama mau tarok barang kedapur."
"Biar Lia ma."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kediaman Kasa.
"Kok sepi? Pada kemana penghuni rumah ini bukannya sekarang hari libur." Ucap Hans pada diri sendiri.
"Bi, Mama sama yang lain pada kemana?"
"Kurang tahu, den Hans."
"Tolong panggil Ulya, bi suruh kesini."
Kepala pelayan dikediaman Kasa tidak langsung menuruti perintah Hans.
"Ada apa, bi?"
"Itu den, non Ulya sejak pagi sudah tidak ada di rumah. Tadi pagi saya lihat non Ulya bawa koper tidak tau mau kemana."
"Mbak Lia kemana bi?" tanya Aditya pura-pura kaget.
Deg!
Hans tiba-tiba saja merasa seluruh tubuhnya terasa lemas mendegar Ulya tidak ada di rumah. Baru saja akan berjuang tapi belum berusaha orangnya sudah tidak ada.