Menunggu adalah cinta yang paling tulus, tapi apakah yang ditunggu juga mencintai dengan tulus? Sudah tiga tahun lamanya Anaya Feroza Mardani menunggu sang kekasih pulang dari Indonesia. Kabar kematian sang kekasih tak akan membuat Naya begitu saja percaya sebelum dirinya bertemu dengan jasad sang kekasih.
Penantian tiga tahun itu, membuat kedua orang tua Naya harus menjodohkan Naya dengan seorang Dokter tampan bernama Naufal Putra Abikara anak dari Abikara Grup, yang tak lain adalah musuhnya saat SMA dulu.
Apakah kekasih yang Naya tunggu akan datang? Dan apakah dia masih hidup atau sudah meninggal? Bagaimanakah hubungan Naya dengan Naufal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aniec.NM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 16 Jogging
Pagi harinya. Matahari belum menampakan sinarnya, Naya dan Naufal sudah bersiap dengan baju olahraganya. Hara ini Naya mengajak Naufal berjoging berkeliling komplek, Naya ingin menghibur Naufal agar Naufal tidak sedih lagi.
“Satu … dua … tiga …!” Naya dan Naufal berlari kecil sembari pemanasan ringan.
“Naufal, tunggu capek banget tau.” Naya memegang lututnya pegal.
Naufal yang jaraknya agak jauh dari Naya, karena dia larinya begitu cepat langsung menghampiri istrinya.
“Naya kamu tuh berhenti Mulu, semangat dong katanya mau diet,” sahut Naufal.
“Aku nggak kuat, capek. Gendong,” ucap Naya dengan manja.
Hufs
Naufal membungkukkan badannya, lalu Naya naik di punggung lelaki itu. Dengan wajah yang seri-seri Naya menikmati gendongan Naufal, bahkan dirinya bernyanyi setiap jalan mereka lewati. Banyak pasangan mata memperhatikan mereka, bahkan para ibu-ibu yang tengah berbelanja sayur pun menyapa ramah keduanya.
“Masya Allah, romantis banget ya pasutri,” sapa Ibu Reni.
“Habis dari mana kalian?”
“Kita habis jogging, Bu. Mari Bu!” sahut Naufal.
Naufal menurunkan Naya dengan hati-hati. “Kamu sengaja ya, mau digendong sama aku?” tanya Naufal.
“Iya.”
Naufal mencium kening Naya, gemas dengan tingkah Naya yang mulai manja dengannya. Naufal sudah tau, sebenarnya Naya mengajaknya jogging untuk menghiburnya, ia juga tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan ini.
Naufal meraih kedua tangan Naya.” Naya, makasih ya kamu udah selalu ada,” kata Naufal, matanya begitu penuh cinta.
Naya tersenyum. Sudah seharusnya dia melakukan itu, menemani Naufal dalam kesedihan, membantunya menyembuhkan luka.
**
Naufal kembali berkerja, ia tak mau kesedihannya membuat Naufal malas bekerja, banyak orang yang membutuhkan jasanya.
Walau masa ada rasa trauma di dirinya, saat tengah menangani pasien kecelakaan, Naufal selalu teringat saat ia tengah menangani Oma nya.
Seseorang akan selalu terngiang akan sesuatu yang membuatnya trauma, namun trauma itu akan hilang bila dia mampu melawannya.
Malam yang dingin hingga terasa mengenai bulu kuduk Naya, Naya melihat jam menunjukan pukul 22. 30 wib. Sudah setengah jam lebih Naya berdiri di balkon kamar, dengan tangan dilipat di atas dada. Sedari tadi Naya menunggu kedatangan Naufal yang belum pulang.
Tin tin!
Suara klakson mobil itu membuyarkan lamunan Naya. Naya melihat dibawa, mobil Naufal terparkir pas di depan garasi rumah. Dengan sangat excited Naya berdiri di depan pintu kamar, bersiap menyambut kedatangan suaminya.
Tak berselang lama, Naufal membuka pintu kamar. Naya langsung merangkul Naufal, tangannya melingkar di leher lelaki itu. Naufal menerima pelukan itu dengan mencium pucuk kepala sang istri.
“Tumben pulangnya malem banget?” tanya Naya, ia membantu Naufal melepas jasnya.
“Banyak banget pasiennya.”
“Mau aku pijitin,” tawar Naya.
Naufal mengerutkan keningnya, ia begitu aneh dengan sikap Naya begitu manis dengannya. Naufal mendekati wajahnya, mengamati wajah sang istri.
“Kenapa?” Naya salah tingkah, di tak berani menatap mata suaminya.
“Kok ada yang beda gitu ya sama kamu?” tanya Naufal, matanya tak lepas dari prempuan di depannya.
“Coba tebak!” tita Naya.
Pandangannya beralih pada rambut Naya yang terurai indah itu, Naufal mengelus pucuk kepala istrinya, dia merasakan rambut perempuan itu basah, dia habis keramas.
“Kamu keramas?” tanya Naufal excited.
“Iya.”
Sekarang Naufal baru paham, apa yang menjadi beda malam hari. Naya sudah selesai masa pms itu artinya hak nya sebagai suami bisa dia dapatkan malam ini.
Perlahan Naufal menarik tubuh Naya di dalam dekapannya. Keduanya saling melempar senyuman, perlahan Naufal menempelkan bibirnya ke bibir Naya, dan terjadilah pertarungan pada malam itu.
Malam yang dingin menjadi saksi cinta keduanya menyatu, mungkin tidak akan terlupakan.
**
Naya merasakan pegal-pegal pada tubuhnya, perlahan Naya membuka matanya. Pandangan pagi ia lihat untuk pertama kali yaitu waah Naufal yang begitu tampan. Naya melihat tangan lelaki itu melingkar erat di perutnya, Naya tak memperdulikan itu, Naya mengamati wajah lelaki itu dengan lekat.
“Ternyata kamu ganteng juga ya, kalau di lihat dari dekat.” Tiba-tiba suatu ide melintas di otaknya.
Dengan hati-hati Naya melepaskan pelukan itu, dia turun dari ranjang, mengambil spidol di meja belajarnya. Naya kembali duduk di tepi ranjang, lelaki itu masih menikmati tidurnya. Kemudian Naya menggambar love di kedua lelaki itu, tak lupa menggambar kumis untuknya.
Dia terkekeh, lucu melihat gambar di wajah Naufal. Naya hanya tinggal menunggu Naufal bangun dan melihat reaksinya. Naya beranjak ke kamar mandi, badannya terasa sakit dan gerah, mungkin berendam air hangat dapat membantu tubuhnya menjadi segar.
Naufal meraba tempat tidur dengan mata yang masih terpejam, tak ada tubuh Naya di samping. Naufal segerah bangun, dia melihat di sekeliling kamarnya tak menemukan perempuannya. Tak lama dari itu, Naya keluar dengan mengenakan kaos berwarna hitam dengan tangan yang menggosok rambutnya dengan handuk.
Naya tertawa kecil melihat wajah Naufal begitu lucu, Naufal menghampiri Naya yang masih berdiri di bang pintu kamar mandi.
Ia menyandarkan tubuhnya di tembok dengan tangan ia lipat di atas dada.
“Kenapa, terpesona ya liat ketampanan aku?” tanya Naufal dengan PD nya.
Naya semakin gemas dengan suaminya ini, ia tak bisa menahan tawa. Ia begitu kreatif dalam menggambar sesuatu, hingga wajah tampan Naufal pun menjadi sasarannya.
“Iya, terpesona. Terpesona banget, jadi pengen ketawa,” sahut Naya.
Naufal mendekatkan wajahnya pada Naya, lalu berkata.” Makasih ya untuk malamnya, kalau aku mau lagi boleh?” bisiknya.
Naya menampilkan wajah cemberutnya, ia mencubit lengan lelaki itu.” Nggak, sakit tau tadi malam,” keluh Naya.
“Tapi seru kan?” Goda Naufal menyenggol lengan Naya.
“Apaan sih, nggak.” Pipi Naya tak bisa terkontrol lagi, dia benar-benar seperti kepiting rebus.
“Aku tuh terpesona banget liat kamu, coba deh ngaca pasti tampannya semakin meningkat,” ucap Naya.
Naufal mengambil handphonenya, melihat wajahnya yang begitu cemong membuatnya terkejut.
Ada banyak sekali gambar yang Naya buat di wajah lelaki itu.
“Nayaaa!!” rengeknya.
Naya tertawa terbahak-bahak, ekspresi lucu lelaki itu yang Naya tunggu, hingga tak kuat menahan perutnya karena banyak tertawa.
“Kok buka aku jadi gini sih?” protes Naufal.
“Lucu soalnya, bagus kan karya aku?” tanya Naya mengangkat satu alisnya.
Naufal mengamati setiap gambar yang Naya buat di wajahnya, prasaan ada yang kurang dari gambar itu. Hanya gambar love dan kumis yang Naya gambar.
“Kenapa?” tanya Naya melihat wajah lelaki itu sedikit cemberut.
“Ada yang kurang sama gambarnya,” jawanya.
“Maksudnya?”
“Kamu kurang gambar kiss kamu di pipi sama di jidat aku,” jawabnya.
“Ihhh, apaan sih.” Lagi-lagi tampolan itu Naya berikan pada suaminya.
“Berhubung aku ada di depan kamu nih, sekalian biar lengkap.” Naufal membungkuk tubuhnya, pipi yang sudah siap memberi kiss untuknya.
Naya tersenyum, dia memberikan kiss sekilas untuk lelaki itu.