Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Dua hari lagi pernikahan Arham, Arumi sama sekali tidak datang ke rumah ibunya untuk sekedar membantu. Selain malas melihat ibunya dan saudara-saudaranya, Arumi juga malas di tanyain perihal uang kemarin yang belum usai urusannya.
Arumi baru teringat ibunya sudah tak menghubunginya lagi, mungkinkah ibunya sudah mendapatkan uang itu. Arumi mengucap syukur kalau memang uang yang di butuhkan ibunya sudah ada, hal itu juga bukan urusannya.
Tok....Tok....Tok
Arumi yang mendengar suara ketukan pintu di depan, segera bergegas ke depan lalu membuka pintu ingin melihat siapa yang bertamu kalau suaminya tentu tak mungkin karena baru berapa belas menit yang lalu pamit hendak ke kebun.
"Loh, Paman Jaka?"
"Iya, Rum. Maaf ganggu waktunya Paman cuman mau kasih kabar, kalau sapi sama kambing untuk ibu Rum di maling orang"
"Apa? Kok bisa, kapan kejadiannya?" tanya Arumi terkejut
"Semalam kejadiannya, Paman juga baru tahu hari ini. Apa Rum dan Ibrahim mau kesana?"
Arumi mengangguk, setelah memberi berita tersebut Paman Jaka pamit pulang. Arumi pun segera menuju kebun ingin mengajak suaminya pergi ke rumah ibunya, sesampai di sana suaminya sedang sibuk menimba buah yang di panen.
"Mas" panggil Arumi sedikit berlari menghampiri suaminya
"Hati-hati, sayang" ujar Ibrahim khawatir, Arumi hanya nyengir lalu berjalan perlahan ke arah suaminya
"Ada apa, sayang? Sampai kamu berlari, padahal bisa telepon Mas"
"Arumi gak kepikiran karena panik, tadi Paman Jaka ke rumah. Ngasih kabar sapi sama kambing yang Mas kasih buat nikahan Arham hilang, di maling orang semalam" jelas Arumi
"Innalilahi, ayo kita kesana sekarang"
Arumi dan Ibrahim pun menuju ke rumah ibunya Arumi, mereka pun sampai di rumah ibunya Arumi yang sudah di dekor dan di sana juga terlihat ada mobil polisi di pagar rumah ibunya. Arumi dan Ibrahim segera masuk ke halaman rumah, lalu turun.
"Assalamualaikum" ucap Arumi dan Ibrahim, Arumi melihat kondisi ibunya yang sangat memprihatinkan.
"Nah ini orangnya Pak Polisi, pasti mereka yang sudah mengambil sapi sama kambing kami" tuduh ibunya Arumi menunjuk Arumi dan Ibrahim, membuat semua orang terkejut.
"Astaghfirullah, Bu. Jangan asal tuduh, bagaimana bisa kami maling sapi sama kambing ibu sedang hewan itu pemberian dari kami" ujar Arumi
Ibunya Arumi tidak terima dan masih mengamuk, bahkan tak henti-hentinya menuduh Arumi dan Ibrahim yang telah mencuri sapi sama kambing itu. Karena kondisi semakin ricuh, Ibrahim mengajak Arumi untuk pulang.
Ibrahim tidak mau sampai Arumi atau janin dalam kandungan Arumi kenapa-napa, tapi sebelum pulang Ibrahim dan Arumi memberi keterangan pada pihak kepolisian. Karena tak ingin kena tuduh, apalagi jelas-jelas hewan itu pemberian dari mereka.
"Mas, kira-kira siapa yang maling sapi sama kambing ibu?" tanya Arumi
"Biarkan itu menjadi urusan polisi, sayang"
Arumi pun diam, sebenarnya Arumi kasih melihat ibunya namun melihat sikap ibunya tadi membuat Arumi jadi tidak kasihan lagi. Arumi masih tidak habis pikir, bagaimana mungkin ibunya menuduh mereka mencuri sapi sama kambing itu.
Sesampai di rumah, Arumi berniat untuk istirahat. Entah mengapa hari ini tubuhnya terasa lelah, padahal Arumi tak terlalu banyak bergerak. Bahkan tadi pagi tak sempat masak karena dapat kabar tentang ibunya, jadi langsung meluncur ke rumah ibunya.
"Capek?" tanya Ibrahim ketika melihat istrinya selonjoran
"Iya, Mas" sahut Arumi, dengan sigap Ibrahim memijat kaki istrinya.
"Mas, Arumi minta maaf ya. Jujur Arumi malu dengan sikap ibu tadi"
"Kok kamu yang jadi minta maaf, sudahlah jangan terlalu di pikirkan. Ingat kamu lagi hamil, jadi gak boleh stres"
.
.
.
Setelah makan malam, Ibrahim meminta istrinya untuk segera tidur. Apalagi Ibrahim melihat kantong mata istrinya tampak menghitam, karena Ibrahim tau semenjak hamil istrinya kesulitan tidur, bersyukurnya setiap pagi istrinya tidak mengalami mual muntah.
Tok....Tok....Tok
Saat ingin memejamkan mata, Arumi mendengar suara pintu di ketuk. Arumi tak menghiraukan karena ada suaminya yang sedang menonton TV di ruang depan tapi telinganya mendengar suara yang sepertinya tak asing, karena penasaran Arumi memilih melihat siapa yang bertamu malam hari.
"Arham"
"Maaf, Mbak. Arham ganggu Mbak yang lagi istirahat" kata Arham
Arumi mengernyitkan keningnya tumben sekali Arham berbicara sopan, membuat Arumi jadi semakin curiga pasti ada maksud tertentu Arham datang malam-malam ke rumah mereka.
"Ada apa kamu kemari?" tanya Arumi
"Ada urusan sama Mas Ibrahim, Mbak"
Arumi menatap suaminya, suaminya langsung mengangguk. Arumi pun ikut duduk di sebelah suaminya, Arumi menatap ke arah Arham dengan tatapan curiga dan waspada apalagi terlihat Arham tampak gelisah seperti ada yang ingin di sampaikannya.
"Kamu ada perlu apa dengan Mas?" tanya Ibrahim
"Hem!!! Arham kesini mau minta tolong, Mas"
"Minta tolong apa?" tanya Arumi
"Arham mau minjam uang, buat beli sapi sama kambing. Kan pernikahan Arham dua hari lagi, jadi tinggal besok masak-masaknya" ucap Arham, Arumi sudah menebak pasti ada maksud kedatangan Arham ke rumah mereka.
"Memangnya kamu gak catering?" tanya Arumi, Arham hanya menjawab dengan gelengan.
"Maaf, Mas gak bisa bantu. Kamu tau sendiri harga hewan itu tidak murah, kemarin kan Mas sudah kasih kenapa gak di jaga?"
"Terus gimana, Mas. Masa makanannya gak ada dagingnya" sahut Arham dengan wajah memelas, Arumi mengangkat bahunya sementara Ibrahim menghela napas panjang.
"Gini aja, Mas kasih kamu uang buat beli daging sapi di pasar. Biar besok bisa langsung di olah" ujar Ibrahim, Arumi menoleh ke arah suaminya dan Arham yang kelihatan keberatan.
"Itu Mas Ibrahim sudah baik loh, kenapa kamu gak terima? Kenapa kamu gak minta sama Mas Arka saja, dia kan banyak uang" sindir Arumi
Arham hanya diam dan kepalanya menunduk, sebenarnya Arham anak yang baik namun Arham berubah semenjak Bapak mereka meninggal. Sikapnya jadi berubah sama seperti Arka, yang suka menghina dan tak berperasaan.
"Baiklah, Arham terima Mas"
Ibrahim pun bangkit dari duduknya lalu masuk ke dalam kamar tidur mereka, ketika keluar Ibrahim membawa sebuah kantong kresek warna hitam yang berisi uang kemudian di serahkan pada Arham.
"Di situ ada uang buat beli daging sapi besok, bisa dapat dua puluh kilo. Sekarang kamu pulang, kami mau istirahat"
Arham pun pamit pulang, tak lupa juga mengucapkan terima kasih pada Arumi dan Ibrahim.
"Mas, kenapa kasih Arham uang sih?" tanya Arumi, Ibrahim justru tersenyum sembari membelai pipi istrinya
"Mas merasa kalau Arham itu berbeda dari Ibu kamu atau Mas Arka, dia hanya salah didikan saja. Jika kita bersikap lembut, insyaallah Arham pasti berubah" jelas Ibrahim
happy ending juga....
cerita yg bagus