Urusan perasaan itu ajaib sekali, bahkan bisa membuat sepi di tengah keramaian dan ramai di tengah kesepian. Sekuat apa pun kita bertahan, perpisahan memang jalan terbaiknya. Sejauh apa pun kita berjalan semua akan terasa percuma karena iman kita yang berbeda. Aku dengan tasbih di tanganku dan kamu dengan rosariomu. Meskipun semua menentang cinta kita, aku akan mempertahankannya sampai salah satu diantara kita memutuskan untuk menyerah.
Meceritakan tentang kisah cinta antara dua insan yang awalnya di pertemukan karena salah satu dari mereka mecari keperluan untuk berkemah, dan teman sang wanita meminta bantuan temannya dari luar untuk mencarikan tenda dan peralatan kemah lainnya. Saat untuk pertama kalinya mereka bertemu sang pria teralihkan pandangannya kepada cewek tersebut, dan merasakan cinta pada pandangan yang pertama. Tetapi ibu sang pria menentangnya, akan kah cinta mereka bersatu dalam ikatan suci pernikahan. Siapa yang akan merelakan agamanya ?. Yuk simak selengkapnya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah Mayaddah f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Permintaan Mamah Rangga
Nayla memandang dirinya di cermin dan meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Dia melangkah kaki keluar rumah karena tadi maminya Rangga mengirimkan pesan untuk bertemu pukul 1 siang ini.
“Mah, aku akan makan di luar ya mau ketemu sama teman sekalian mau promosikan sandal dari pabrik papah” Ucap Nayla berdusta dan langsung mengambil tangan Rasti dan menciumnya
“Iya sayang” Jawab Rasti sambil mengusap rambutnya
Nayla memeluk Rasti dan memejamkan mata sebentar karena dia butuh kekuatan untuk tetap berdiri tegak. Nayla melepaskan pelukan dan mencium pipi Rasti sebelum pergi. Nayla memakai motor Ali. Jam menunjukkan masih pukul setengah 1 jadi dia bisa mengendarai motornya agak santai karena tempatnya tidak terlalu jauh.
Sesampai di tempat tujuan, Nayla memarkirkan motornya dan merapikan rambutnya sebelum masuk ke dalam restoran.
“Selamat datang, sudah pesan meja atau belum kak ?” Tanya pelayan
“Atas nama ibu Maryam mbak” Jawab Nayla
“Dengan kak Nayla ?” Tanya pelayan
“Iya” Jawab Nayla mengangguk
“Mari saya antar kak” Ucap pelayan
Nayla mengikuti pelayan kea rah VVIP resto lalu masuk ke dalam setelah di bukakan pintu. 10 menit kemudian mamihnya Rangga datang, Nayla berdiri dari duduknya dan langsung menyalaminya.
“Duduk” Ucap Maryam
Nayla kembali duduk dan melihat Maryam memesan makanan dan minuman.
“Kamu sudah kenal Rangga berapa lama ?” Tanya Maryam membuka pembicaraan
“Kurang lebih 2 tahun tante” Jawab Nayla
“Kamu mau lanjut kuliah atau kerja ?” Tanya Maryam
“Kuliah sambil kerja tante” Jawab Nayla
Maryam mengangguk-anggukan kepalanya dengan tatapan intimidasinya membuat Nayla seperti tersangka yang sedang di adili. Tak berselang lama pesanan Maryam datang, lalu Nayla menggeser makanan dan minuman yang baru saja di hidangkan oleh pelayan.
“Makan dulu baru kita bicara” Ucap Maryam
Mereka makan dengan keadaan diam, tidak ada percakapan sama sekali hanya suara dentingan sendok yang beradu denga piring yang terdengar. Sungguh Nayla sangat tidak menyukai suasana kaku dan canggung seperti ini. Nayla ingin pertemuan ini segera berakhir karena dia mulai tidak nyaman.
“Baiklah, saya tidak mau basa-basi lagi” Ucap Maryam saat mereka selesai makan membuat Nayla mendongkak dan menatap ke arahnya karena perasaannya mulai tak nyaman
“Tolong tinggalkan anak saya, saya tahu kamu anak yang baik. Saya tidak pernah memandang seseorang dengan sebelah mata, akan tetapi kamu tahu bukan bahwa keyakinan kalian berbeda. Sampai kapan pun kaiian tidak akan bisa bersama” Tegas Maryam bagaikan Guntur yang menyambar hati Nayla
“Kalau saya tidak mau bagaimana tante ?” Tanya Nayla
“Itu terserah kamu, karena sampai kapan pun saya tidak akan merestui karena tidak mungkin bukan kamu akan berpacaran. Suatu saat kamu pasti akan menikah” Jawab Maryam tersenyum santai lalu berdiri
“Saya rasa cukup untuk pertemuan hari ini, saya permisi” Lanjut Maryam
“Apakah tante tahu apa yang tante lakukan ini bisa membuat anak tante sendiri membenci tante ?” Tanya Nayla saat Maryam mencapai pintu
“Saya tahu, tapi saya hanya ingin yang terbaik untuk anak saya sekali pun harus di benci oleh anak saya sendiri” Jawab Marya dan langsung melenggang pergi meninggalkan Nayla seorang
Nayla masih terduduk di kursi, matanya sudah berkaca-kaca. Suara dering ponselnya terus saja berbunyi, setelah 2 kali penggilan tak terjawab akhirnya Nayla mengangkat panggilan dari Rangga.
“Sayang, kamu baik-baik saja kan ?, mami nemuin kamu kan ?” Tanya Rangga
“Ya, aku baik-baik saja jangan khawatir kan aku” Jawab Nayla dengan suara bergetar
“Mau aku jemput kamu di sana ?” Tanya Rangga
“Tidak usah, aku bisa pulang sendiri nanti kita bicara lagi” Jawab Nayla dan mematikan ponselnya
“Papah, Nayla butuh papah” Ucap Nayla menangis tersendu-sendu
Setelah lebih baik Nayla berdiri dan meninggalkan restoran tersebut. Nayla melajukan motornya ke pemakaman. Nayla duduk bersimpuh di pusara papahnya dan melanjutkan tangisnya lalu menceritakan apa yang dia alami walaupun tidak akan mendapat jawaban atau pun kata-kata yang menenangkan seperti dulu.
“Jangan menangisi seseorang yang sudah meninggal karena itu akan menghambatnya untuk masuk ke dalam surga” Ucap seseorang di belakang Nayla
“Kalau anda tidak tahu apa pun mending tidak usah ikut campur” Ketus Nayla lalu meninggalkannya
“Dasar sok tahu, siapa sih dia. Orang gak kenal juga main nyahut aja” Gerutu Nayla sepanjang perjalanan
*****
Nayla segera pulang ke rumah, saat sampai di rumah ada mobil Rangga terparkir di halaman.
“Assalamu’alaikum” Ucap Nayla
“Wa’alaikumsalam, di belakang dek” Jawab Ali
Nayla melangkahkan kakinya ke taman belakang dan melihat Rangga yang sedang bermain gitar bersama Ali.
“Tuh Nayla udah pulang, kakak ke kamar dulu ya” Ucap Ali meninggalkan mereka
Rangga berdiri dari duduknya dantersenyum kea rah Nayla.
“Sayang” Panggil Rangga
Nayla langsung memeluk tubuhnya dengan erat, menyandarkan kepalanya di dadanya yang bidang.
“Kamu baik-baik saja kan ?” Tanya Rangga Nayla menganggu di dalam pelukan Rangga
“Mami ngomong apa aja tadi ?” Tanya Rangga begitu penasran
“Kamu pasti udah bisa menebaknya bukan ?” Tanya Nayla kembali membuat Rangga menunduk
“Terus kamu habis dari mana ?, kenapa lama sekali pulangnya ?” Tanya Rangga
“Aku ke rumah papah dulu, mau curhat sama dia aku butuh kekuatan. Cuma papah yang bisa memberia aku kekuatan” Jawab Nayla
“Maafin aku sayang, tapi kamu mau kan berjuang dengan ku ?” Tanya Rangga
“Iya” Jawab Nayla sambil menganggukan kepalanya
“Mainin dong gitarnya, dari pada galau terus mending nyanyi aja” Ucap Rangga
“Aku mau dengerin suara kamu” Jawab Nayla
Lalu Rangga berdiri mengambil gitar dan memainkannya.
“Lagi ini buat kita” Ucap Rangga
Separuh nafasku ku hembuskan untuk cintaku
Biar rinduku sampai kepada bidadariku
Kamu segalanya tak terpisah oleh waktu biarkan bumi menolak ku tetap cinta kamu biat mamamu tak suka papamu juga melarang
Walau dunia menolak ku tak takut
Tetap ku cinta dirimu oh
Karena kamu bintang dihatiku
Tak kan ada yang lain mampu goyahka rasa cintaku padamu
Sampai lagu pun selesai …
Rangga terus menatap Nayla membuat Nayla tersentuh.
“Mami kamu udah pulang ?” Tanya Nayla
“Udah tadi siang, ternyata dia ketemu kamu dulu baru pulang” Jawab Rangga
“Kamu jangan marah pada mami mu, apa pun yang beliau lakukan itu untuk kebaikan kamu” Ucap Nayla tersenyum karena mengingat ucapan terakhir Maryam
*****
“Dek, mamah pengen pulang ke Bandung minggu depan. Kamu mau ikut gak ?” Tanya Rasti
“Boleh mah sekalian healing” Jawab Nayla
“Kakak gak papa di rumah sendiri ?” Tanya Nayla
“Gak papa” Jawab Ali
“DI sana mau berapa hari mah ?” Tanya Nayla
“2 sampai 5 hari mungkin, mamah lagi kangen sama nenek” Jawab Rasti
“Aku juga kangen nenek” Ucap Nayla
“Adek nggak ada niatan buat pakai hijab ?” Tanya Rasti
“Kasihan papah sama kak Ali harus nagging dosa adek masih belum menutup aurat” Lanjut Rasti
“Ada kok mah, mungkin dalam waktu dekat adek pakai hijab. Adek juga udah beli beberapa gamis” Jawab Nayla
“Besok di pakai ya ke Bandung, sekalian belajar” Ucap Rasti yang di angguki oleh Nayla