Kisah gadis bernama Li Mei adalah putri raja dari Zheng-mi goo yang dikutuk memiliki umur panjang karena dituduh membakar istana selir ayahnya, dia melintasi waktu dari kejaran pengawal istana yang ingin menangkapnya sehingga Li Mei mengalami amnesia karena kecelakaan yang tak terduga. Dan bertemu Shaiming yang menjadi tunangannya.
Mampukah Shaiming membantu Li Mei mengingat semuanya, akankah ingatan Li Mei kembali ? Dan apakah mereka akan bersama dan bahagia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 KONDISI LI MEI
BRUK... !
Li Mei jatuh ambruk ke bawah lalu tak sadarkan diri.
"Lihat ! Ada apa dengan gadis itu ???", teriak seorang wanita sambil menunjuk ke arah tempat duduk pelaminan.
"Hai... !!! Hai... !!!", pekik tamu yang hadir.
Shaiming baru tersadar ketika seseorang berteriak padanya seraya menunjuk ke arah tempat duduk Li Mei.
Terlihat Li Mei sudah jatuh pingsan dan tergeletak di bawah ubin.
"Li Mei !!!", teriak Shaiming terperanjat kaget.
Shaiming segera mengangkat tubuh Li Mei dari atas ubin lalu meletakkannya ke atas pangkuannya.
"Apa yang terjadi pada mu, Li Mei ???", panggil Shaiming bingung.
Sejumlah orang lalu berdatangan mendekati Shaiming yang sedang bersama Li Mei, mereka semua terlihat cemas dengan kondisi gadis itu.
"Hai, anak muda ! Bawa saja dia kembali ke kamar ! Biarkan dia beristirahat !", ucap seorang pria.
"Ya..., ya..., ya..., cepat ! Cepat masukkan dia ke dalam kamarnya !", kata seorang wanita tua pada Shaiming.
"Jangan lupa segera panggil dokter kemari !", kata yang lainnya mencoba mengingatkan.
Shaiming segera mengangkat tubuh Li Mei seraya berlari tergesa-gesa menuju kamar Li Mei tinggal.
Yelu mengikuti Shaiming dari arah belakang kemudian membuka pintu kamar untuk mereka supaya dapat masuk dengan mudah.
Tap... Tap... Tap...
Shaiming berlari cepat ke arah ranjang kemudian meletakkan Li Mei di atas tempat tidur.
"Li Mei !", panggil Shaiming.
"Apa sebaiknya kita menghubungi doket Liu Yaosan ?", kata Yelu yang ikut membantu Shaiming.
"Ya, aku akan menelponnya", sahut Shaiming.
"Bagaimana kalau aku saja yang pergi kesana agar dia datang kemari ?", tanya Yelu.
"Tidak usah, akan merepotkan mu, Yelu", sahut Shaiming sembari menarik selimut ke atas tubuh Li Mei.
"Tidak apa-apa, aku akan sangat senang bisa melakukan untuk kalian", kata Yelu.
"Belum tentu, dokter Liu Yaosan ada di kliniknya jam segini, lebih baik aku menelponnya agar dia datang ke rumah", ucap Shaiming.
Shaiming segera duduk di sebelah ranjang seraya mengeluarkan ponsel miliknya dari saku pakaiannya.
"Baiklah, terserah padamu saja", sahut Yelu.
KRIET... !
Pintu terbuka dari arah luar kamar, muncul Fengying bersama Leyu masuk ke dalam kamar.
"Bagaimana keadaannya, Shaiming ?", tanya Fengying cemas.
"Aku tidak tahu", sahut Shaiming.
Terlihat Shaiming sedang mencoba menelpon dokter Liu Yaosan.
"Ya, ampun... Apa yang sebenarnya terjadi padanya... ???", ucap Fengying sambil berjalan mendekat ke arah ranjang tidur.
"Mendadak saja dia pingsan...", sahut Leyu.
"Mungkin tuan puteri masih belum mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya", kata Yelu.
"Sssttt !!! Jangan keras-keras bicaranya !!! Nanti dia dengar !!!", ucap Fengying mengingatkan.
"Ups !? Aku keceplosan..., maaf...", sahut Yelu segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Aishhh... Kau sama saja dengan Hao Yu !", kata Fengying agak kesal.
"Iya, maaf... Aku tidak sengaja...", sahut Yelu.
"Shaiming, ada apa ini ? Kenapa dia bisa seperti itu ?", tanya Fengying.
"Aku tidak tahu, Fengying. Tiba-tiba saja Li Mei sudah jatuh pingsan dan sudah ada di bawah tanpa aku tahu pastinya", sahut Shaiming.
"Apa karena udara di sini terlalu panas dan sesak untuknya ?", kata Fengying.
"Mana mungkin, kemarin hujan masih turun di Kota Beijing dan udara masih terasa dingin pagi tadi", sahut Leyu.
"Iya, tadi pagi... Udara masih terasa dingin dan sejuk tapi sekarang tidak lagi sama karena rumah Shaiming dipenuhi oleh tamu undangan yang datang", kata Fengying.
"Hmmm..., kau benar juga, mungkin hal itu adalah faktor utamanya dia sampai pingsan...", sahut Leyu.
"Kita sebaiknya menunggu sampai Li Mei sadar di luar kamar karena mungkin saja kehadiran kita disini akan membuat kamar semakin sesak", kata Fengying.
Fengying lalu menarik tangan Yelu dan Leyu secara bersama-sama ke arah luar, mengikuti dirinya.
"Ayo, kita pergi dari sini teman-teman !”, kata Fengying.
"Ta--tapi !???", ucap Yelu dan Leyu secara bersamaan.
"Jangan ganggu mereka !", kata Fengying.
Fengying segera menyeret cepat dua temannya keluar dari kamar dan menjauh pergi.
Di dalam kamar hanya tinggal Shaiming seorang diri menemani Li Mei yang masih terbaring pingsan.
Raut wajah Shaiming tampak gelisah saat dia melihat kondisi Li Mei yang kembali tak sadarkan diri.
"Kenapa dia tiba-tiba jatuh pingsan ???", kata Shaiming.
Digenggamnya tangan Li Mei erat-erat sambil tertunduk diam.
"Apa aku terlalu memaksakan padanya tanpa melihat kondisinya !?", ucap Shaiming agak menyesal.
Tok... ! Tok... ! Tok... !
Pintu diketuk dari arah luar kamar, tampak Genji berdiri di depan pintu masuk sambil menatap lurus ke arah Shaiming.
"Shaiming...", panggil Genji.
Shaiming segera menolehkan kepalanya ke arah Genji kemudian menyahut panggilan wanita itu.
"Iya, Genji, ada apa ?", tanya Shaiming.
"Aku sudah memulangkan tamu undangan karena aku pikir kalau kalian butuh waktu untuk beristirahat", sahut Genji.
Shaiming terdiam sejenak kemudian mengangguk pelan.
"Tidak apa-apa, mungkin sebaiknya mereka pulang karena tidak mungkin menunggu Li Mei sampai sadar dari pingsannya", kata Shaiming.
"Yah, aku mengerti...", sahut Genji.
Genji masih berdiri di luar kamar seraya memperhatikan ranjang di dekat Shaiming duduk sekarang ini.
"Apa dia masih belum sadar ?", tanyanya.
"Belum...", jawab Shaiming.
"Kalau begitu, aku kembali ke tempat acara karena masih harus membersihkan sisa-sisa pesta tadi", kata Genji.
"Suruh saja orang lain yang mau diperkerjakan untuk membersihkan halaman rumah, panggil saja beberapa orang untuk melakukannya", ucap Shaiming.
"Baiklah..., aku akan melakukan sesuai perintah mu...", sahut Genji.
"Ya...", jawab Shaiming.
Genji lalu memutar tubuhnya untuk pergi dari kamar Li Mei.
"Genji !", panggil Shaiming.
"Iya...", sahut Genji.
Genji segera membalikkan badannya kembali menghadap ke arah kamar Li Mei dan masih berdiri di luar.
"Terimakasih telah membantu ku dan Li Mei...", ucap Shaiming.
Genji tertegun diam, terkejut dengan yang diucapkan oleh Shaiming kemudian tersenyum samar lalu pergi tanpa berkata apa-apa pada Shaiming.
Suasana di ruangan kamar Li Mei terasa sunyi sekali, hanya terdengar suara air mengalir dari arah luar kamar yang berasal dari atas atap rumahnya.
Hujan deras mengguyur semalaman di Kota Beijing hingga membuat tandon air penuh di rumah Shaiming.
Sisa-sisa genangan air hujan masih tertinggal di atas atap rumah, membentuk tetesan kecil yang menyerupai rintik air hujan.
Shaiming masih menemani Li Mei, sudah hampir tiga puluh menit waktu telah berlalu sejak Li Mei jatuh pingsan sedangkan dokter Liu Yaosan masih belum datang.
Kembali Shaiming memeriksa ponsel miliknya seraya memperhatikan dengan detail jam di layar ponsel.
"Sudah lewat tiga puluh menit, namun, dokter Liu masih belum datang...", ucap Shaiming.
Shaiming mendongakkan kepalanya sambil mengedarkan pandangannya ke arah sekitar kamar, mungkin saja dokter Liu Yaosan sudah ada di luar.
Namun sayangnya, dokter Liu Yaosan masih belum terlihat kehadirannya.
"Apa dia masih sibuk di klinik ???", ucap Shaiming.
Shaiming beranjak berdiri lalu berjalan pelan ke arah pintu kamar yang terbuka lebar kemudian diam berdiri sambil bersandar.
"Apa sebaiknya aku meminta tolong pada Yelu atau yang lainnya untuk menjemput dokter Liu Yaosan !?", kata Shaiming.
Shaiming berjalan ke arah luar sembari memperhatikan sekitar kamar.
Mencari-cari orang yang bisa dia temui disana untuk diminta bantuannya, memanggil dokter Liu Yaosan kemari.
"Tidak ada orang sama sekali di sini... Kemana semua orang ? Apakah mereka telah pergi semuanya ?", ucap Shaiming.
Shaiming berdiri termenung sambil memandang jauh ke arah halaman rumahnya yang telah sepi.