Setelah bangun dari kematian, dan menyaksikan keluarganya di bunuh satu persatu untuk yang terakhir kalinya, kini Naninna hidup kembali dan bereankarnasi menjadi dirinya lagi. Memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. memastikan bahwa apa yang telah di alaminya saat ini hanyalah ilusi, namun ia merasakan sakit saat jari lentiknya mencubit pelan wajah mulusnya. Seketika ia tersadar bahwa hal ini bukanlah ilusi, melainkan kenyataan yang harus ia terima. Tidak mengerti mengapa Tuhan masih baik dan mau memberinya satu kesempatan, Ninna menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.
Sembari memantapkan diri dan tekad, Naninna berusaha untuk bangkit kembali dan memulainya dari awal. Dimana musuh bebuyutannya terus saja berulah hingga membuat seluruh keluarganya terbunuh di masa lalu.
Naninna... tidak akan pernah melupakannya.
Kekejaman yang telah mereka lakukan pada keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia akan membalasnya satu-persatu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeeSecret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Yang Menyakitkan
Semuanya telah hancur.
Keluarganya...
Masa depan...
Bahkan kekasihnya pun kini mengkhianatinya.
Naninna tertawa getir. Tawa yang terdengar pilu dan menyakitkan. Tidak ada lagi harapan bagi dirinya untuk merasakan kembali kebahagiaan saat melihat satu demi satu keluarganya tepat di depan mata. Semua ini terjadi karena satu masalah... yakni kebodohannya sendiri. Menjerumuskan orang-orang terdekatnya untuk ikut ke dalam jurang kematian. Rasa kesetiaan mereka terlalu dalam sampai nyawa rela di jadikan korban. Naninna menyesalinya sekarang. Menyesali seluruh perbuatan dan juga kebodohan karena terlalu percaya akan tipu daya mantan kekasihnya. Nyatanya pria itu adalah milik seseorang yang bahkan sampai detik ini yang sangat dirinya benci.
Amalia... wanita jalang itu sangat percaya diri dengan wajah jeleknya. Ia kira dirinya akan diam saja? Jika dirinya diberi kesempatan kedua hidup kembali, Naninna berjanji dan bersumpah tidak akan menyia-nyiakan mereka yang rela mempertaruhkan nyawa untuknya. Namun setelah semuanya hilang dan musnah, bahkan seseorang yang paling ingin dirinya hindari pun berdiri tepat di depan mata. Selama 2 bulan di kurung di penjara bawah tanah, hingga aroma besi dan juga darah menguar keseluruh penjuru ruangan, Naninna dibuat bingung dengan kehadiran pria di depannya. Dia tengah tersenyum tipis namun menyiratkan kepuasan sempat membuat bibirnya bungkam.
"Ada perlu apa dirimu datang kemari? Aku tidak bisa menerima tamu bajingan seperti dirimu... Davi."
Davichi Benjamin-pria yang selalu ingin ia hindari juga termasuk musuh terbesar dari sahabatnya, Raken... maju selangkah untuk merespon pertanyaannya. Tangan kanannya terulur untuk mengangkat dagu wanita di depannya. Retina zamrud itu terkesiap sesaat. "Aku ingin menawarkan sebuah tawaran yang sangat menggiurkan. Aku yakin kau akan menerimanya."
Naninna berdecih pelan, "Kau seyakin itu kalau diriku akan menerima tawaran darimu? Jangan harap."
Naninna memberanikan diri untuk menatap angkuh ke arah pria itu. Tidak ada sedikit pun ketakutan di dalam dirinya. Naninna bahkan tidak menyangka bahwa Matthew akan menjalin kerja sama dengan pria iblis ini hanya untuk membuat dirinya terbunuh. Apa bagusnya pria bernama Davichi? Bahkan kebaikan pun tidak melekat sama sekali di dalam diri pria itu.
Selama ini dirinya benar-benar tidak menyadari apapun yang di lakukan oleh suaminya sebagai sang istri. Dirinya selalu di sibukkan oleh perasaan cinta yang tak berujung untuk Matthew yang nyatanya tidak di anggap sama sekali oleh pria itu. Sampai dimana dirinya melupakan bahwa suaminya memiliki dendam hanya untuk menyembuhkan luka di hati kekasihnya, Amalia. Ia juga di butakan oleh kebohongan mereka meskipun Naninna tahu apa yang di lakukan oleh suaminya itu, Naninna selalu berfikir bahwa-mungkin suatu hari Matthew akan luluh dengan segala perasaan cinta penuh dari dirinya.
Namun nyatanya.... hahahaha!!
Semua yang ia lakukan tidak berarti sama sekali. Matthew terlalu mencintai wanita dan lebih memilih dia, dibanding dirinya yang berkali-kali lipat lebih mencintainya.
"Dengar, Naninna... untuk kali ini saja dengarkan dan terima saja tawaran dariku. Kau hanya memiliki kesempatan satu kali lagi. Ini semua bukan hanya demia dirimu, tapi demi sahabat kecilmu, satu-satunya seseorang yang tersisa dihidupmu."
Naninna melengos saat Davichi mencengkeram erat dagunya. Dirinya tidak sudi jika harus bertatapan langsung dengan pria iblis didepannya ini. Tatapan yang selalu meremehkan.
"Ken sudah pergi. Aku menyuruhnya pergi ke tempat yang jauh, menjanjikan sebuah kalimat bahwa aku akan datang menghampirinya. Dia pria yang pintar, tidak mungkin dia masih menungguku disini."
Terdengar tawa renyah di ruangan tersebut. Davichi dibuat hilang akal dengan keputusan tidak berguna dari wanita ini. Kapan Naninna sedikit lebih pintar? Pria yang sedang dia bicarakan itu adalah Raken, bukan orang lain.
"Naninna... selama bertahun-tahun, kau bahkan belum menyadari sama sekali bagaimana sifat dan watak sahabat kecilmu itu. Kau bahkan tidak menyadari betapa dia mencintaimu dan betapa pentingnya kau di hidupnya?! Cmon baby... berfikirlah sedikit jernih."
Naninna dibuat dilema. Namun ego dan fikiran karena telah di khianati masih bersatu dan menggerogoti kepalanya. Mana mungkin dirinya percaya begitu saja dengan pria bernama Davichi ini?! Jelas-jelas pria ini musuh dari sahabatnya, bagaimana bisa pria itu menawarkan bantuan untuk menyelamatkannya dan juga sahabatnya?
"Kau pergilah, aku masih tetap dengan keputusanku. Dan tidak mungkin Ken akan menungguku dan memilih untuk menjadi korban."
Davichi tersenyum segaris. Merasa lelah karena Naninna begitu keras kepala. Baiklah, jika memang itu keinginannya, maka akan ia turuti. Wanita itu lebih memilih mati dan mengorbankan nyawa seseorang yang sangat berarti bagi hidupnya kan? Davichi berdiri dan mundur selangkah. Sebelum pergi, ia mengatakan sesuatu yang berhasil membuat tubuh Naninna menegang.
"Ini keputusanmu, dan aku tidak akan menawarkan kesempatan itu lagi. Mungkin setelah ini.... hidupmu benar-benar akan berakhir, Naninna." Davichi keluar dari dalam sel tersebut. Memegang erat jeruji rantai yang saling mengikat pada pintu besi. "Asal kau tahu, bahwa sahabatmu itu sudah mengorbankan nyawanya dan rela mati dibunuh oleh mereka. Dia bahkan tidak peduli bahwa nyawanya dalama bahaya, semua ini dia lakukan hanya untuk bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya."
Naninna menelan ludah.
Kali ini... tubuh yang terbelenggu oleh rantai bergerak sedikit tidak nyaman, ingin menghampiri pria itu, namun Davichi sudah enggan untuk menoleh. "Dia akan dibunuh secara keji dan tidak manusiawi. Mungkin kau akan semakin membenci suamimu itu kan? Hahaha... aku juga. Aku juga dibuat semakin membenci oleh mu karena kebodohanmu itu, Naninna. Sebentar lagi giliranmu untuk mati dan melihat bagaimana kondisi sahabatmu."
Pria itu pergi... dari pandangannya. Nafasnya memburu, pasokan udaranya semakin menipis kala mendengar sebuah pernyataan menyakitkan dari pria tersebut. Mana mungkin? Mana mungkin Raken masih menunggunya disini? Naninna berusaha melepaskan rantai yang melilit seluruh tubuhnya. Namun yang keluar hanyalah sebuah rintihan kesakitan karena darah yang terus mengalir tiada henti. Naninna sudah lelah, namun ia juga tidak bisa membiarkan satu-satunya seseorang yang masih tersisa mati begitu saja.
"AARRGGGHHHHH!"
#####
Naninna kembali terjaga.
Keringat membanjiri seluruh pakaian dan juga tubuhnya. Naninna melihat sekeliling ruangan. Menyadari jika dirinya berada di ruangan yang nampak familiar, berarti tempat ini adalah rumahnya. Tapi yang semakin membuat Naninna terpaku saat retinanya menangkap sosok jangkung tengah memasang wajah cemas dan beberapa kali melontarkan kalimat untuk menanyakan keadaanya.
"Bagaimana keadaanmu? Apa kau bermimpi buruk?"
Naninna tersenyum lega. Merasa kekhawatirannya sedikit demi sedikit menghilang karena kekasihnya saat ini masih hidup. Ya... Selagi dirinya masih bernafas, tidak akan ia biarkan siapapun menyakiti keluarganya maupun kekasihnya.
"Hm, aku baik-baik saja." Naninna mengusap lembut rahang tegas kekasihnya. Menyalurkan perasaan aman dan nyaman. "Kau tidak perlu khawatir, Ken... aku tidak apa-apa."
"Aku tahu kau mimpi buruk." Raken menyorot sendu kearah wanitanya. Saat ini dirinya selalu di liputi oleh kekhawatiran karena hilangnya senyuman dan tawa dari Naninna. Ia merasa jika Naninna saat ini sangatlah berbeda, menjadi lebih murung dan kerap kali terlihat sedih. "Jangan pernah sembunyikan apapun lagi dariku, sayang... aku mohon..."
Naninna menangis. Dirinya juga tidak mau seperti ini. Namun setiap hari, setelah bangun dari kematian, mungkin ini adalah karma dari perilakunya dimasa lalu, ataupun harga yang harus ia bayar, setiap malam dirinya selalu terjaga dan terbangun setiap mengalami mimpi buruk. Mimpi dimana detik-detik kematiannya tiba. Naninna tidak tahu harus melakukan apa, Tuhan benar-benar mempermainkan takdirnya sekarang.
"Ken.... Aku-" Naninna tidak sanggup. Dirinya benar-benar tidak sanggup jika harus berhadapan dengan pria ini, "Aku sangat mencintaimu, yakinlah Ken... bahwa cintaku sangatlah besar untukmu."