Menjalani Takdir Pernikahan yang Begitu Rumit Untuk Sania..
" Katakan Apa Salah Ku Sehingga Kau Memberikan Aku Ujian Seberat Ini! " Sania Terduduk Pilu Saat Menyadari Takdir Pernikahan Nya Tidak Sesuai Dengan Semua Nya....
Mampukah Sania Bertahan Atau Ia Akan Memilih Pergi....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hal-6
( Seandainya Skenario Hidup Bisa Di Baca Lebih Dulu, Mungkin Aku Lebih Memilih Menghapus Bagian Hidup Yang Sangat pahit )
Padahal Sania Sudah Masak Menu Tempe Sambal Dan Juga Sayur Bening. Namun Tampak Nya Aditya engan Memegang Apa Lagi Memakan Masakan Sania.
" Pak- setidaknya Kau Bisa Meminta Pada Ku Mau Makan Apa? Kau Belum Makan Kan Dari Kemarin Yang Ada Nanti Perut Mu Bermasalah " Sania Meminta Aditya Duduk Di Bangku Tempat Meja Makan. Karena mereka Akan Sarapan Pagi.
" Tidak Perlu Aku Tidak Lapar " Tanpa Menghiraukan Perasaan Sania, Aditya Langsung Pergi Ke Penginapan Untuk Mengambil Bajunya Dan Segera Pulang ke Kota.
" Ibu... Aku Harus Bagai Mana? " Sania Memasang Wajah Pilu, Penolakan Aditya Sangatlah Terang-Terangan.
" Jagan Di Ambil Hati Nak' " Bu Lastri Mengelus Pundak Sania, Aslinya Hati Nya Juga Sakit Melihat Perlakuan Aditya Langsung.
Sania Hanya Bisa Menangisi Semua Nya Hancur Dalam Sekecap! Impian Nya Hancur Cita-Cita Nya Berantakan.
Sejak Kejadian Semalam Bahkan Sania Juga Tidak Bisa Tidur Mata Nya Sudah Sangat Sembab Namun Tetap Saja Sania Beraktifitas Pagi Demi Memasakan- Masakan Pertama Kali Untuk Suami Nya.
" Sudah Nak' Kita Makan Berdua Saja Dulu Yah " Bu Lastri Membantu Sania Beranjak Dari Jatuh Nya
Meskipun Rasa Bibir Nya Terasa Hambar Sania Tetap Memasukan Nasi Kedalam Mulut Nya. Sayuran Dan Sambal, Di Tambah Tempe goreng Memang Sebagai Menu Andalan Kelurga Sania.
" Hay... perempuan Murahan Enyah Lekas pergi Dari Desa Ini.." Tiba-Tiba Teriakan Dari Luar Menghentikan Sarapan Paginya Sania Dan Sang Ibu.
" Ayo Nak Kita Keluar " Bu Lastri Dan Sania Berjalan Bersama Menuju Depan Rumah Nya.
Ternyata Di Depan Sudah Ada Banyak ibu-ibu Yang Berdemo Di Depan Rumah Sania, Membawa Sapu Dan Juga Kayu Di Tangan Nya.
" Mana Suami Mu? Kita Semua Warga Desa Tidak Setuju Jika Kau terus tingal disini Sania, " Septi menjadi Kepala Demo.
" iya Gara-Gara Kau Nama Baik Desa Kita Jadi Tercemar!" Bu Harti Juga ikut-ikutan Mengucilkan Sania Dan Bu Lastri.
" Iya Cepat Sania Kau Pergi Saja Dari Desa Ini!.. " Ucap Para Warga Yang Datang di Rumah Sania Mengacungkan Sapu Dan Juga Kayu di Tangan Mereka.
Beruntung Pak Kades Dan Juga Aditya Segera Datang Ke Rumah Bu Lastri. " Sudah-Sudah kalian Ini Apa-Apa Sih! Kenapa Malah Kalian Main hakim Sendiri? " Pak Kades Geram Dengan Sikap Bu Septi Dan Ibu-ibu Lain Nya.
" Loh- Memang Nya Kenapa Pak? Wajib Toh Kita Usir Saja Gadis Pembawa Sial Dari Desa Ini Agar Pergi Bersama Suami Kota Nya Ini " Bu Septi Berkecak pinggang.
" Bu- Sabar Bukankah Nak' Aditya Sudah Bergantung Jawab Menikahi Sania. Namun Kenapa Kalian Masih Saja Meributkan " Pak Kades Sedikit Membenarkan.
" Halah... Kami Juga Mau Memastikan Agar Sania Di Bawa Ke Kota Saja. Kami Sebagai Warga Desa Tidak Mau Satu Kampung Dengan Perempuan Kotor Ini " Bu Septi Menunjuk-Nunjuk Wajah Sania Dengan Kayu.
Bu Lastri Ketakutan Sementara Sania Terus Menggenggam Erat Pundak Sang Ibu.
" kalian Tenang Saja Pasti Aku Akan Pergi Dari Desa Ini Tampa Kalian Pinta, Lagi Pula Semalam Aku Dan Pak Aditya Sudah Membicarakan Soal Ini Kok " Sania Menjawab Nya Mantap Meskipun Itu Semua Adalah Kebohongan.
" Kau ini Bicara Apa? " Lirih Aditya Menatap Wajah Sania Tidak Suka.
Namun Sania Mengode' Menganggukan Kepala Nya, Agar Aditya Faham dengan Maksud nya. " Saya Akan Membereskan Pakian Saya Untuk Pergi Bersama Suami Saya Hari Ini " ucap Sania Meskipun Berat
Sania Langsung Masuk Kedalam Rumah Nya. Membereskan Baju Nya Yang Akan Ia Bawa Bersama Aditya ke Kota. Sania Yang Tidak Punya Tas. ia Menaruh Baju Nya Kedalam Karung Memasukan baju Yang Hendak Ia Bawa.
" Lihatlah Aku Sudah Membawa Pakian Ku Kan' Aku Akan Pergi Dari Desa Ini " Sania Membawa karung Berisi Bajunya.
" Bagus Lah... Memang Itu Yang Kami Mau! " Septi Tampak Sangat Sinis melihat Sania.
Bu Lastri Terisak Sedih Memohon Kepada Aditya Agar Dirinya Menjaga Dan Melindungi Sania Ketika Berada Di Kota Nanti.
Langkah Sania Gontai Setelah berpamitan dengan Sang Ibu, Para ibu-ibu Terus Mengawal Mereka Masih Berdiri Dengan Sangar Mengawasi Sania.
Namun Terlihat Wajah Aditya Tampak Nya Sangat Tidak Suka Dengan Keputusan Yang Telah Sania Buat.
" Apa-Apa ini! Gadis Ini Sungguh Menyusahkan Ku Saja " Gerutu Aditya Namun Belum Bisa Menumpahkan Kemarahan Nya.
" Nyah-lah Segera Pergi Dari Desa Ini " Para Warga Berteriak Tampa Ada rasa Iba Di Hati Nya.
Terpaksa Aditya Menerima Sania Ikut Dengan Nya Ke Kota, Sania Duduk di Belakang Sementara Aditya Langsung Menumpahkan Kekesalan Nya Pada Sania.
" Kau Tahu Sania! Sejak Aku Bertemu Dengan Mu Semua Nya Menjadi Kacau! " Hardik Aditya Tampa Menoleh Sania.
Raut Wajah Nya Sudah Merah Padam, Amarah Nya Keluar Bersamaan Dengan Mesin Mobil Yang Melaju Menuju Ke Kota
" Kau tahu Aku Sudah Punya Kekasih Jadi Kau Mau Ikut Dengan Ku Ini Untuk Apa? " Aditya Mengoceh Mengepalkan Tangan Nya Memukul Setir
Sania Merangkul Karung Yang Ia Bawa, Sania Juga Bingung, Namun Lebih Sakit Lagi Jika Setiap Hari Ibunya Juga Di Jadikan Bahan Gunjingan Para Warga.
" Lalu Aku Harus Bagai Mana Pak? " Ucap Sania Pilu.
" Entahlah- Otak Ku Tidak Bisa Berpikir Jernih Semua Nya Kacau Gara-gara Dirimu! Kau Yang meminta ikut dengan Ku Dan Ku Harap Kau Juga Harus Bisa Membawa Diri. Dan Satu Hal Lagi Kau Harus Ingat Aku Tidak Mau Sampai Kelurga Ku Dan Kekasih Ku Tahu Kalau Kau ini Adalah Istri Ku! " Ucap Aditya Frustasi...
Sania Diam! Memakan Semua ucapan Pahit Yang Di Lontarkan Oleh Aditya.
Tidak Ada Daya Upaya Dalam Hidup Nya Selain Manut Pada Takdir Yang Akan Membawa Dirinya Berjalan Entah Kemana?
Sania Mendekap Karung Yang Sedari Tadi Ia Pangku, Aditya Meminta dirinya Agar Tidak Banyak Bicara Nanti Saat Tiba Di Rumah Orang tuanya.
" Ku- harap kau Tahu Maksud Ku Sania " Ucap Aditya Menatap Wanita Berjilbab itu Malas
Setiba Nya Di Kota, Mereka Memasuki Rumah Kompleks Cempaka Mas. Terdapat Bangunan Yang Cukup Besar Tentu Saja Sania Takjub karena Dirinya Baru Pertama Kali Melihat Rumah Sebesar Itu Rumah Moderen Disain 2004 Saat Itu.
" Turunlah Kita Sudah Sampai " Aditya Meminta Sania Turun Dari Mobil Nya. Namun Dirinya Memasang Raut Wajah Sungkan Memperkenalkan Diri Sania pada kelurga Nya
Di Luar Rumah Ternyata Aditya Sudah Di Sambut Oleh Ibu, Ayah, Bibi, Paman, Dan Kedua Sepupu Nya Dan Suami Nya, Yang Memang Mereka Masih Tinggal Satu Rumah Kelurga Aditya Sangat Rukun.
.
.
" Aditya Mengapa Kau Tidak Memberikan Kabar Kepada Kami Nak' Saat Kamu Sampai Disana? " Ayah Aditya, Pak Rizal Menyapa Sang Anak Yang Baru Saja pulang.
" Dan- Wanita Yang Kau Bawa itu Siapa? " Ucap Farhan Sepupu Nya Aditya.
.
.
.
" Bersambung "