Aulia, gadis sederhana yang baru saja bekerja sebagai office girl di kantor megah milik CEO ternama yang dikenal kaku dan sulit didekati, tiba-tiba menjadi pesuruh pribadinya hanya karena kopi buatan Aulia.
Hayalannya menjadi karyawan yang baik dan tenang hancur seketika akibat bosnya yang tukang suruh-suruh hal yang tidak-tidak semakin membuatnya jengkel.
Sifatnya yang ceria dan kelewat batas menjadi bulan-bulanan bosnya. Akankah ia mampu bertahan demi uang yang berlimpah? Atau...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
First Kiss Gua!!
...****************...
Setelah mengecek semua sudut apartemen barunya, Aulia menyadari ada satu hal yang mengganggu: gorden di jendela utama sedikit miring dan terlihat tidak sejajar.
"Pak Bos, ini gorden kayaknya miring, deh," celetuknya sambil menunjuk ke arah jendela besar yang menghadap balkon.
Aldiano, yang baru saja selesai mengecek dapur, menoleh sekilas. "Terus?"
"Ya, benerin lah." Aulia melipat tangan di dada. "Masa tinggal di apartemen mewah tapi gordennya miring? Ganggu estetika banget."
Aldiano menghela napas seolah ini hal paling merepotkan di dunia, tapi akhirnya melangkah ke arah jendela. Dengan gerakan sigap, ia menarik kursi dan naik ke atasnya untuk menjangkau rel gorden.
Aulia berdiri di bawah, mengawasi dengan tangan di pinggang. "Ati-ati, Pak. Jangan sampai jatuh. Malu banget kalau CEO kece kayak bapak nyungsep gara-gara gorden."
Aldiano tidak menggubris celotehannya. Ia meraih rel gorden dengan satu tangan, mencoba membenarkan posisinya. Namun, tiba-tiba—
"Kretek!"
Bunyi mencurigakan terdengar dari kursi yang ia pijaki. Dalam sekejap, keseimbangan Aldiano hilang.
"Pak Bos! Astaga—"
Bruukk!
Dalam hitungan detik, tubuh Aldiano jatuh ke arah Aulia. Aulia yang tidak siap menerima beban sebesar itu ikut terdorong ke belakang, dan mereka berdua mendarat di atas sofa dengan posisi yang sangat… canggung.
Aulia membelalak, tubuhnya tertimpa Aldiano yang bertumpu pada kedua lengannya di sisi wajahnya. Nafasnya tertahan ketika menyadari sesuatu yang lebih parah—
Bibir mereka bersentuhan.
Waktu terasa berhenti.
Mata mereka sama-sama membesar, seolah otak mereka sedang mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Wajah Aldiano terlalu dekat, napasnya terasa di kulit Aulia.
Detik demi detik berlalu tanpa ada yang bergerak.
Sampai akhirnya, Aldiano dengan cepat menjauh, duduk tegak sambil membersihkan tenggorokannya. Sementara Aulia masih terpaku, otaknya ngelag parah.
"A-Apa yang barusan terjadi?" gumamnya dengan suara nyaris berbisik.
Aldiano berdehem pelan. "Insiden."
Aulia berkedip. "Insiden?"
Aldiano menoleh padanya, wajahnya tetap datar, tapi telinganya agak merah. "Lupakan saja."
Aulia akhirnya tersadar dan langsung mengangkat tangannya, menunjuk Aldiano dengan ekspresi penuh keterkejutan. "Gue dicium bos sendiri! Gila! Ini harus masuk laporan HRD!"
Aldiano menatapnya lama sebelum akhirnya mengembuskan napas berat. "Aulia."
"Apa?"
"Tutup mulut dan jangan banyak drama."
Aulia masih ingin protes, tapi kemudian ia menangkap sesuatu—wajah Aldiano yang lebih kaku dari biasanya, ditambah dengan sorot matanya yang… entah kenapa tidak setenang biasanya.
Astaga. Jangan-jangan…
Aldiano gugup?
Mengetahui hal itu, Aulia malah menyeringai. "Pak Bos, bapak gugup ya?"
Aldiano langsung berdiri. "Aku harus pergi."
Ia berjalan cepat ke arah pintu, tapi sebelum keluar, ia sempat berkata tanpa menoleh, "Lupakan kejadian ini."
Pintu tertutup, meninggalkan Aulia yang masih duduk di sofa dengan senyum penuh arti.
"Lupakan? Oh, no no no, Pak Bos," gumamnya sambil memegang bibirnya sendiri. "Gue bakal inget ini seumur hidup!"
...****************...
Aulia melangkah ke kantor dengan semangat 45, seolah tidak terjadi apa-apa kemarin. Tapi begitu melihat Aldiano yang sudah duduk di ruangannya dengan wajah super serius, ia langsung menyeringai penuh niat jahil.
Sementara Aldiano mengetik di laptopnya dengan ekspresi datar, Aulia berjalan masuk tanpa izin seperti biasa.
"Pak Bos, pagi!" sapanya ceria.
Aldiano tidak menoleh. "Keluar."
"Eh, kok gitu?" Aulia pura-pura tersinggung. "Padahal saya mau nanyain sesuatu penting, lho!"
Aldiano akhirnya melirik sekilas. "Apa?"
Aulia menyandarkan diri di meja kerjanya, lalu mendekatkan wajahnya sedikit. "Mau nanyain…"
Aldiano mengangkat alis. "Apa?"
Aulia menyeringai lebar. "Gimana rasanya pertama kali nyium cewek?"
Aldiano langsung terbatuk. Tangannya buru-buru meraih botol air mineral di meja dan meminumnya dalam satu tegukan.
Aulia pura-pura kaget. "Waduh, kok jadi salah tingkah? Jangan bilang selama ini bapak belom pernah nyium siapa-siapa?"
Aldiano menatapnya tajam. "Aulia."
"Apa, Pak Bos?" Aulia memasang wajah malaikat.
"Kalau kamu masih mau kerja di sini, tutup mulut."
Aulia terkikik. "Yaelah, Pak. Bapak ini serius amat, sih? Masa ciuman kecelakaan aja sampe segitu tegangnya?"
Aldiano menghela napas dalam, lalu melanjutkan mengetik tanpa menggubrisnya lagi. Tapi Aulia belum selesai.
Ia mendekati meja, pura-pura mengintip layar laptopnya. "Lagi sibuk, ya? Lagi nulis surat pengunduran diri karena malu udah nyium pegawainya?"
Aldiano mengetik lebih cepat, jelas-jelas berusaha mengabaikannya.
Aulia nyengir. "Kalau mau latihan biar nggak gugup lagi, kasih tahu aja, ya, Pak Bos? Saya rela kok bantuin!"
Tangannya baru saja akan menyentuh bahu Aldiano ketika pria itu akhirnya bangkit dari kursinya, menatapnya tajam.
"Aulia."
"Apa?"
"Aku serius."
Aulia langsung menegakkan punggung, lalu mundur sedikit dengan ekspresi polos. "Oke, oke, saya gak akan bahas soal ciuman lagi."
Aldiano menyipitkan mata curiga. "Serius?"
Aulia mengangguk mantap. "Serius! Saya janji gak akan bahas soal ciuman lagi!"
Aldiano akhirnya menghela napas lega dan kembali duduk. Tapi baru beberapa detik setelah itu—
"Tapi saya bisa bahas soal bapak yang jatuh gara-gara kursi doyong! HAHAHA!"
Aldiano menutup wajahnya dengan tangan, jelas-jelas menyesal telah memperkerjakan makhluk jahil ini.
Sementara Aulia sudah kabur keluar ruangan sambil tertawa puas, merasa berhasil bikin CEO dingin itu semakin stres di pagi hari.
.
.
Next👉🏻
Dalam dunia kerja, tidak ada adaptasi dengan dikasih waktu berkeliling. Perusahaan manapun waktu adalah uang, dan mereka tidak mau yang namanya rugi.
kalo diterima itu artinya sudah siap langsung bekerja. perkara tidak tahu, biasanya diminta untuk bertanya pada senior/pegawai yang sudah lama bekerja. itu logik bukan hujatan ya.
Tolong riset dulu ya biar logik ceritanya
dibandingkan temui, pilih kata 'menghadap' karena ini lingkungan kerja. Ada SOP jelas yang harus diperhatikan dan ditaati pegawai.
"Silahkan langsung menuju lantai lima belas. Kamu menghadap ke Pak Edwin bagian HRD," jawabnya bla bla
"Permisi. Saya Aulia, Office Girl yang baru. Mau lapor dulu nih, biar dibilang rajin," ujarnya