NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Pergi

Biarkan Aku Pergi

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai
Popularitas:743.7k
Nilai: 4.7
Nama Author: Velza

Menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia adalah idaman semua pasangan suami istri. Hal itu juga yang sangat diimpikan oleh Syarifa Hanna.

Menikah dengan pria yang juga mencintainya, Wildan Gustian. Awalnya, pernikahan keduanya berjalan sangat harmonis.

Namun, suatu hari tiba-tiba saja dia mendapat kabar bahwa sang suami yang telah mendampinginya selama dua tahun, kini menikah dengan wanita lain.

Semua harapan dan mimpi indah yang ingin dia rajut, hancur saat itu juga. Mampukah, Hanna menjalani kehidupan barunya dengan berbagi suami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31. Keikhlasan Hati

Pagi-pagi sekali, Mama Ginan sudah menyiapkan makanan untuk dibawa ke rumah Wildan. Beliau terlihat antusias memasakkan makanan kesukaan putra sulungnya.

Benar adanya yang dikatakan Adnan, semarah dan sebenci apa pun Mama Ginan pada Wildan, beliau tetaplah ibu yang begitu menyayangi anaknya. Tak akan ada istilah mantan anak ataupun ibu.

Pukul 6 pagi, Mama Ginan membangunkan Adnan yang masih bergelung di balik selimut.

"Adnan, cepat bangun. Sudah pagi ini," ucap Mama Ginan sambil membuka gorden agar cahaya matahari masuk kamar.

Adnan yang merasa silau lantas mengerjapkan mata, melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 6.10.

"Baru jam 6, Ma. Ini 'kan weekend, pasti kakak di rumah," ujar Adnan dengan suara serak khas bangun tidur.

"Justru karena masih pagi, mama bangunin kamu. Nanti bisa agak lama di sana," sahut Mama Ginan seraya menarik selimut yang menutupi tubuh Adnan.

"Mama," protes Adnan.

"Buruan mandi, mama tunggu di ruang makan." Tanpa menghiraukan raut kesal di wajah putranya, Mama Ginan keluar dari kamar setelah membangunkan paksa Adnan.

"Weekend harusnya jadi waktu buat malas-malasan, malah buyar," gumam Adnan sambil mengacak rambutnya.

Adnan lantas turun dari ranjang dan bergegas menuju kamar mandi. Setelah menyelesaikan ritual mandi paginya, dia langsung menyusul sang mama yang sudah menunggu di ruang makan.

"Sarapan dulu, biar kamu nggak kelaparan karena nunggu," celetuk Mama Ginan lalu mengambil piring Adnan dan mengisinya dengan makanan.

Adnan dan Mama Ginan menikmati sarapan tanpa ada percakapan apa pun. Selesai sarapan, Adnan menuju garasi untuk mengeluarkan mobilnya, sedangkan Mama Ginan mengambil makanan yang akan diberikan untuk Wildan.

Pukul 7 Mama Ginan dan Adnan berangkat ke rumah Wildan. Sengaja Adnan tak mengabari sang kakak karena ingin memberikan kejutan. Jarak rumah ke rumah Wildan memakan waktu sekitar 45 menit.

Di tengah perjalanan, Mama Ginan tampak gugup dan memilin jemarinya. Adnan yang menyadari lantas melontarkan pertanyaan, "Mama kenapa lagi?"

Mama Ginan langsung menatap Adnan lalu kembali menatap jalanan. "Enggak apa-apa, mama cuma gugup aja. Kira-kira nanti kakakmu mau ketemu mama atau enggak."

"Aku yakin pasti kakak senang kalau Mama datang ke sana. Dia juga pasti rindu Mama, orang yang paling dekat dan selalu memberi dukungan buat dia," ungkap Adnan.

"Iya, semoga saja."

Mobil yang dikendarai Adnan pun berhenti di depan rumah Wildan, tetapi suasana rumah tampak sepi seperti tidak ada penghuninya.

"Ini rumahnya, Nan? Kok, sepi?" tanya Mama Ginan lalu mengintip jendela, tetapi tertutup gorden.

"Iya, Ma, ini rumahnya. Kenapa sepi, ya? Harusnya kakak ada di rumah, atau enggak istrinya pasti ada. Lampu teras juga masih nyala begini," ucap Adnan dengan pandangan mengarah ke atap.

"Coba kamu hubungi dia, mama nggak bawa ponsel. Tanyain dia di mana, biar kita susul."

"Iya, Ma."

Adnan mengeluarkan ponselnya dari saku celana, dia segera menghubungi sang kakak. Akan tetapi, hingga panggilan kelima nomornya masih tidak aktif.

"Nomornya nggak aktif, Ma. Aku juga nggak tau teman-teman Kak Wildan yang ada di sini."

"Terus gimana? Apa kita pulang aja, nanti coba hubungi lagi kalau sudah aktif nomornya? Di sini juga nggak ada yang bisa ditanyain ke mana Wildan," ungkap Mama Ginan.

"Ya udah, kita pulang aja. Nanti Adnan coba hubungi lagi."

Dengan hati kecewa karena tak bisa bertemu Wildan, Mama Ginan terpaksa kembali ke rumah dan akan datang lagi jika Wildan sudah bisa dihubungi.

......................

Di sisi lain, Hanna membantu sang kakak mengemasi barang bawaan saat di rumah sakit. Pagi ini Atika sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah pulih pasca melahirkan.

Andrean tak bisa menemani sang istri sebab harus membantu menyiapkan kamar baru untuk putra kecilnya.

"Udah selesai semua, Han?" tanya Atika yang sedang mengasihi Sean.

"Sudah, Kak. Kita bisa langsung pulang kalau jemputan udah datang," jawab Hanna.

Lima belas menit kemudian, supir pribadi Andrean sudah datang dan segera membawa barang bawaan dibantu oleh Hanna. Sementara Atika menggendong Sean dan mereka pun langsung meninggalkan rumah sakit.

"Yey, Sean pulang juga. Nanti bunda bisa leluasa jengukin kamu, ya," ucap Hanna sambil mengelus pelan pipi Sean.

"Asal jangan ngalahin mamiku, Bunda," balas Atika dengan menirukan suara anak kecil.

"Uh, jadi gemes pengen cubit ginjalnya," gurau Hanna pada sang kakak dengan ekspresi gemas.

"Ngawur." Atika langsung menyentil dahi sang adik yang sifat jaimnya muncul lagi.

Menurut Atika, Hanna yang sekarang adalah Hanna remaja yang suka usil jika dia sedang sibuk sendiri.

"Mamimu galak banget, Sean. Kayak singa betina yang kelaparan," ejek Hanna.

"Eh, orang cantik kayak begini disamain dengan singa betina, yang bener aja," protes Atika.

"Sstt, nggak usah protes. 'Kan emang bener setelah punya anak, Kakak jadi lebih galak. Lihat aja nanti seminggu ke depan," ucap Hanna dengan senyuman penuh makna.

"Awas, aja kalau kamu macam-macam. Tak pecat jadi adik baru tau rasa," ancam Atika.

"Atut, Mami." Hanna seketika terpingkal-pingkal melihat raut kesal di wajah sang kakak. Dia senang sekali jika menggoda kakaknya yang memang jarang marah apalagi mengomel, kecuali dia melakukan kesalahan.

Saat masih asyik tertawa, tiba-tiba ponsel Hanna berdering. Ada panggilan masuk dari Adnan.

"Halo," sapa Hanna setelah panggilanv terjawab.

"Halo, Mbak. Mbak Hanna lagi di mana?"

"Lagi di jalan mau ke rumah Kak Atika, kenapa?" tanya Hanna.

"Mbak Hanna tau soal Novita nggak?"

Hanna mengernyitkan dahinya saat Adnan menanyakan tentang Novita. "Memangnya dia kenapa? Bikin ulah lagi?"

"Enggak, Mbak. Tadi aku 'kan nganter mama ke rumahnya, tapi sepi nggak ada orangnya. Aku coba hubungi Kak Wildan berulang kali, tapi nggak aktif. Nah, pas udah di rumah, dia telepon balik. Dia bilang kalau lagi di rumah sakit, si Novita kena kanker otak," jelas Adnan.

"Apa? Kanker otak?" Hanna sangat terkejut mendengar berita yang disampaikan Adnan. Atika pun langsung menoleh karena ucapan Hanna.

Meskipun dia masih menyimpan sakit hati dan amarah pada mantan suami juga mantan madunya, tetapi mendengar kabar buruk itu tak luput membuat Hanna merasa turut prihatin.

"Terus keadaannya gimana?" tanya Hanna.

"Aku belum tahu pasti, Mbak. Nanti siang aku dan mama mau ke sana buat lihat kondisinya. Mbak Hanna mau ikut juga?"

"Enggak, Nan. Titip salam aja, semoga cepat sembuh. Aku lagi sibuk soalnya Kak Atika baru aja pulang dari rumah sakit, habis melahirkan."

"Loh, udah lahiran, ya? Selamat, ya, Mbak. Lain hari aku ajak mama ke sana buat lihat anak Kak Atika."

"Iya, salam buat mama, ya. Maaf aku jarang telepon dan main ke rumah."

"Iya, Mbak. Pasti aku sampaikan ke mama."

Setelah obrolan itu, panggilan terputus. Atika langsung mencecar Hanna dengan pertanyaan. "Siapa yang sakit kanker otak, Han? Wildan? Atau siapa?"

"Mulai, deh, keponya."

"Ish, ditanya bukannya dijawab," ucap Atika sambil mencubit lengan Hanna.

"Aduh, sakit, Kak. Macam ibu tiri aja kamu ini," rintih Hanna sembari mengusap bekas cubitan sang kakak.

"Makanya kalau ditanya, tuh, dijawab yang bener."

"Iya-iya. Yang sakit kanker otak istri Mas Wildan," ujar Hanna.

"Hah? Serius kamu? Bukan berita hoax 'kan ini?"

"Bukan, soalnya Mas Wildan sendiri yang ngomong ke Adnan."

Atika tak lagi mengucapkan apa pun, dia juga sama terkejutnya dengan Hanna. Apalagi saat terakhir kali bertemu, istri Wildan itu masih sehat dan baik-baik saja.

1
❄️ sin rui ❄️
kurang menantang, pelakor nya kurang ngelunjak, malah cengeng, padahal istri sah udah badasss banget ehh pelakor nya nangis mulu ahh gak seru 🤣
Eko Sujati
Luar biasa
Tiur Lina
ceritanya keren.. simpel tidak bertele-tele.👍
Novella Amatus
bagaimana kabar novita dan wildan Thor?
Edi marsih
Luar biasa
DN
Hanna bodoh jg knp msh ngikutin terus keinginan Adnan.
DN
Mungkin si pengirim adalah Wildan
DN
Luar biasa
Yuni Safitri
Kecewa
Yuni Safitri
Buruk
Umy Dila
Lumayan
Yuliana Rahmawati
Luar biasa
Indah Rohmiatun
syukurin loe novita makanya jgn jadi pelakor
Indah Rohmiatun
bagaimana Wildan enak di cuekin ,biar tau rasa itu si wildan dan pelakor tak tau diri itu
Siti Hadijah
Luar biasa
Indah Rohmiatun
biar tau rasa tu si pelakor
Sulastri
Luar biasa
Sulastri
wanita tuh paling anti d madu perempuan mana yang mau d madu 😡
Dewi Dama
Luar biasa
Dewi Dama
kenapa y...saya malah kasian sama istri ke 2..?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!