NovelToon NovelToon
Pembalasan Istri Terbuang

Pembalasan Istri Terbuang

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:229.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: Naya_handa

Cantik dan kaya, dua hal yang tidak dimiliki oleh Anjani. Hal ini membuatnya diperlakukan secara tidak adil oleh suami dan keluarganya. Dihina, diselingkuhi dan diperlakukan dengan kasar, membuat Anjani akhirnya menyerah.

Keputusan bercerai pun di ambil. Sayangnya, sesuatu hal buruk terjadi pada wanita itu dan membawanya bertemu dengan seorang Kelvin Stewart yang merubah hidupnya.

Keinginannya saat ini hanya satu, yaitu membalaskan dendamnya pada Andrew Johanson Sanjaya, mantan suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naya_handa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak bisa diingkari

Rumah yang didominasi oleh kayu itu, sekarang menjadi tempat Jharna berlindung. Ia memperhatikan seisi rumah yang sangat ia rindukan. Semuanya masih sama. Sang ibu menatanya dengan sangat rapi. Posisi furniturenya masih sama, wangi ruangannya masih sama dan foto-foto yang terpajang di dinding pun masih sama.

Di tempatnya, Jharna berdiri mematung memandangi sebuah foto pernikahan dirinya dengan Andrew. Di foto pernikahan itu ada sang ibu yang berdiri di tengah-tengah mereka. Senyumnya terlihat sangat bahagia, berbeda dengan sekarang, sangat sendu.

“Itu foto anak saya satu-satunya.” Suara sang ibu membuyarkan lamunan Jharna tentang pernikahan yang penuh luka itu. Jharna menoleh sang ibu yang sedang menyiapkan makanan. Tanpa di minta wanita itu menyiapkan semuanya. “Dia sudah meninggal karena sebuah kecelakaan,” imbuh wanita itu seraya tersenyum kelu. Ada banyak duri tajam yang kembali mengoyak hatinya saat mengingat kejadian itu.

Jantung Jharna seperti berhenti berdetak melihat sorot mata sang ibu yang hancur dan penuh kesedihan. Tanpa sadar, tangan Jharna mengepal begitu saja, mengingat apa yang dua orang itu lakukan terhadapnya. Kecelakaan, mereka bilang. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah sebuah usaha pembunuhan. Entah mengapa dada Jharna mendadak berdebar kencang mengingat kejahatan dua orang itu.

“Saya sudah menerima kepergiannya, jangan mengasihi saya seperti itu.” Sang ibu seperti paham apa yang dirasakan Jharna. Rasa iba seorang anak pada wanita yang sudah mulai tua dan hidup sebatang kara. “Kemarilah, makan dulu,” panggil sang ibu dengan senyum tipis yang sudah lama tidak Jharna lihat.

Jharna pun menghampiri sang ibu dan duduk berhadapan dengan wanita itu. ia memandangi makanan yang sudah di buat oleh sang ibu, salah satunya adalah tumis toge dan tahu. Makanan kesukaan sang ayah, dahulu.

“Makanlah, lauknya seadanya.” Wanita itu mendekatkan piring pada Jharna.

“Terima kasih,” ucap Jharna. Ia hanya mengambil sedikit nasi dan beberapa lauk. Sayur toge ia ambil dalam mangkuk kecil terpisah. Sang ibu tersenyum melihat cara Jharna makan.

“Kamu mirip putri saya, kalau makan yang berkuah tidak suka dicampur dengan nasi,” ujar wanita itu seraya mengambil nasi untuk dirinya sendiri.

Jharna hanya tersenyum. Ia menyumpal mulutnya dengan makanan. Ada tangis menyesakkan yang ia coba tahan. Ia sangat ingin memberitahu sang ibu kalau ia masih hidup, tetapi bagaimana caranya? Apa ibunya akan percaya dengan penampilannya yang jauh berbeda? Apa yang akan ia jelaskan kemudian, apa mengatakan kalau sebenernya ia selamat dalam usaha pembunuhan itu?

“Kamu berasal dari mana? Bagaimana bisa tersesat di daerah terpencil ini?” tanya sang ibu. Ia masih memperhatikan wanita bermata bulat yang mirip dengan milik putrinya. Hatinya bahkan bergetar saat melihat bibir tipis itu tersenyum kelu. Entah apa yang membuat ia berharap kalau putrinya masih hidup.

“Saya, dari Jakarta.” Jharna menjawab dengan pendek.

Sang ibu mengangguk paham. “Mau mencari siapa? Biasanya yang datang ke sini adalah para pendaki.” Ia tidak melihat Jharna membawa perlengkapan mendaki.

“Nggak bu, saya nggak berniat untuk mendaki.”

“Iya, sebaiknya jangan. Udara di gunung sedang sangat dingin. Kalau kurang perlengkapan dan keahlian, bisa-bisa sangat kedinginan hingga meninggal.” Sang ibu menceritakan kejadian yang dulu sering terjadi di tempat ini.

Jharna hanya tersenyum dan mengangguk. Ia melanjutkan makannya. Memisahkan daun toge yang berwarna hijau dan mengumpulkannya di tepian piring. Sang ibu tersenyum melihat tingkah Jharna. Tingkah yang ini pun mirip dengan tingkah putrinya. Bedanya, wanita ini tidak protes melihat helm toge yang mengambang di sayurnya dan tetap melanjutkan makannya.

Menjelang malam, Jharna masih belum bisa memejamkan matanya. Ia terduduk di tepian tempat tidur sambil memandangi jendela kamarnya yang masih terbuka. Ia mendekat dan hendak menutup gordennya, tetapi langkahnya terhenti saat ia melihat seseorang sedang berada di halaman belakang kamarnya dan membawa lampu semprongan. Menaruhnya di samping sebuah gundukan tanah yang mirip dengan makam. Hanya beberapa saat wanita itu diam di sana dan segera kembali ke rumah. Siapa lagi kalau bukan sang ibu.

“Ibu dari mana?” sambut Jharna saat melihat sang ibu masuk lagi ke rumah.

“Oh, itu, dari makam anak saya. Langit sangat gelap, takut dia ketakutan.” Jawaban wanita itu lebih terdengar mengenaskan di banding menakutkan.

Jharna tersenyum kecil, rupanya sang ibu masih ingat kalau Andjani takut gelap. Wanita ini menjadikan makam itu sebagai monument pengingat kematian putrinya. Jharna memperhatikan wanita oaruh baya itu dengan penuh rasa pilu, wanita itu memasang kasur busa di ruang keluarga beserta bantal juga selimut yang ia bawa.

“Ibu nggak tidur di kamar?” Jharna menatap wanita itu dengan heran. Ada empat kamar di rumah ini dan sang ibu malah menggelar kasur di luar.

“Ibu lebih senang tidur di sini, depan tv,” sahutnya seraya tersenyum kecil. Dalam pikirannya ia takut jika kemudian putrinya datang dan ia tidak mendengar ketukan pintu. Harapannya masih cukup besar kalau putrinya selamat dari kecelakaan itu dan kembali padanya.

“Boleh saya ikut tidur di sini?” tanya Jharna.

“Silakan,” wanita itu bergeser memberi tempat untuk Jharna.

Jharna pun segera duduk di samping sang ibu. Melihat tayangan televisi yang lebih banyak iklannya itu. Sang ibu sudah membaringkan tubuhnya lebih dulu dan Jharna segera menyusulnya.

“Anak saya kecelakaan jatuh ke laut. Sampai sekarang, tubuhnya belum di temukan. Jadi tidak perlu takut, makam di belakang itu hanya cara saya menghibur diri saya sendiri. Walau tidak bisa bertemu lagi dengan putri saya, paling tidak, ada yang bisa saya temui.” Sang ibu memberikan penjelasan tanpa di minta. Mungkin ia khawatir Jharna ketakutan melihat makan ada di belakang kamarnya.

“Saya turut berduka cita, Bu.” Hanya itu sahutan Jharna yang kemudian menoleh wanita itu. Sang ibu hanya tersenyum kelu dan perlahan memejamkan matanya. Jharna membalik tubuhnya telungkup, memasukkan tangannya ke bawah bantal yang ia gunakan sebagai alas kepalanya. Lantas memejamkan mata untuk mengistirahatkan tubuhnya. Perlahan ia terlelap, dengan perasaan tenang dan bahagia. Walau ibunya tidak tahu ia masih hidup, tetapi ia bahagia karena bisa tidur bersisian dengan sang ibu.

Tanpa Jharna tahu, sang ibu kembali membuka matanya. Air matanya meleleh melihat wajah Jharna yang terlelap di samping. “Bahkan cara tidurnya pun, sama,” batin sang ibu yang tidak bisa dibohongi. Ya, posisi tidur seperti ini sama persis dengan posisi tidur putrinya. Posisi tidur yang terlihat nyaman dan membuatnya mendengur pelan. Meski sadar yang disampingnya adalah orang asing, wanita itu tetap mengangkat tangannya lalu membelai rambut Jharna dengan lembut. “Terima kasih sudah berkunjung,” batin sang ibu. Kerinduannya sedikit terobati melihat tingkah gadis muda asing yang memiliki kebiasaan mirip dengan putrinya.

****

Pagi menjelang, suara deringan ponsel terdengar jelas di samping telinga Jharna. Wanita yang baru terbangun itu segera meraih ponselnya. Matanya memincing melihat layar ponsel yang membuat matanya silau.

“Halo Vin,” nama Kelvin yang muncul di layar ponselnya.

“Pagi Jharna, udah bangun?” sapa Kelvin dengan suaranya yang sedikit ngos-ngosan.

“Eeemmmhh… udaahh. Ini baru bangun,” sahut Jharna sambil menggeliat nikmat. Kelvin tersenyum kecil di sebrang sana, mendengar suara Jharna yang cukup menggemaskan dengan kebiasaannya yang unik.

“Kamu lagi di mana Vin? Kok kayaknya capek banget?” Jharna segera bangun dan terduduk di tempatnya.

“Lagi olah raga di sport centre. Di hotel ini ada sport centrenya,” aku Kelvin yang sedang berlari di atas treadmill.

“Kamu gak jadi nginep di rumah kak Amilny?” Jharna ingat betul kalau laki-laki ini mengatakan akan menginap di rumah Bobby dan Amilny.

“Nggak, aku gak mau ganggu mereka. Mereka lagi ada program,” Kelvin tersenyum kecil di ujung kalimatnya. Ia memelankan laju treadmilnya sebelum kemudian turun dan mengambil handuk untuk mengelap keringatnya.

“Program apa? Ada acara emang?” Jharna cukup penasaran.

Kelvin tidak lantas menjawab, ia meneguk air minumnya terlebih dahulu untuk menghilangkan dahaganya. “Program anak kedua,” sahut laki-laki yang tersenyum di ujung kalimatnya.

“Ooohhh,” Jharna segera mengatupkan mulutnya, malu sendiri mendengar jawaban Kelvin.

“Gimana ibu? Udah ketemu?” laki-laki itu kembali bertanya.

“Hem, udah. Beliau sehat, aku seneng banget ketemu beliau.” Jharna berbicara sambil berbisik-bisik.

“Emh, dia ada di dekat kamu ya?” Kelvin sepertinya paham.

“Iya, lagi masak. Semalam aku tidur sama ibu,” dari suaranya yang pelan-pelan itu Kelvin bisa mendengar kalau wanita itu sangat bahagia.

“Ya udah, nikmati waktu kamu di sana. Kabari aku kalau mau pulang. Jaga Kesehatan ya,” pesan Kelvin. Ia tidak mau mengganggu waktu Jharna dengan ibunya.

“Makasih Vin, sampai ketemu lagi,” timpal Jharna sebelum kemudian mengakhiri panggilannya. Ini cukup melegakan untuk Kelvin. Dari kalimat Jharna itu ia bisa memastikan kalau wanita itu akan kembali ke sisinya.

“Aku merindukanmu,” gumam Kelvin. Sayangnya panggilan sudah lebih dulu terputus. Ia harus bersabar beberapa saat menunggu Jharna pulang.

Di tempatnya, perut Jharna terdengar keroncongan saat mencium bau masakan sang ibu. Ia segera berlari ke dapur untuk menemui wanita itu. “Ibu bikin kukus ikan patin ya Bu? Pake daun kemangi yang banyak kan Bu?” tanya wanita itu tanpa sadar.

Sang ibu langsung menoleh, terlihat jelas kalau ia kaget mendengar pertanyaan Jharna. Terlebih suara dan cara bertanya mereka pun sama, tidak ada beda sedikit pun. Jharna pun sadar dengan apa yang dilakukannya. Kebiasaan seorang Andjani yang langsung berhambur memeluk ibunya dari belakang dan menempatkan dagunya di bahu sang ibu, persis ia lakukan.

Sang ibu tidak menjawab, ia hanya terisak. Jharna bingung sendiri melihat ibunya yang kemudian menangis sambil memukul-mukul dadanya yang sesak. Sesak karena berharap suara dan perlakuan itu benar-benar milik putrinya.

Jharna kebingungan, entah apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia melepaskan pelukannya dan memmandangi sang ibu dengan perasaan tidak menentu. Bagaimana cara menghibur sang ibu? Bagaimana cara menjelaskan kalau kemiripan ia dengan seorang Andjani adalah sebuah kebetulan? Apa ibunya akan percaya? Apa tidak terlalu jahat bersikap seperti itu pada ibunya sendiri? Semua pertanyaan itu berputar di kepala Jharna.

“Bu,” panggil Jharna dengan suara yang gemetar. Ia melihat pudak sang ibu yang bergetar dengan tangis yang ia coba bekap dengan tangannya yang gemetar. Saat itu, Jharna memilih untuk memeluk sang ibu. Erat, sangat erat sampai bunyi jantung mereka bertautan.

“Apa ibu percaya kalau aku bilang, aku adalah Andjani?” akhirnya pertanyaan itu yang Jharna ungkapkan. Ia tidak bisa lagi berbohong dan menyembunyikan identitasnya.

Sang ibu segera mengangguk dan balas memeluk Jharna. Bagaimana mungkin ia tidak percaya, sementara wanita ini sangat mirip dengan putrinya. Hatinya tertaut sejak pertama kali melihat wanita ini berdiri di hadapannya. Ia bahkan belum menyebut nama sang anak, tetapi wanita ini menyebut nama itu dengan cara dan suara yang sama.

“Maafin Jani Bu, Jani udah bikin ibu bingung. Jani udah bikin ibu nunggu,” ujar Jharna dengan tangis yang pecah. Sang ibu hanya bisa menangis, ia mengusap-usap punggu Jharna dengan lembut dan pelukannya semakin erat saja. Dua orang yang saling menyayangi itu pada akhirnya bertemu di waktu yang seharusnya.

****

1
Ida Idato
Luar biasa
Ida Idato
Lumayan
Wayan RaNa
anjani masih plinpan, kebanyakan perempuan kyk gitu, takut menjanda
Helen Nirawan
ngomong sono ma ember , gk sadar diri , prett , siluman kecoa sinting
Helen Nirawan
bikin jd penghuni rsj tuh laki bini kampret , biar rasain , emosi
Helen Nirawan
kasian anak ny , py ortu gk beres 😓
Helen Nirawan
kasi obat impotent aj tuh playboy cap semut 😈😈
Helen Nirawan
najis cowo gratisan gk py malu , lu klo mo obral sana sini , sono noh di lampu merah x aj ada tua tua keladi yg nawar 😈😈
Helen Nirawan
klo mo operasi wajah , jgn pake wajah yg asli ny donk , cari yg laen aj , biar gampang and gk mudah dikenalin ama duo siluman rayap tuh yg gila
Helen Nirawan
dasar bego ( maaf kasar )🙏 , emosi , blg mo cerai , skr di rayu dikit lgs mau , oon jgn dipiara ,
Helen Nirawan
ini laki mau ny apa seh , lu benci ma.bini lu ampe lu py pacar gelap tuh cacing bau , trus bini minta cerai lu marah mau lu apa ? takut di minta harta lu , itu mah DL , sukurin
Helen Nirawan
harta ? tuntut aj semua ny , biar jd gembel.tuh laki
Helen Nirawan
gk.usah cengeng , laki murah gk usah ditangisin , di pasar byk , prett buang aj tuh laki ke kandang singa 😈
Helen Nirawan
br baca dah emosi , pengen gw rebus tuh orgil ,isshh
Elok Pratiwi
sampe bab ini cerita nya datar ga menarik
Agnes Theresia Tuto linang
terima jhanra
Agnes Theresia Tuto linang
uuuh... Andrew cowok playboy sangat murahan 😡
Agnes Theresia Tuto linang
Kisah perjalanan percintaan seseorang penuh Lika liku terkadang diawali dengan niat baik tetapi di hancurkan dengan niat jahat ada juga sebaliknya ♥️
Shaa Erahh
Luar biasa
Agnes Theresia Tuto linang
tetap kuat jharna kamu bisa melalui beratnya persoalan hidup mu.
ingat di ujung cambuk kehidupan ada emas berlian intan menanti mu✌️
Helen Nirawan: yg kuat donk , jgn lemah ntar ketahuan tuh ,
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!