Yoanda menikah dengan Bagas karena perjodohan kakek nya, tapi Yolanda sangat menyukai dan mencintai Bagas karena selain tampan tubuh Bagas ideal sehingga membuat Yolanda jatuh hati kepada Bagas, tapi Bagas sedikit pun tidak menyukai Yolanda karena postur tubuh yang subur dan tidak ideal.
Selama menikah dengan Yolanda Bagas tidak pernah menyentuh nya sama sekali, Bagas malah membenci Yolanda, hingga suatu saat Yolanda melihat Bagas dengan wanita cantik dan sangat mesra.
Setiap hari Bagas selalu menyakiti hati nya dan bahkan memfitnah dan mengusir nya dari rumah hingga hidup Yolanda terlunta-lunta karena aset yang pernah di berikan keluarga Bagas diambil nya.
Hingga suatu saat Yolanda berpikir akan merubah hidup nya dan akan melakukan balas dendam kepada Bagas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyatakan Perasaan
{ Pov Ricard }
Ricard terus menatap ke arah Yola yang perban nya sedang di buka oleh dokter.
Dengan perlahan dokter membuka perban nya, terlihat Yola menutup ke dua mata nya.
Dengan jantung yang berdetak kencang aku menunggu dokter melepaskan semua perban nya.
Hingga dokter pun melepaskan semua perban nya dan terlihat lah wajah Yola yang sangat cantik, pipi tembem nya hilang, wajah bulat nya kini menjadi wajah yang tirus dengan hidung yang sedikit mancung.
"Cantik." Gumam bathin Ricard sambil terus menatap wajah cantik Yola.
Ricard menatap tanpa kedip, ingin sekali dirinya memeluk dan mencium Yola, tapi semua itu masih dia tahan karena masih ada dokter dan beberapa suster di ruangan.
"Bagaimana tuan?" Tanya dokter Li sambil tersenyum.
"Perfeck dok, terima kasih atas kerja keras nya." Ucap Ricard dengan wajah tersenyum.
"Baik kalau begitu saya permisi, dan ingat selalu pesan-pesan saya." Ucap dokter Li lalu meninggalkan Ricard dan Yola.
"Sekarang buka mata dan lihat wajah kamu." Ucap Ricard setelah membawa Yola ke depan cermin.
"Tidak Card, aku takut." aku masih engga untuk melihat wajah ku, aku takut tidak sesuai dengan ekspetasi ku.
"Percaya sama aku, ayo sekarang buka mata kamu pelan-pelan." Ricard terus membujuk aku agar mau membuka ke dua mata ku.
Dengan perlahan aku membuka ke dua mata ku, samar-samar ku lihat wajah seorang perempuan cantik dengan wajah tirus dan hidung sedikit mancung hingga membuat aku sendiri terpana melihat nya.
"Ini aku?" Ucap ku sambil terus menatap cermin yang ada di depan ku.
"Iya, itu kamu yang sekarang, wajah kamu masih seperti dulu, hanya bentuk wajah saja yang berubah, dari pipi kamu yang cuby sekarang menjadi tirus."
"Card, terima kasih atas semua nya, aku janji akan membayar semua uang yang kamu dan kak Leo keluarkan untuk operasi ini, tapi aku minta tolong lagi sama kamu."
"Apa?"
"Tolong carikan aku pekerjaan agar aku bisa membayar semua hutangku kepada kalian berdua."
"Kamu ngga usah memikirkan uang yang sudah di pakai untuk operasi Yol, mulai sekarang kita pikirkan saja cara untuk membalas dendam kepada mantan suami kamu itu."
"Tetap saja Card, aku merasa ngga enak sama kamu, uang kamu hasil bekerja siang dan malam menjadi pelayan di restoran nya kak Leo harus habis untuk operasi tubuh aku."
"Syut, sudah jangan di bahas lagi, aku tidak suka kamu selalu membahas soal biaya operasi ini, sekarang kita kembali ke hotel, dan nanti malam aku ingin merayakan keberhasilan ini." Ucap Ricard sambil tersenyum.
Aku hanya mengangguk pasrah, walaupun dia selalu bilang aku jangan terlalu memikirkan masalah biaya untuk operasi ini, tapi aku tetap akan membayar nya.
Aku dan Ricard kembali ke hotel di mana selama di Singapoera ini aku tinggal.
Kita memang menginap di hotel yang sama, tapi kamar kita berdua berbeda, walau bagaimana pun aku dan Ricard bukan lah muhrim.
Aku tidak henti-henti nya menatap wajah ku di depan cermin.
"Tunggu pembalasan aku mas Bagas, aku akan menghancurkan kalian seperti kalian sudah menghancurkan hidup ku." Gumam ku.
Aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan keluarga mas Bagas terutama wanita ja lang itu yang selalu menghina dan merendah kan aku.
Terdengar suara pintu kamar ku di ketuk, aku menghampiri dan membuka pintu nya.
"Maaf mbak, ini ada titipan dari tuan Ricard yang berada di kamar sebelah, dan mbak di tunggu di restoran bawah satu jam lagi." Ucap pelayan hotel sambil memberikan dua buah paper bag kepada ku.
Dengan wajah penasaran aku mengambil nya, "Terima kasih mbak."
Aku menutup kembali pintu kamar ku setelah pelayan hotel pergi.
Aku langsung membuka kedua paper bag, ternyata dalam nya sebuah dres warna merah dan highils yang sewarna membuat bibir ku tersenyum.
Dulu aku selalu memimpikan memakai baju dres seperti yang aku pegang ini, tapi apalah daya dengan tubuh ku yang subur, tapi mulai saat ini aku akan selalu memakai nya.
Aku langsung memakai nya, ukuran nya sangat pas sekali di tubuh ku, Ricard memang pandai dalam memilih aku fashion.
Selain baju nya yang pas, highils nya pun sangat pas di kaki ku, aku menatap cermin di depan ku.
"Makasih Card, kamu pria yang selalu membuat aku tersenyum dan bahagia.
Aku memoles sedikit wajah ku, tubuh dan wajah ku yang sekarang membuat aku tidak mau berhenti menatap nya.
"Jangan kan mas Bagas, kak Leo sama Lea saja pasti akan kaget melihat nya, dan aku sudah ngga sabar ingin segera menemui mereka terutama mas Bagas dan perempuan ja lang itu."
Aku terlena dalam lamunan sehingga aku hampir saja melupakan Ricard yang sedang menunggu.
Aku melihat jam yang ada di dalam kamar, "Masih ada lima menit lagi." Gumam ku lalu aku bersiap untuk menemui Ricard.
Aku turun ke bawah sendirian, begitu pintu lift terbuka seorang pelayan perempuan sudah menunggu.
"Silahkan nona, ikuti saya." Ucap pelayan hotel lalu berjalan di depan ku.
Aku mengikuti langkah nya dan memasuki sebuah ruangan khusus.
"Silahkan masuk nona, saya mengantar anda hanya sampai di sini saja." Ujar nya.
"Bukan kah saya di suruh ke restoran hotel ini?" Tanyaku heran.
"Tuan Ricard sudah mengganti tempat nya nona, silahkan."
"Terima kasih mbak." Pelayan itu pergi dan meninggalkan ku.
Dengan perlahan aku membuka pintu, kulihat banyak sekali berbagai bunga di daam ruangan itu.
Ruangan yang remang-remang dengan pencahayaan hanya dari lilin-lilin yang ada di sekeliling kamar itu.
"Card." Aku memanggil Ricard, tapi tidak ada jawaban sama sekali.
Aku terus melangkah hingga sampai pada semua meja makan yang sudah ada makanan dan dua gelas minuman dengan di terangi hanya sama lilin.
Sebuah lampu besar menyala tertuju pada sosok pria tampan yang sedang tersenyum.
"Yola, semenjak aku bertemu pertama kali di pantai dan kita mulai dekat, aku merasakan kenyamanan bersama kamu, jujur aku langsung jatuh hati sama kamu, aku salut sama sikap kamu yang lembut dan sabar, aku tidak perduli dengan kamu yang dulu atau yang sekarang, yang jelas aku sudah menyukai kamu sebelum kamu seperti sekarang." Ricard menghentikan kalimat nya lalu menghampiri aku dan bersimpuh di depan ku dengan sebuah bunga di tangan nya.
"Yola mau kah kamu jadi pasangan ku? Aku sadar kalau aku hanya seorang pelayan restoran, tapi aku janji kalau aku tidak akan pernah menyakiti kamu."
Aku bingung harus menjawab apa, karena aku dan Ricard beda status, aku takut keluarga nya tidak menerima aku dengan status ku saat ini.