IG ☞ @embunpagi544
Elang dan Senja terpaksa harus menikah setelah mereka berdua merasakan patah hati.
Kala itu, lamaran Elang di tolak oleh wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi kekasihnya untuk ketiga kalinya, bahkan saat itu juga kekasihnya memutuskan hubungan mereka. Dari situlah awal mula penyebab kecelakaan yang Elang alami sehingga mengakibatkan nyawa seorang kakek melayang.
Untuk menebus kesalahannya, Elang terpaksa menikahi cucu angkat kakek tersebut yang bernama Senja. Seorang gadis yang memiliki nasib yang serupa dengannya. Gadis tersebut di khianati oleh kekasih dan juga sahabatnya. Yang lebih menyedihkan lagi, mereka mengkhianatinya selama bertahun-tahun!
Akankah pernikahan terpaksa ini akan membuat keduanya mampu untuk saling mengobati luka yang di torehkan oleh masa lalu mereka? Atau sebaliknya, hanya akan menambah luka satu sama lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3 (Lebih mencintai karir daripada Elang)
Sementara itu di tempat yang berbeda...
Elang sudah tak sabar ingin bertemu kekasih yang ia rindukan. Kini ia sudah berada di sebuah restoran mewah yang khusus di booking hanya untuk dia dan Bianca siang ini.
Meskipun siang hari, namun suasana yang romantis tetap begitu terasa. Semua sudah di siapkan dengan baik oleh Kendra.
Menunggu adalah hal yang Elang paling benci, tapi jika itu bianca dia akan dengan senang hati melakukannya.
Beberapa saat menunggu, akhirnya Bianca datang. Elang berdiri dari duduknya untuk menyambut bianca.
"Kau sudah datang," ucap Elang. Ia memberikan buket bunga kepada kekasihnya tersebut.
"Terima kasih," sahut Bianca tersenyum seraya menerima bunga yang di berikan oleh Elang.
"Duduklah!" Elang memundurkan kursi untuk di duduki Bianca. Bianca duduk, ia melihat ke sekeliling, sepi hanya ada mereka berdua dan beberapa orang yang berperan sebagai penyanyi dan pemain musik.
"Aku kira cuma makan biasa," ucap Bianca.
"Makanlah dulu Bie, baru nanti ada yang ingin aku katakan," ucap Elang.
Mereka berdua pun mulai makan. Mereka makan sambil ngobrol dan bercerita apa yang terjadi selama tidak bertemu. Begitulah hubungan keduanya, katanya mereka saling mencintai dan merindukan, tetapi seperti ada jarak di antara mereka tanpa mereka sadari.
Selesai makan, Elang mulai mengeluarkan cincin yang sudah ia siapkan. Lagu romantis mulai di nyanyikan.
Elang berlutut di depan Bianca dan menyodorkan cincin yang ia pegang kepada wanita di depannya tersebut. Tanpa ada kata-kata puitis yang romantis, Elang langsung to the point untuk melamar Bianca. Harapannya, kali ini Kekasihnya tersebut akan menerima dan bersedia untuk menikah dengannya.
Tidak sesuai harapan, Bianca mundur satu langkah ketika Elang ingin meraih tangannya untuk di pasangkan cincin di jarinya.
"Apa ini kak?" pertanyaan Bianca langsung ditangkap oleh Elang sebagai sebuah penolakan.
"Kenapa Bie? Sampai kapan lagi aku harus menunggu? Kita menjalin hubungan sudah lama, dan apa tujuan kita sebagai kekasih jika tidak untuk menikah?" El mulai mempertanyakan keseriusan Bianca selama ini.
"Tentu saja untuk menikah, tapi bukan sekarang. Kakak tahu, saat ini karirku sedang berada di puncak, kalau tiba-tiba menikah, semua bisa hancur. Susah payah aku untuk berada sampai ke titik ini. Lagian aku masih muda, mimpiku di dunia hiburan masih panjang. Bagaimana mungkin aku menikah sekarang, membayangkannya saja tidak. Seharusnya kakak tahu hal itu, sudah berapa kali kan Bie bilang," ucap Bianca panjang lebar.
"Menikah pun, kamu tetap bisa menjadi artis seperti yang kamu mau Bie," ucap Elang. Meskipun ia tahu ini tak kan berhasil menggoyahkan pendirian Bianca.
"Jika kamu terus tidak puas dengan apa yang kamu capai, sampai kapan aku harus menunggu, sepuluh? Atau dua puluh tahun lagi? Kau tahu, orang tuaku juga sudah menginginkan aku menikah Bie..."
"Berhentilah menjadi artis, aku bisa memberikan apa yang kamu mau, aku bisa menjamin kau tidak akan kekurangan apapun," lanjut Elang. Baru kali ini dia bicara begitu panjang, biasanya ia hanya akan bicara seperlunya. Mungkin ini adalah puncak dari kesabarannya selama ini.
"Apa? Berhenti? Semudah itu kakak bilang? Ini mimpi Bie! Ini hidup Bie! Berhentilah egois Kak!" ucap Bianca marah.
"Egois? Hah," gumam Elang kecewa. Benar-benar kecewa.
Elang sendiri tak percaya, bisa bisanya Bianca bilang jika dia egois. Selama ini dialah orang yang paling mendukung karirnya meskipun bertentangan dengan hatinya.
Sebenarnya Elang tak begitu menyukai jika Bianca menjadi artis dan model, ia tak suka kecantikan dan kemolekan tubuhnya menjadi konsumsi publik. Tapi, karena itu adalah impian Bianca sejak kecil, Elang tak bisa mencegahnya, ia justru membangun sebuah rumah produksi untuk mewujudkan impian sang kekasih sebagai bentuk dukungannya terhadap Bianca.
"Sepertinya kita tidak cocok menjalin hubungan sebagai pasangan. Kakak tidak pernah mengerti Bie. Mungkin sudah saatnya kita menempuh jalan masing-masing dan kakak bisa mencari wanita yang bisa kakak ajak nikah secepatnya demi membahagiakan om dan tante, dan orang itu mungkin bukan Bie," ucap Bianca tanpa ragu karena memang sudah lama ia ingin mengatakan hal ini. Ia merasa terbebani jika harus terus menolak saat di ajak ke jenjang lebih serius oleh Elang.
Bianca masih ingin bebas, menikmati karirnya yang sedang berada di puncaknya. Ia tak ingin menyakiti Elang lebih jauh lagi jika mereka terus menjalin hubungan. Selain itu, permintaan Elang yang ingin segera menikahinya ia anggap sebagai penghalang mimpinya.
"Apa maksud kamu Bie?" Elang mulai kehilangan rasa percaya dirinya terhadap cinta wanita di depannya tersebut.
"Kita putus!" Bie memperjelas maksud dari ucapannya dengan nada bergetar dan menahan tangis. Laki-laki di depannya begitu sempurna, laki-laki yang selalu ada buat dia kapanpun. Selalu mendukung setiap mimpinya. Namun, Bianca lebih mencintai karirnya, dengan berat hati ia memutuskan hubungan mereka.
"Bie...?" Elang tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Kakak akan tetap menjadi kak Elang yang Bie sayangi, kita akan tetap menjadi kakak adik seperti dulu. Ini sudah keputusan Bie, Bie harap kakak mengerti. Maaf Bie harus pergi sekarang, Bie masih ada syuting setelah ini," Bianca mengambil tas kecilnya di atas meja dan pergi meninggalkan Elang yang masih bekum percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
Semua berakhir, apa yang menjadi impiannya selama ini hancur begitu saja.
Kendra yang menunggu di luar, tercengang melihat Bianca keluar begitu cepat. Bianca berhenti sejenak saat berpapasan dengan Kendra.
"Nona...." sapa Kendra, Namun Bianca tak menyahutnya, ia melanjutkan langkahnya dan berlari menuju ke mobilnya.
"Apa acara lamarannya sudah selesai?" gumam Kendra bingung, pasalnya Bianca baru saja masuk dan kini sudah pergi.
"Ada yang tidak beres," gumamnya lagi.
Tak lama kemudian, Elang menghampiri Kendra.
"Kunci mobil!" Elang menyodorkan tangannya kepada Kendra. Langsung bisa di baca oleh Kendra raut wajah bosnya tersebut. Ia langsung menangkap situasi yang ada.
"Biar saya yang nyetir bos," ucap Kendra, ia tahu suasana hati bosnya sedang buruk.
Elang tak menggubris, di ambilnya paksa kunci mobil yang ada di saku celana kendra.
"Bos, biar saya yang mengemudi," Kendra berusaha mencegah Elang untuk mengemudi mobil sendirian. Ia menghalangi Elang untuk membuka pintu kemudi mobil.
"Minggir!" seru Elang.
"Tapi bos,"
"Aku bilang minggir Ken!" sentak Elang. Kendra pun menggeser badannya dan membiarkan Elang membuka pintu mobilnya.
Elang langsung masuk ke dalam dan melajukan mobilnya.
"Sudah kuduga, pasti begini jadinya, Cinta Anda tidak bisa mengalahkan cinta nona Bianca terhadap karirnya," ucap Kendra dalam hati. Ia sangat menyayangkan sikap Bianca yang selalu egois dan ingin di mengerti oleh bosnya tersebut.
"Perasaanku tidak enak," gumam Kendra melihat Elang melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
🌼🌼🌼
💠 Selamat membaca...jangan lupa tinggalkan jejak like, komen n votenya...tetima kasih 🙏🙏
Salam hangat author 🤗❤️❤️💠