Diperlakukan bak seorang ratu oleh suaminya, membuat Mentari percaya bahwa tidak akan pernah ada orang ketiga di rumah tangganya.
Namun, kenyataan seolah menamparnya dan membuat ia sadar, bahwa ia hanya dimanfaatkan bukan diinginkan.
Pria yang sangat ia cintai dan sangat dipercaya sepenuhnya oleh wanita itu, kini berhubungan dengan wanita lain, dan hanya menganggap dirinya sebagai istri pajangan.
Jika menyerah karena dikhianati, itu bukan putri Devan namanya, Mentari yang merasa kecewa, ia memilih mencari seorang pria yang mau menemaninya tidur layaknya seorang suami pada istrinya, hingga hubungan terlarang itu membuat Mentari hamil dengan selingkuhannya tersebut.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Ikuti yuk karya Author ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tufa_hans, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Bisa Hidup Tanpa Mentari
"Gala!" panggil seorang pria paruh baya yang mencegah pria itu untuk pergi.
"Baik Daddy setuju atau tidak, aku akan tetap menikahi Mentari." Gala kini berdiri membelakangi Vernandes yang sedang menatapnya dari kursi kebesarannya.
Pria itu tengah berdebat dengan Vernandes, namun ia memutuskan untuk meninggalkan sang Daddy karena Vernandes tetap tidak menyetujui hubungannya dengan Mentari meskipun Gala memberikan bukti pada Vernandes bahwa Mikha lah yang bersalah bukan Cathrine.
"Kenapa kamu tidak pernah mengikuti perintah Daddy? Padahal selama ini aku selalu menuruti keinginanmu, Daddy hanya minta satu permintaan dan kamu tidak mau mendengarkan juga?" Vernandes menatap punggung sang putra dengan wajah kecewa.
Sementara Gala kini balik badan dan menatap wajah Vernandes dengan wajah datar tanpa ekspresi. Lalu, pria itu duduk kembali di kursi seberang Vernandes dan menatap pria paruh baya itu begitu lekat.
"Jika Daddy menyayangiku, seharusnya Daddy mengerti perasaanku. Aku tidak bisa hidup tanpa Mentari Dad, aku tidak bisa hidup tanpanya, tolong mengertilah!" ucap Gala dengan wajah memohon.
Vernandes menarik sebelah sudut bibirnya sambil tersenyum sinis. "Kamu bisa hidup tanpa dia, Gal! Buktinya sekarang kamu masih berada di hadapanku," ucap Vernandes menyangkal ucapan sang putra.
"Iya, daddy memang benar bahwa ragaku masih hidup, tapi jiwaku yang sudah mati. Jika bukan Mentari, akan ku pastikan Daddy tidak akan memiliki keturunan dariku. Karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah menikahi wanita lain. Cintaku hanya untuk Mentari, hanya Untuk Mentari." Gala menekankan ucapannya, sambil menatap Vernandes menahan amarah.
Brakkk ...
Vernandes menggebrak meja kerjanya, lalu berdiri sembari menatap wajah sang putra dengan wajah merah padam. "Mulai sekarang kamu bukan putraku lagi, aku tidak ingin memiliki putra sepertimu."
Deg
"Kenapa Daddy begitu keras kepala? Bukankah sudah ku buktikan bahwa adik Daddy yang merebut Om Randa dari Tante Catherine? Kenapa Daddy masih saja menyalahkan Tante Catherine?"
"Tapi karena Catherine Mikha kehilangan suaminya!" sentak Vernandes.
"Memangnya apa yang dilakukan Tante Catherine, Dad? Jika Om Randa bunuh diri karena merasa bersalah, ya ... itu salah Om Randa karena menyia-nyiakan istrinya dan memilih selingkuh dengan Tante Mikha," ucap Gala.
"Cukup Gala! Kamu tidak tahu apa-apa!" Vernandes menatap Gala tajam.
"Dan jangan lupakan bahwa Om Devan yang telah membantu perusahaan Daddy hingga tidak gulung tikar." Gala mengingatkan.
"Membantu?" Vernandes menarik sebelah sudut bibirnya.
"Apakah kamu tidak tahu bahwa dia membantu karena ingin mengambil segalanya dari Daddy?" Vernandes menatap sang putra tajam.
"Om Devan tidak akan mengambil alih perusahaan itu jika Daddy tidak melecehkan Tante Catherine, Dad!" Gala berdiri dengan mengepalkan kedua tangannya, hingga anak dan daddynya itu berhadap-hadapan.
Vernandes yang tidak pernah melihat sang putra melawannya kini ia langsung memegang dadanya dan menatap sang putra penuh amarah dengan kemarahan yang meletup-letup. Vernandes yang tidak bisa menjaga emosi, ia kini merasakan debaran jantungnya yang mulai tak terkendali hingga pandangannya semakin buram dan membuat Gala terkejut.
"Daddy!" teriak Gala sambil menangkap tubuh pria paruh baya itu.
"Sebelum kamu menikahi putrinya Devan, kamu langkahi dulu mayatku!" ucap Vernandes sebelum ia menutup matanya.
Gala yang melihat sang Daddy kehilangan kesadarannya, ia langsung minta bantuan karyawan di kantor Vernandes dan membawa pria paruh baya itu ke rumah sakit. Lalu, ia menghubungi mommynya dan memberi tahukan tentang penyakit Vernandes yang kambuh.
*
*
*
Sementara di tempat lain, Mentari tengah bersiap untuk berangkat ke London. Brian dan Gracia pun datang untuk menemui sang cucu. Akan tetapi, Brian dan Devan menunggu Mentari di ruang Keluarga. Sementara Gracia dan Catherine kini berada di kamar Mentari sambil membantunya mengemasi barang-barang yang akan di bawa wanita tersebut.
"Sayang, kenapa kamu tidak ke Paris saja dan tinggal dengan David seperti Langit?" tanya Gracia seraya menatap wajah sang cucu sendu.
Mentari menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, lalu melangkah mengambil barang-barangnya dan memasukkan ke dalam koper.
"Tidak Grandma. Aku sering ke Paris, tapi aku jarang ke London untuk menemui Grandpa Louis dan Grandma Puja. Mungkin setelah ini aku akan coba tinggal di India, siapa tahu aku bisa bertemu dengan artis Bollywood favoritku," ucap Mentari tersenyum.
Gracia tersenyum mendengar ucapan sang cucu. "Memangnya siapa idolamu?" tanya Gracia. Sementara Catherine memilih diam dan membantu sang putri melipat baju-bajunya.
"Shahrukhkan," jawab Mentari tertawa.
Sementara Catherine yang mendengarkan sang mertua dengan putrinya yang asyik mengobrol hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kamu bisa ajak Grandma Puja jika kamu mau tinggal di India, dulu waktu mommy kecil, setiap liburan pasti mommy ke India." Cathrine tersenyum.
"Sama Om Edward dan Om Brata juga?" tanya Mentari penasaran.
"Iya, Kedua Kakakku itu selalu jadi bodyguard mommy dulu," jawab Catherine tersenyum.
Mentari memanyunkan bibirnya. "Wah ... Mommy enak banget punya dua kakak yang menyayangi mommy." Mentari menundukkan kepalanya.
"Makanya kamu ke Paris saja, biar kamu dijaga Sean dan Langit juga." Gracia tersenyum.
"Tidak, Grandma! Aku takut jatuh cinta sama Kak Sean jika aku satu atap sama dia, soalnya Kak Sean terlalu tampan untuk menjadi Kakakku," ucap Mentari bercanda.
"Ya bagus kalau kalian saling jatuh cinta, dalam agama kita tidak ada larangan menikah dengan sepupu sendiri," jawab Gracia seraya memasang wajah serius.
Mentari melongo tidak percaya, lalu ia melangkah mendekati sang Grandma dan duduk di samping Gracia yang masih duduk di pinggiran tempat tidur.
"Grandma apaan sih? Meski tidak ada larangan, tapi tetep saja Kak Sean itu aku anggap seperti Langit, mana enak nikah sama saudara?" Mentari tersenyum.
"Tapi Sayang ... "
"Udah ya, Grandma! Pokoknya Mentari tidak ingin mendengar Grandma bilang aku dan Kak Sean serasi jadi pasangan," ucap Mentari
Mentari kini berdiri kembali, lalu melangkahkan kakinya mengambil buku diary nya dan memasukkan buku tersebut ke dalam koper.
"Iya, Sayang! Tadi Grandma juga cuma bercanda Kok." Gracia tersenyum.
"Mentari tahu itu, Grandma! Ya sudah kalau semua selesai, nanti malam aku langsung berangkat." Mentari memasang wajah semangat.
Gracia yang semula duduk di sisi ranjang, kini ia berdiri dan melangkahkan kakinya mendekati sang cucu, dan memeluknya dengan begitu erat. "Aku pasti akan sangat merindukanmu, Sayang!" ucap Gracia menahan kesedihan yang mendalam.
"Aku juga pasti akan merindukan Grandma." Mentari memejamkan matanya sambil membalas pelukan Gracia.
Setelah Mentari membuka mata, lalu ia melihat Cathrine yang berdiri di belakang Gracia sambil tersenyum dan terlihat menahan kesedihan.
Dan saat Gracia melepaskan pelukannya, Mentari kini mendekati orang yang telah melahirkannya tersebut, lalu memeluk Catherine dengan begitu erat. "Jangan bersedih, Mom! Mentari tidak akan lama di London."
Catherine pun menganggukkan kepalanya. "Janji ya, Sayang?" Catherine mengangkat tangannya sambil membalas pelukan sang putri.
Mentari pun menganggukkan kepalanya dengan air mata yang tidak bisa ia bendung. "Mentari janji, setelah Mentari tenang, Mentari akan kembali. Tapi entah sampai kapan hatiku akan tenang, Mom! Karena saat ini aku membawa cinta Gala bersamaku. Dan di mana pun Gala berada semoga baik-baik saja hingga suatu saat aku bisa bertemu dengannya dan memperkenalkan anakku pada daddynya." Lanjut Mentari dalam batin.
pemeran utama wanita (istri) bebas selingkuh bahkan membiarkan tubuhnya dijamah pria lain itu bukan kesalahan
sedangkan suami selingkuh adalah kesalahan paling fatal
*pelakor adalah wanita hina dan laknat sedangkan pebinor adalah lelaki sejati
kalian bangga dengan pemikiran munafik kayak gini yang kalian bawa kedalam novel kalian, miris
awal awal aja yg indah