NovelToon NovelToon
Detik Yang Membekas

Detik Yang Membekas

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Office Romance
Popularitas:30.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Vicky Nihalani Bisri

Di dermaga Pantai Marina, cinta abadi Aira dan Raka menjadi warisan keluarga yang tak ternilai. Namun, ketika Ocean Lux Resorts mengancam mengubah dermaga itu menjadi resort mewah, Laut dan generasi baru, Ombak, Gelombang, Pasang, berjuang mati-matian. Kotak misterius Aira dan Raka mengungkap peta rahasia dan nama “Dian,” sosok dari masa lalu yang bisa menyelamatkan atau menghancurkan. Di tengah badai, tembakan, dan pengkhianatan, mereka berlomba melawan waktu untuk menyelamatkan dermaga cinta leluhur mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Vicky Nihalani Bisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CH - 12 : Jarak yang Mengajarkan

Hujan kembali menyapa Semarang dengan lembut, tetesannya jatuh perlahan di jendela apartemen Aira, menciptakan irama yang menenangkan sekaligus melankolis.

Aira duduk di sofa, memeluk bantal sambil menatap layar ponselnya. Sudah tiga minggu sejak Raka memperpanjang kontraknya di Jakarta, dan meskipun mereka masih berkomunikasi setiap hari, Aira merasa ada celah kecil yang mulai melebar di antara mereka.

Video call dan pesan singkat tidak lagi cukup untuk mengisi kekosongan yang dia rasakan tanpa kehadiran Raka.

Pagi itu, Aira mencoba fokus pada ceritanya. Melodi Laut kini sudah memasuki bab ketujuh, dan pembaca semakin terpikat dengan misteri sosok wanita di laut yang ternyata adalah manifestasi dari rasa bersalah Pak Darma atas kematian istrinya.

Komentar-komentar positif terus berdatangan, dan Nadia bahkan mengatur pertemuan dengan penerbit untuk membahas kemungkinan menerbitkan Melodi Laut sebagai novel fisik.

Aira seharusnya merasa bahagia, tapi rasa rindu pada Raka membuat keberhasilannya terasa kurang lengkap.

Ponselnya bergetar, menampilkan pesan dari Raka.

“Pagi, Aira! Aku selesai meeting sama tim penerbit tadi. Proyekku berjalan lancar, tapi aku capek banget. Aku kangen kamu, mau video call bentar?” Diakhiri dengan emoticon sedih.

Aira tersenyum kecil, meskipun ada sedikit rasa berat di hatinya.

“Pagi, Raka. Aku juga kangen kamu. Ayo, video call sekarang,” balasnya.

Dia buru-buru memperbaiki posisi duduknya, memastikan wajahnya tidak terlihat terlalu lelet meskipun dia belum mandi.

Wajah Raka muncul di layar, terlihat lelah tapi tetap tersenyum saat melihat Aira.

“Hai, Aira… kamu cantik banget pagi ini,” katanya, suaranya lembut tapi ada nada letih yang tidak bisa disembunyikan.

Aira tersenyum, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya.

“Hai, Raka. Kamu keliatan capek, jangan terlalu kerja keras, ya. Aku khawatir sama kamu.” Raka mengangguk, menghela napas.

“Aku tahu, Aira. Proyek ini emang berat, dan tim di sini demanding banget. Tapi aku enggak mau nyerah, ini kesempatan besar buat aku. Aku… aku cuma kangen Semarang. Kangen kamu.” Aira merasa ada sesuatu yang bergetar di dadanya.

“Aku juga kangen kamu, Raka. Aku… aku ngerasa kosong tanpa kamu di sini. Aku tahu aku egois, tapi… aku pengen kamu balik,” akunya, suaranya gemetar.

Raka terdiam sejenak, matanya penuh rasa bersalah.

“Aira, aku janji, aku bakal balik secepat mungkin. Aku… aku juga ngerasa kosong tanpa kamu. Tapi aku harus selesain proyek ini dulu. Aku sayang kamu, Aira. Jangan lupa itu, ya.” Aira mengangguk, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang.

“Aku tahu, Raka. Aku juga sayang kamu. Aku… aku bakal tunggu kamu.” Setelah video call selesai, Aira duduk dalam diam, menatap gelang kayu di pergelangannya.

Dia tahu dia harus kuat, tapi rasa rindu itu terasa begitu berat. Untuk mengalihkan pikiran, dia membuka laptop dan mulai menulis bab baru Melodi Laut.

Dia menuangkan semua emosi yang dia rasakan, rindu, kesepian, dan harapan, ke dalam cerita Pak Darma, yang kini mulai berbicara dengan sosok wanita di laut, mencoba mencari pengampunan untuk kesalahan masa lalunya.

Sore itu, Nadia menghubungi Aira, mengundangnya untuk bertemu di sebuah kafe di daerah Tembalang. Aira setuju, berharap pertemuan ini bisa mengalihkan pikirannya dari rasa rindu pada Raka.

Dia tiba di kafe lebih awal, memesan latte dan duduk di dekat jendela, menatap hujan yang masih turun perlahan.

Nadia tiba beberapa menit kemudian, tersenyum lebar saat melihat Aira.

“Aira, selamat! Melodi Laut performanya luar biasa. Penerbit yang aku hubungi tadi pagi tertarik buat nerbitin ceritamu jadi novel fisik. Mereka mau ketemu kamu minggu depan buat bahas kontrak,” katanya, suaranya penuh antusias.

Aira membelalak, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

“Mbak Nadia… serius? Mereka… mereka mau nerbitin ceritaku jadi novel fisik?” tanyanya, suaranya penuh kegembiraan.

Nadia mengangguk, menunjukkan email dari penerbit di tabletnya.

“Serius, Aira. Mereka suka banget sama cara kamu bikin emosi karakternya terasa nyata. Mereka bilang, cerita ini punya potensi besar buat jadi best-seller. Aku bangga sama kamu.” Aira tersenyum lebar, air mata bahagia mengalir di pipinya.

“Makasih, Mbak Nadia. Aku… aku enggak nyangka bakal sampe sini. Aku… aku pengen Raka ada di sini buat denger kabar ini,” katanya, suaranya gemetar.

Nadia memandang Aira dengan penuh pengertian.

“Aku tahu kamu kangen sama Raka. Aku pernah LDR juga, Aira, jadi aku tahu rasanya. Tapi percaya deh, jarak itu kadang justru bikin kita belajar, belajar buat lebih menghargai satu sama lain.” Aira mengangguk, mencoba menyerap kata-kata Nadia.

“Aku tahu, Mbak. Aku cuma… aku takut jarak ini bikin kita berubah. Aku takut Raka lupa sama aku.” Nadia tersenyum, tangannya memegang tangan Aira.

“Kalau Raka sayang kamu, dia enggak bakal lupa, Aira. Dan dari yang kamu ceritain, aku yakin dia sayang banget sama kamu. Sabar, ya. Fokus dulu sama mimpimu, novel ini bakal jadi langkah besar buat kamu.” Setelah pertemuan dengan Nadia, Aira pulang dengan perasaan campur aduk.

Dia bahagia dengan kabar dari penerbit, tapi rasa rindu pada Raka masih terasa berat.

Malam itu, dia memutuskan untuk menghubungi Raka melalui video call, ingin berbagi kabar gembira ini.Wajah Raka muncul di layar, terlihat lebih segar dari pagi tadi.

“Hai, Aira! Aku baru selesai makan malam sama tim. Kamu kenapa keliatan seneng banget?” tanyanya, tersenyum.

Aira tersenyum lebar, matanya berbinar.

“Raka, aku dapet kabar bagus! Melodi Laut bakal diterbitin jadi novel fisik! Penerbit tertarik, dan minggu depan aku ketemu mereka buat bahas kontrak!” Raka membelalak, wajahnya penuh kebanggaan.

“Aira, serius? Ya Tuhan, aku bangga banget sama kamu! Aku… aku pengen peluk kamu sekarang juga,” katanya, suaranya penuh kegembiraan.

Aira tertawa kecil, air mata bahagia mengalir di pipinya.

“Aku juga pengen peluk kamu, Raka. Aku… aku kangen banget sama kamu.” Raka tersenyum, matanya penuh kelembutan.

“Aku juga kangen kamu, Aira. Aku janji, aku bakal selesain proyek ini secepat mungkin. Aku… aku mau balik buat rayain ini bareng kamu.” Setelah video call selesai, Aira duduk di sofa, menatap gelang di pergelangannya.

Dia merasa ada semangat baru yang muncul di dalam dirinya, semangat untuk terus menulis, untuk terus mengejar mimpinya, dan untuk terus menunggu Raka. Jarak ini memang berat, tapi seperti kata Nadia, jarak juga mengajarkannya untuk lebih menghargai kehadiran Raka.

Hari-hari berikutnya, Aira fokus mempersiapkan pertemuan dengan penerbit. Dia menyempurnakan beberapa bab Melodi Laut, menambahkan detail emosional yang lebih dalam untuk membuat cerita itu semakin hidup.

Nadia membantunya menyiapkan presentasi, dan Aira merasa semakin percaya diri dengan setiap langkah yang dia ambil.

Sementara itu, Raka terus mengirimkan pesan dan foto dari Jakarta, menceritakan progres proyeknya dan sesekali mengirimkan kata-kata penyemangat untuk Aira. Meskipun jarak masih terasa berat, Aira mulai belajar untuk menerimanya. Dia menyadari bahwa cinta mereka tidak hanya tentang kebersamaan fisik, tapi juga tentang saling mendukung dalam mengejar mimpi masing-masing.

Minggu itu, Aira akhirnya bertemu dengan tim penerbit di sebuah kafe di Semarang. Pertemuan berjalan lancar, mereka sangat antusias dengan Melodi Laut dan bahkan mengusulkan untuk membuat seri lanjutan jika novel ini sukses. Aira menandatangani kontrak dengan tangan gemetar, merasa mimpinya sebagai penulis akhirnya menjadi kenyataan.

Malam itu, Aira duduk di balkon apartemennya, menatap langit Semarang yang dipenuhi bintang. Dia memegang gelang di pergelangannya, tersenyum kecil sambil membisikkan doa.

“Raka… aku tunggu kamu pulang. Kita bakal rayain semua ini bareng,” katanya, merasa ada harapan baru yang bertunas di hatinya.

Hujan mulai turun lagi, tapi kali ini Aira merasa hujan itu membawa kehangatan, kehangatan dari cinta yang tetap kuat meskipun terpisah jarak, dan dari mimpi yang kini mulai terwujud.

1
Miu Nih.
maasyaa Allaah, kisahnya indah ☺☺
tuan angkasa: terima kasih🙏
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
siapa itu Rinai? koq kayak merk kom...r yaa thor🙏🏻
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: melodi tuh bagus bt nama
tuan angkasa: wkwkw iya kah? tpi bagus ih
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
melodi cinta 🤩🤩🤩
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
selamat yaa Aira dn Raka.....samawa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: yu ikuti terus cerita mereka hehe
total 2 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
yesss i do......🥰🥰
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
aamiin
Delbar
aku mampir kak 💪💪💪💪
tuan angkasa: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Bee Sa Maa
novelnya bagus, menarik, ceritanya ringan, lucu dan menghibur, lanjutkan thor!
Dante
kok bisa sih, selucuuu ini 🐣
tuan angkasa: bisa dong, kek yang bacanya juga lucu
total 1 replies
Miu Nih.
arg! nusuk banget ini 🥲
tuan angkasa: bener kak😢 semangat yaa
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
LDRan ceritanya yaa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: hehe, pasti relate nih kakak nanti ngebaca nya dari hari ke hari, tenang aja, kita up setiap pukul 5 sore setiap harinya, stay tuned yaa:)
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
saling melengkapi....
Miu Nih.
untuk bisa masuk ke dalam cerita gitu emang butuh detail yang 'sangat' ,,tapi beda di novel digital itu emang perlu jalan cerita yang cepat tak tak tak gitu biar langsung ngena pembaca...

padahal niatnya ya itu author bikin cerita yang bisa nyentuh, memaknai setiap paragraf, enggak sekedar cerita dan bikin plot... kamu tahu, aku bikin jalan cerita 3 hari itu menghabiskan 15 bab 🤣🤣
tuan angkasa: wah 3 hari 15 BAB termasuk cepet loh kak
total 1 replies
Miu Nih.
cocok nih raka sama Aira... raka bisa bantu bikin sketsa gitu, nanti bisa jadi komik atau lightnovel 🤗
Miu Nih.
betul, aku juga merasa begitu? menurutmu apa tantangan dalam menulis novel digital gitu?
Miu Nih.
Halo Aira, nama kita sama 🤗
mampir bentar dulu yaa... lanjut nanti sekalian nunggu up 👍

jgn lupa mampir juga di 'aku akan mencintaimu suamiku' 😉
tuan angkasa: hai kak aira, terima kasih sudah mampir, ditunggu kedatangannya kembali😊

baik
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!