Akibat dari cinta satu malam, membuat Vie harus merelakan masa mudanya. Setelah dikeluarkan dari kampus, ternyata Vie juga diusir oleh ayahnya sendiri karena Vie telah mencoreng nama baik keluarga.
Lima tahun berlalu, kehidupan pahit Vie kini telah terobati dengan hadirnya sosok Arga, bocah kecil tampan yang sedang aktif berbicara meskipun kini tak tahu dimana keberadaan ayahnya.
Namun, siapa yang menyangka jika selama ini Vie bekerja di perusahaan milik keluarga kekasihnya. Hal itu baru Vie ketahui saat kekasihnya mulai mengambil alih perusahaan.
Masih adakah rasa yang tertinggal untuk sepasang kekasih di masa lalu ini? Mari kita ikuti kisahnya 😊
IG : teh_hijaau
FB : Teh Hijau
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidden Baby 11
Setengah hari Dirga menunggui Vie terbangun. Setelah diberikan Paracetamol, Vie langsung tertidur dan kini demamnya sudah hilang. Namun, sampai sekarang belum bangun membuat Arga terus merengek.
"Bunda kamu gak papa. Dia sedang tidur. Kita gak boleh ganggu dia, oke!"
"Tapi bunda gak meninggalkan kan, Om?"
"Huss … sembarang kamu, Ga."
Arga yang merasa sangat penasaran dengan sang ibu, ia pun memilih menempelkan jari telunjuk ke hidungnya. Bocah itu merasa sangat lega saat masih bisa merasakan hembusan nafas sang ibu.
"Iya, bunda masih belnafas."
Dirga sebenarnya ingin mengajak Arga untuk belanja sayuran namun, ia tak tega meninggalkan Vie sendiri dalam keadaan Belum bangun. Yang ada nanti menghebohkan satu gang.
"Ga, bunda mu pernah gak dekat sama sama laki-laki gak?"
Arga yang tengah menonton televisi memutuskan pandangan lalu menatap Dirga yang sedang menatap dirinya.
Sejenak Arga memutar matanya seolah sedang berpikir keras lagi.
"Emm … gak tau, Om."
"Masa sih gak tau, Ga. Yang sering main ke rumah ini siapa?"
Lagi-lagi Arga memutar matanya. "Gak ada. Eh … ada, Om. Yang seling main ke sini om Max sama Om Ikal," jujur Arga.
"Siapa tuh om Ikal?"
"Temennya bunda, Om."
Tak ada hasil yang bisa Dirga simpulkan dari percakapannya dengan Arga. Percuma saja bertanya pada Arga yang tak tau apa-apa.
*
*
*
Hari ini Vie di larang masuk kerja oleh Dirga dengan alasan jika sakit harus beristirahat di rumah. Bahkan pagi ini Arga diantar sendiri oleh Dirga untuk ke Playgroup.
"Wah … ayah Arga sudah pulang, ya?" Miss Queen menyambut kedatangan Arga.
Belum sempat Arga menjawab, Arga sudah dikerubungi oleh teman-temannya yang penasaran dengan ayahnya Arga.
Semua merasa kagum melihat sosok dari ayah Arga yang masih muda dan ganteng luar biasa bak artis Korean idola mamak- mamak mereka.
"Arga, ayah kamu udah pulang? Sekarang Arga punya ayah," ucap Loli.
"Selamat ya, Arga akhirnya ayah kamu pulang. Jadi Arga jangan sedih lagi," sahut salah seorang temannya.
"Arga maafin aku ya, udah pernah bilang kalau ayah kamu udah meninggal."
Hari ini Arga merasa sangat bahagia luar biasa. Semua teman-teman mengajaknya untuk bermain bersama, berbeda dengan hari-hari sebelumnya, tak akan ada yang mengajaknya bermain.
"Oh iya, bundanya Arga kemana ya, kok bukan dia yang mengantarkan Arga?" Miss Queen bertanya.
"Oh … itu, dia sedang tidak enak badan," jawab Dirga.
Miss Queen menahan senyumnya. "Oh saya lupa, pasti bunda Vie sedang kelelahan. Ya sudah saya permisi."
Dirga mengernyit melihat Miss Queen berlalu. Tapi, satu sisi hatinya tiba-tiba terenyuh kembali saat mendengar percakapan Arga dengan temannya. Tak habis pikir bagaimana mental Arga selanjutnya jika terus-terus mendapatkan ucapan yang tidak bagus dari temannya, pasti akan membekas di pikiran hingga ia dewasa kelak.
"Kamu kuat sekali sih, Ga."
Jane yang mendapat kabar bahwa Vie sakit merasa tidak tenang saat bekerja. Ingin izin tetapi, tidak mungkin karena alasan yang ia gunakan tidak akan tepat.
"Jane, apa Vie datang terlambat?" tanya Haikal.
"Tidak. Hari ini Vie sedang ijin, dia sedang sakit," jelas Jane.
Haikal yang mendengar juga merasa terkejut. Sebab selama ini Vie tak pernah ijin karena sakit. Bisa dikatakan Vie adalah wanita kuat.
*
*
*
Presentasi untuk proyek yang akan di tangani oleh Vie harus digantikan orang lain. Memangnya sedari awal Dirga hanya ingin mengerjai Vie saja dan telah menyiapkan semua dengan matang. Namun, saat ini Dirga menyesal. Karena perbuatannya Vie menjadi sakit.
"Pak." Sudah kesekian kali Jane memanggil Dirga yang masih hanyut dalam lamunannya sendiri.
"Pak Dirga!" teriak Jane.
Sontak Dirga langsung terperanjat saat Jane membangunkan map di atas meja Dirga.
"Ah … gak sopan kamu! Mau aku pecat?"
Jane menelan kasar ludahnya. Bukanya sedari tadi sudah dipanggil dan tak mendengar?
"Maaf Pak, di luar ada pak Max ingin bertemu dengan anda. Anda ingin bertemu di ruangan ini atau di ruang tamu?" tanya Jane.
"Max, kekasihmu?"
Jane terdiam sambil menunduk. Selama ini Jane tidak tahu jika pemilik perusahaan ini masih berfamily dengan Max, pantas saja Max begitu gigih merekomendasikan dirinya untuk menjadi karyawan, ternyata begini ceritanya.
"Maaf Pak, ini sedang di kantor."
"Suruh dia masuk," titah Dirga.
Vie mulai merasa gelisah saat hanya berdiam diri di rumah. Ia memikirkan presentasi untuk hari ini. Ia berharap tidak terjadi masalah dengan ketidakhadiran hari ini.
Vie mencoba menanyakan keadaan kantor kepada Jane, tetapi sepertinya Jane sedang sibuk hingga tak sempat membalas pesannya.
*
*
*
Sebuah ketukan pintu mengejutkan Vie yang tengah melamun. Mulutnya ternganga dengan mata membulat sempurna. Degup jantungnya sudah tak beraturan lagi melihat sosok yang ada di hadapannya saat ini.
"Pak Wi-Wira," gugup Vie.
Pak Wira yang tak lain adalah ayah dari Dirga tiba-tiba saja muncul dihadapan Vie. Jika sebelumnya Vie akan biasa saja maka saat ini Vie jantungan untuk menghadapi mantan Direkturnya saat itu.
"Kamu kenapa gugup? Bukankah sebelumnya kita biasa saja," tanya pak Wira.
"Ti-tidak, pak."
"Apakah kamu akan membiarkan tamu berdiri di luar seperti ini?"
Vie langsung tersadar dan menyilahkan pak Wira untuk masuk ke rumahnya, lebih tepat rumah kontrakannya. Bersusah payah, Vie menelan kasar ludahnya. Ia tidak tahu apa maksud dari tujuannya sudi menyinggahi tempat tinggalnya.
"Maaf Pak, hanya air putih." Vie meletakkan segelas air putih di atas meja.
Pak Wira duduk di sebuah sofa dan mengedarkan ke segala penjuru ruangan yang di tinggali oleh Vie.
"Kamu cukup pandai mengolah santunan, eh maksud saya uang bulanan dari kantor."
Vie tak mengerti akan ucapan pak Wira.
Namun, Vie yakin jika orang yang pernah menjabat sebagai Direkturnya itu sudah mengendus hubungannya dengan Dirga di masa lampau, apalagi beberapa hari ini Dirga sering berkunjung ke rumahnya. Tidak ada yang sulit bagi orang kaya untuk mendapatkan sebuah berita tentang identitas seseorang di masa lalu.
Saat ini Vie benar-benar takut jika kedatangan pak Wira kesini hanya untuk mengingat Vie agar tak mendekati anaknya dan setelah tau jika Arga adalah titisan dari anaknya akan membawa Arga pergi. Lalu, bagaimana Vie akan bisa hidup tanpa Arga?
"Aku sudah tahu semua sejak tiga tahun yang lalu dimana anakmu masih berusia satu tahun. Apa kamu ingat setelah kamu masuk lagi ke perusahaan, kamu langsung bekerja sebagai karyawan? Itu karena anakmu, Nak. Uang santunan yang perusahaan berikan setiap bulan itu sejatinya bukan adalah uang jajan anakmu, tapi aku tak bisa memberikan lebih banyak karena itu akan begitu terlihat jelas. Dan apa kamu tahu, di dalam surat perjanjian kerja kamulah yang mendapatkan kontrak istimewa? Itu semua karena aku sudah tau siapa penamaan bibit anakmu." Panjang lebar pak Wira bercerita, membuat Vie ikut ternganga atas penjelasannya.
Jadi selama ini ia tahu siapa ayah Arga dan diam-diam membantu dirinya dari belakang. Sungguh diluar pikiran Vie sebelumnya.
"Jadi pak Wira tau kalau Arga itu-"
"Iya aku tau itu tapi … aku tidak bisa langsung berterus terang karena posisinya saat itu Dirga sedang menempuh pendidikan dan aku tidak mau dia terganggu atas kenyataan ini. Aku minta maaf jika sikap yang sudah aku ambil ini salah."
"Ini bukan salah anda, Pak. Anda sudah melakukan hal yang benar. Anda sudah sangat membantu saya. Anda tak seharusnya meminta maaf." Tanpa Vie sadari linangan air mata menetes begitu saja merasa terharu dengan sikap pak Wira yang diam-diam peduli kepada dirinya.
🌼 Bersambung 🌼
Halo-halo, Nih aku tambahin up-nya untuk hari ini. Terimakasih yang sudah mampir di novel Teh ijo 😊♥️
Novel ini butuh dukungan kalian semua agar yang nulis tetap semangat.
Cukup Like dan beri hadiah bunga atau kopi yang banyak, biar Up-nya juga banyak 😀😀
Selamat menunggu waktu berbuka puasa 😊