AKU PATUNG BAGIMU

"Suci jangan pergi. Bagaimana jika nanti mas Arya mengajakku bercinta di sini. Tadi saja mas Arya sudah hampir melakukannya Untung kamu yang masuk. Kalau orang lain, kami pasti sudah malu." Ucapku.

Mas Arya menatapku seolah tak percaya dengan apa yang aku katakan dan yang aku lakukan.

Tapi dengan tidak tahu malunya Suci kembali dan duduk di sebelahku. Aku tahu dia takut kami akan bercinta. Kita sama-sama wanita Suci, jadi apa yang kau takutkan juga aku rasakan. Kami berdua sama-sama tersenyum manis pada mas Arya.

"Mas kau duduk lah di sana. Aku bisa kok merawat Alyn." Pinta Suci.

"Jangan khawatir mas. Kami bukan Kucing dan Tikus. Sebagai calon madu kami harus belajar akur, iya kan Suci." Ujarku. Suci tersenyum dan mengangguk.

Mas Arya menurut dia duduk cukup jauh di sofa setelah memanggil OB untuk membersihkan pecahan piring di lantai.

"Terimakasih ya kamu sudah mau repot datang kesini." Ucapku.

"Tidak apa-apa. Aku datang kesini juga ingin minta maaf sama kamu. Apa yang aku dan mas Arya lakukan selama ini memang sangatlah keterlaluan."Balas Suci.

"Akhirnya kau sadar juga tapi tidak apa-apa. Aku sangat mengerti keadaan kalian. Kalian bagai amplop dan prangko tak bisa di pisahkan."Aku menyindir Suci.

"Suci bolehkah aku meminta tolong padamu?"

"Apa? Katakan saja jangan sungkan."

"Tolong bujuk mas Arya agar mau menceraikanku. Aku sudah muak dengannya."

"ALYN" Mas Arya meneriakiku. Tatapannya yang tadi berkobar sempat reda karena gairah setelah kami memadu kasih, kini menyala lagi. Tapi aku sama sekali tidak gentar.

Selama ini ia hanya melihatku sebagai GADIS ya GADIS, kan aku masih perawan yang hanya patuh dan cengeng. Sekarang tidak lagi. Aku sudah lelah.

Hah...

Aku senang sekali melihat ekspresi Suci. Sangat menggemaskan. Wajahnya merah seperti cabai keriting.

"Aku ingat betul. Waktu aku datang ke rumahmu. Dengan PDnya kau mengatakan mas Arya akan menceraikanku demi untuk menikahimu. Bagaimana sekarang Suci? Bagaimana perasaanmu, apa lebih baik? Dimana cinta mas Arya yang selama ini kamu bangga banggakan? Dimana cinta mas Arya yang selama ini kamu pamerkan?"

Dan mas Arya...

Kenapa mas?...

Aku sendiri bingung dengan sikapmu. Selama ini kau hanya menjadikan aku patung pajangan di rumahmu. Kenapa mendadak sikapmu berubah?...

Kenapa kau bersikeras mempertahankan rumah tangga kita jika kamu sendiri tak mencintaiku?....

"Kenapa menatapku seperti itu mas?" Tanyaku.

"Mas kau pernah janji padaku akan menceraikan Alyn." Mas Arya tak menggubris ucapan Suci. Dia terus saja menatapku seperti singa yang siap menerkam mangsanya.

"Ckckckck..... Ada apa dengan kalian? Apa kalian pikir di dunia ini yang tidak berjodoh dengan orang yang di cintai hanya kita bertiga?"

"Suci bukankah selama ini kau selalu merasa menjadi korban. Itu karena kau hanya melihat dari sisimu tidak dari sisiku."

"Dengan mengatas namakan cinta, kalian berdua menari di atas penderitaanku." Aku hanya membalas tatapan mas Arya. Aku tidak peduli dengan reaksi Suci.

"Berbeda denganku. Aku selalu berusaha menjadi istri yang baik untuk mas Arya. Bukan karena alasan cinta tapi karena ini tugasku sebagai seorang istri. Ini perintah dari Tuhanku. Ini perintah dari ajaran agamaku."

"Bukan hanya kalian yang punya masa lalu. Aku pun juga sama. Aku mengubur dalam-dalam kisah cintaku dan mengikhlaskan takdirku bersama mas Arya."

" Tapi berbeda dengan yang ku dapat dari mas Arya. Dia terus menerus menyakitiku. Lagi lagi karena alasan cinta."

"Mereka yang mendengar kisah cinta antara Alyn dan Iqbal pasti akan meneteskan air mata." Kulihat tangan mas Arya sudah mengepal.

"Aku merasa takdir sedang mempermainkan kita."

"Jika kau tidak mencintaiku, Kenapa kau tak mau menceraikanku mas?" Mas Arya semakin marah.

"Kau tau mas apa yang ku rasakan saat ini?" Tanyaku pada mas Arya.

"APA?" Tanya mas Arya yang menatapku nyalang dengan nafas yang memburu.