"Ceraikan suamimu dan menikahlah denganku."
Sandiwara cinta di depan layar yang Naya Andriana lakukan bersama suaminya Rayyan seorang aktor, membuat orang-orang berpikir jika rumah tangga keduanya penuh bahagia. Tanpa mereka tahu, jika rumah tangga Naya tidaklah sebahagia itu. Sering kali Rayyan berbuat kasar padanya, tanpa peduli jika dirinya sedang hamil. Kehidupan rumah tangga indah di bayangan semua orang adalah kesengsaraan baginya.
Hingga, Rayyan di penjara atas penipuan investasi yang ia lakukan. Bertepatan dengan itu, Naya terpaksa harus melahirkan sebelum waktunya. Membuat bayinya harus di rawat Di NICU. Harta di sita, dan tak ada biaya sepeserpun, Naya hampir menyerah. Sampai, pria bernama Zion Axelo datang padanya dan menawarkan sebuah bantuan.
"Karena Rayyan sangat mencintaimu, Aku ingin membalas dendamku padanya, dengan merebut cintanya." ~Zion
"Anda salah Tuan, apa yang di lihat belum tentu yang sebenarnya terjadi. Kisah cinta kami, hanya lah sandiwara." ~Naya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebaiknya kita tidak menikah
Selesai membuat pancake, Naya membawanya pada Zira yang saat ini tengah duduk di ayunannya sembari menggerutu kesal. Mendengar kekesalan anak itu, Naya hanya bisa tersenyum. Wajar saja Zira kesal, apalagi usianya baru empat tahun. Jadi, dia belum mengerti tentang keharusan sang bunda menolak permintaannya.
"Hei, Tante bawakan pancake kesukaanmu." Ucap Naya secara tiba-tiba duduk di sebelah Zira.
Melihat kehadiran Naya, Zira hanya meliriknya sebentar sebelum menatap lurus kedepan. "Zila nda mau, maunya di buat Bunda. Tapi Bunda cibuuuuk ulucin olang cakit. Kenapa olang cakit lepotin bunda Zila cih? Memangna nda ada bunda meleka olang? Beli di pacal banyak! Kata bunda, cemua-cemua ada di pacal!" Gerutu anak itu.
Naya tersenyum, ingin rasanya dia tertawa. Mana ada yang menjual ibu di pasar? Sepertinya Zira salah tangkap, wajar saja anak seumurannya tak mengerti dengan lebih jelas apa itu pasar.
"Gak mau? Padahal Tante niatnya mau makan bareng Zira. Ini juga Pancake kesukaan Tante, kalau Zira gak mau ... Tante makan aja deh!" Naya mencoba menggoda Zira, dia mengambil salah satu pancake dan memakannya.
Menc1um aroma Pancake yang sangat menggoda, membuat Zira melirik. Matanya menangkap Naya yang menikmati pancake buatannya. Terlihat menggiurkan, perut Zira tiba-tiba merasa lapar.
"Enak kali itu loti g0c0ng cebelah, belkoncel lia lemaknya Zila minta makan." Batin Zira.
"Tante habiskan yah? Bahannya sudah tidak ada, mungkin Zira tidak dapat lagi ma ...,"
Zira meraih pancake yang tersisa dsn melahapnya dengan lapar. Naya yang melihat itu terkekeh, dia mengelus kepala Zira dengan lembut. Tak susah membujuk anak itu, cukup mudah.
"Zila nda mau tapi lemaknya lapal, bukan Zila loh yang mau." Seru Zira dengan segala gengsinya.
"Hais, oke ... bukan Zira yang mau."
Setelah mengamati Zira memakan pancake nya, Naya kembali teringat akan Zevan yang masih tertidur. Dia tadi meninggalkannya setelah bayi itu menyuusu, jadi dirinya pikir Zevan tak akan bangun dalam waktu dekat. Tak tahu saja Naya jika Zevan sempat bangun tadi.
"Onty, becok buat lagi. Kalau nda ada bahannya, minta cama om tliplek, banyak uangnya dia. Kebulu jamulan uangnya kalau di cimpen telus." Seru Zira dengan mata membulat sempurna.
"Hahaha, kenapa kamu selaku menyebutnya om triplek? Kenapa tidak ... om galak? Dia galak padamu kan?"
Zira menggeleng, "Om tliplek baik, tapi mukanya aja yang tliplek. Onty, Onty pacal om tliplek?"
Naya melunturkan senyumnya, ia jadi bingung memjawab pertanyaan anak itu. Seharusnya Naya tak mengajak Zira mengobrol, karena nantinya anak itu akan bertanya hal di luar dugaan.
"Eh itu ...,"
"Om tliplek itu banyak pacalnya, menooool cemua! Bunda nda cuka, culuh Om cali pacal balu." Zira membocorkan hal yang sebelumnya Naya tidak tahu.
"Menol? Menor? Apa iya om mu itu punya pacar?" Tanya Naya yang seolah tidak percaya.
Zira menghabiskan pancakenya lebih dulu dan menelannya dengan cepat, ia lalu memeluk perutnya sebelum kembali menatap Naya yang menunggu jawabannya.
"Heum! Omty jadi pacal Om tliplek aja, bial onty-onty menol itu nda datang lagi."
"Aunty Auntyyy?!" Pekik Naya dengan mata membulat sempurna.
Itu artinya, pacar Zion bukan hanya satu melainkan banyak. Naya membayangkan, jika pacar-pacar pria itu tahu dia akan di labrak ramai-ramai. Enggak, Naya enggak mau. Dia akan menolak dengan Zion dan mengganti uangnya dengan cara lain. Yah, Naya akan melakukannya.
Tiba-tiba Naya pergi, meninggalkan Zira yang menatap kepergiannya sembari mengerjapkan matanya. Anak menggemaskan itu bingung menatap kepergian Naya tanpa sepatah kata pun.
Sementara itu, Naya buru-buru berjalan kembali kamarnya. Perkataan Zira kembali terngiang di pikirannya. Sebelum dia menikah dengan Zion, dirinya harus segera membatalkannya. Jika tidak, Naya tak bisa membayangkan menikah pria playboy itu.
"Enggak, pokoknya aku harus ...." Naya terkejut setekah mendapati Zion yang berada di kamarnya. Bahkan, pria itu tertidur di ranjang sembari memeluk Zevan yang tertidur pulas. Melihat itu, Naya membulatkan matanya. Dengan cepat, ia mendekati ranjang dan melihat kedua pria berbeda usia itu dari dekat.
"Kenapa pria itu ada disini? Ngapain dia?" Gumam Naya dengan ekspresi yang syok.
Melihat tangan Zion yang menindih tubuh kecil Zevan, sontak Naya langsung meraih bayinya itu dalam gendongannya. Perbuatannya, membuat Zion terbangun dan menatap kaget ke arahnya.
"Ngapain kamu di kamarku?!" Pelik Zion dengan tatapan marah.
"Kamar? Tuan, anda bisa melihat ke sekeliling, ini kamar siapa?" Naya heran, pertanyaan Zion sangat aneh menurutnya
Zion menatap ke sekeliling kamar, dan dia baru sadar jika ini bukan kamarnya. Alhasil, dia langsung turun dari ranjang dan menatap Naya yang berdiri di hadapannya. Rasanya, Zion malu sudah masuk ke kamar wanita itu tanpa izin. Memang ini rumahnya tapi, Naya mengenakan kamar itu atas izinnya.
"Ekhem, salahmu sendiri kenapa tidak menutup pintunya." Zion tak mau merasa bersalah dan di salahkan, jadilah dia menyalahkan Naya atas apa yang terjadi.
"Tadi aku sudah menutupnya,"
"Tidak, kamu tidak menutupnya!" Kekeuh Zion drngan ekspresi meyakinkan.
"Aku menutupnya, kalau tidak di tutup pun untuk apa Tuan masuk?" Zion mendadak terdiam seribu bahasa saat Naya mengatakan hal itu.
Melihat Zion yang tak mampu lagi memjawab perkataannya, Naya menghela nafas pelan. "Lupakan, ada hal yang lebih penting dari itu."
Pandangan Zion seketika berubah mendengar Naya yang aakan membicarakan hal penting. "Ada apa?"
Sebelum mengatakannya, Naya lebih dulu meletakkan Zevan ke atas ranjang. Lalu, ia berbalik dan berdiri di hadapan Zion. Sejenak, dirinya memantapkan hati dan menguatkan mentalnya untuk berbicara tentang penolakan pernikahan mereka.
"Kita sebaiknya tidak menikah, Tuan."
Zion yang tadinya mengantuk tiba-tiba kembali merasa segar, raut wajah nya berubah drastis. Ia menatap tajam Naya yang mengalihkan pandangannya seolah tak mau menatap matanya. Ini masih pagi, tapi wanita itu justru mengajaknya berperang.
"Tidak ingat perjanjian kita huh?" Desis Zion.
"Aku ingat, aku akan menggantinya secepatnya."
Mendengar hal itu Zion justru tertawa keras tapi terdengar sangat menyeramkan. Tawanya seketika terhenti, dan kembali saat matanya menatap Naya dengan tajam. Kakinya melangkah mendekati wanita cantik yang terus melangkah mundur ketakutan. Hingga, tembok di belakangnya membuat wanita itu terhenti.
Brugh!
Zion memukul tembok dengan keras, Naya sampai memejamkan matanya. Tubuhnya bergetar hebat, seolah ia tengah ketakutan dan Zion tak menyadari hal itu. Untuk menyalurkan rasa takutnya, Naya mencoba menggigit bibirnya. Ia masih belum berani membuka matanya untuk melihat wajah pria yang marah dengannya itu.
"Kamu mau kembali dengan mantanmu itu hm?" Zion memandang wajah Naya dari dekat, nada suara terdengar penuh dengan tekanan.
"Boleh, kamu boleh kembali dengannya tapi ... setelah aku menghamilimu." Zion tiba-tiba menarik tangan Naya dengan kasar dan menjatuhkannya ke atas sofa. Sontak saja Naya berontak, ia berusaha melepaskan tangannya yang di cengkram oleh pria yang saat ini menindihnya.
"Hentikan hiks .. aku mohon, hentikan hiks ... aku akan menurutimu tapi jangan lakukan ini padaku hiks ... hentikan aku mohon hiks ...." Erangan tangis Naya membuat kegiatan Zion terhenti. Terlebih, saat dirinya melihat bibir wanita itu sudah berdarah.
Merasa Zion tak lagi memaksanya, Naya mencoba menatap mata pria itu. Tatapannya terlihat takut, seolah ada ketakutan yang tak bisa ia ungkapkan. Zion dapat melihat ketakutan Naya, ia baru sadar jika dirinya telah menyakiti wanita itu.
"Aku mohon, jangan lakukan ini hiks ... aku akan menurutimu hiks ... aku hanya tidak mau pacar-pacarmu melabrakku hiks ...,"
"Heuh? Pacar?"
______
Pagi pagi nih kawan, jangan lupa dukungannya😍
zira oh zira...celotehan mu buatq candu buat ngakak terus...🤣