Fiona Amartha Dawson, hidup berdua dengan kakak perempuan seibu di sebuah kota provinsi pulau Sumatera yaitu kota Jambi.
Jemima Amelia Putri sang kakak adalah seorang ibu tunggal yang bercerai dengan suaminya yang tukang judi dan suka melakukan kekerasan jika sedang marah.
Fiona terpaksa menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal secara mendadak karena suatu insiden guna menyelamatkan harga dirinya sebagai seorang perempuan lajang.
AKBP Laksamana Zion Nugraha tidak menyangka akan menikahi gadis gemoy yang tidak ia kenal karena ketidakadilan yang dialami gadis itu. Niatnya untuk liburan dikampung kakak iparnya menjadi melenceng dengan menjadi seorang suami dalam sekejap.
Bagaimana reaksi Fiona saat mengetahui jika suami yang ia kira laki-laki biasa ternyata adalah seorang kapolres muda di kota Medan?
Akankah ia bisa berbaur pada kehidupan baru dikalangan ibu-ibu anggota bhayangkari bawahan suaminya dengan tubuhnya yang gemoy itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rengekan Mama
Zion keluar dari taksi bandara dengan langkah kaki yang berat saat memasuki halaman rumah orang tuanya. Rumah besar dengan gaya Jawa kuno yang masih kental dengan aura tradisional tanpa sentuhan modern. Halaman yang sangat luas dengan ditumbuhi berbagai macam tanaman buah-buahan di sekeliling halaman luas tersebut.
Aroma segar dan sejuk udara yang tidak dicemari polusi membuat hati siapapun tenang dan nyaman menghirup udara segar tersebut.
Zion membuang pelan napasnya sebelum tangannya terangkat mengetuk pintu kayu tebal berwarna coklat tua itu.
Tok... Tok... Tok...
Zion membalikkan badan sembari menunggu pintu terbuka setelah mengetuk sebanyak tiga kali.
Begitu suara berisik terdengar yang bermakna jika seseorang membuka kunci pintu tersebut dari dalam sehingga begitu dua daun pintu terbuka lebar, Zion membalikkan tubuhnya menghadap kearah pintu.
"Den Laksa! Ya Allah Gusti, si Aden akhirnya pulang juga! Duh, Nyonya sama Tuan pasti senang Aden pulang!" seru wanita paruh baya dengan mata berbinar bahagia melihat Zion yang sedikit memberikan senyumannya.
"Assalamualaikum, Mbok! Gimana kabarnya Mbok, Mama dan Papa?" sapa Zion dengan suara datar sambil mengucapkan salam dan menyalami tangan keriput asisten rumah tangga keluarganya itu.
"Waalaikumsalam, si Mbok alhamdulillah sehat, Aden! Ayo-ayo masuk! Nyonya dan Tuan juga sehat-sehat, mereka sekarang ada di taman belakang ngasih makan ikan baru peliharaan Tuan!" jawab Mbok Inem yang bernama asli Karsinem dengan tersenyum lebar.
Zion mengangguk pelan dan mengikuti Mbok Inem memasuki rumah lebih dalam lagi untuk menemui kedua orang tuanya.
"Silakan temui Nyonya dan Tuan, Aden! Si Mbok mau lanjutin masak lagi! Kebetulan si Mbok lagi masak gudeg kesukaan Aden," ucap Mbok Inem begitu mereka berada di bagian belakang rumah.
"Wah, aku jadi lapar mendengar ada Gudeg!" sahut Zion dengan mata berbinar dan air liur yang tertahan di tenggorokan.
"Tunggu sebentar lagi, Aden! Jika sudah selesai masak, si Mbok panggil untuk makan!" ucap Mbok Inem lagi dengan tersenyum lebar.
Zion lagi-lagi mengangguk dengan wajah tida sabaran untuk memakan Gudeg kesukaannya. Ia berbelok kearah kiri menuju pintu samping sedangkan Mbok Inem berjalan lurus menuju dapur tempat memasak.
Begitu keluar dari pintu samping, Zion tersenyum kecil melihat dari ambang pintu sepasang suami-istri yang sudah tidak muda lagi tertawa bersama dengan duduk di bangku yang berada dibawah pohon besar rindang yang sengaja ditanam sebagai peneduh alami ketika bersantai. Didepan bangku itu ada sebuah kolam ikan yang awalnya berisi ikan mujair dan mungkin sekarang ada tambahan ikan baru lagi seperti yang dikatakan Mbok Inem barusan.
Dengan hati yang berdebar, Zion melangkahkan kakinya mendekati sepasang suami-istri paruh baya tersenyum dan mengucapkan salam dengan lembut.
"Assalamualaikum, Mama, Papa!" sapa Zion dengan mata berkaca-kaca.
Sepasang suami-istri itu terkejut mendengar suara yang mereka kenal dan keduanya serempak menoleh kebelakang. Keduanya juga sama-sama terkejut melihat Zion berdiri dengan gagah didepan mereka.
"Waalaikumsalam! Ya Allah, Laksa! Pa, Laksa, Pa! Anak kita pulang, Pa!" pekik Nyonya Widuri dengan langsung berdiri dan berlari menuju Zion yang sudah merentang kedua tangannya bersiap memeluk wanita kesayangannya.
Suara tangisan memecahkan kesunyian dan ketenangan taman belakang saat Nyonya Widuri memeluk erat tubuh kekar sang anak yang sangat ia rindukan. Sudah dia tahun sejak Zion pindah tugas ke Sumatera Utara, selama dua tahun itu juga ia baru pulang hari ini kerumah kedua orang tuanya.
Pria paruh baya yang masih terlihat segar dan bugar tidak kuasa menahan rasa haru dengan kedatangan sang anak. Ia berjalan mendekati keduanya dan ikut memeluk keduanya sehingga ketiganya saling berpelukan.
Beberapa pekerja yang melihat mereka tidak kuasa menahan tangis haru termasuk Mbok Inem yang ikutan mengintip dari jendela dapur yang melihat jelas mereka meskipun agak jauh jaraknya.
"Sudah, sudah, tangisannya! Ayo kita masuk dan ngobrol didalam saja!" ucap Tuan Nugraha dengan menepuk pelan bahu kekar Zion yang masih memeluk tubuh ringkih Mamanya.
"Iya, Nak! Ayo kita masuk! Mama udah gak sabar mau dengar cerita kamu selama dua tahun dirantau!" sahut Nyonya Widuri dengan penuh semangat tanpa melepaskan pelukannya ditubuh sang anak.
Zion terkekeh pelan melihat antusias Mamanya yang masih kuat memeluk erat tubuhnya. Mereka bertiga berjalan memasuki rumah dengan wajah penuh kebahagiaan.
🍀🍀🍀
Ting!
Sebuah chat berupa foto masuk kedalam ponsel Jeje. Dengan cepat wanita itu membuka chat tersebut dan matanya terbelalak kaget melihat foto yang ternyata dikirimi Fiona sang adik.
Gambar: Penampakan mantan suami kakak yang dihajar massa emak-emak berdaster pakai teplon dan kemoceng.
"Hahahaha...," Jeje tertawa kencang melihat foto tersebut dimana wajah Hamdan mantan suaminya sudah tidak berbentuk lagi karena bengkak dan tertutup memar disemua tempat.
Tawa kencang Jeje membuat Dina yang sedang melayani pelanggan menjadi penasaran. Ia mendengkus kesal karena masih menunggu pelanggannya selesai baru bisa menghampiri Jeje yang kebetulan senggang karena pelanggannya sudah pergi.
"Aduh, perutku sakit akibat tertawa terlalu kencang! Sudah jelek sekarang bertambah jelek lagi tuh muka! Pasti Mak Tati ngamuk lihat muka anaknya sudah tidak berbentuk manusia lagi!Hahahaha," kekeh Jeje sambil memegang perutnya dan tertawa lagi.
Ia kembali berbalas pesan dengan sang adik yang sekarang masih di rumah kontrakannya bersama Dewi.
Wak Misnah yang baru pulang dari pasar langsung pergi ke kontrakan Jeje begitu mendengar laporan tetangganya jika Hamdan datang dan berbuat ulah dengan melempari kaca jendela kontrakan Jeje hingga pecah.
"Dewi! Ngapo kau dak telpon Mak, Hah! Kalau ado Mak tadi, sudah Mak gebukin tu Hamdan dengan jurus kodok masuk sayak!" omel Wak Misnah dengan menyalahkan Dewi anaknya.
"Ya Allah, Mak! Tengok dulu hape Mak tu! Dari tadi sayo telpon Mak, tapi dak diangkat-angkat! Lagian kemano Mak tu belanjo? Dak pernah belanjo sampai selamo iko!" balas Dewi ikutan ngomel-ngomel.
"Iyo, Po?" sahut Wak Misnah dengan kening berkerut.
Wanita paruh baya itu merogoh kantong bajunya mengambil hape dan mengeceknya lagi.
"Hahahaha, lupo Mak Wi kalau hape nyo Mak mati nada dering nyo," kekeh wanita paruh baya itu dengan nyengir kuda.
Dewi berdecak sebel sama ibunya dengan bibir manyun lima centi. Fiona terkekeh geli sambil memangku Jaka melihat muka tidak bersalah Wak Misnah pada anak gadisnya yang masih menggerutu karena ibunya tidak ada disaat ia ketakutan tadi.
🍀🍀🍀
Malam harinya setelah makan malam, Nyonya Widuri merengek pada Zion minta ikut Zion pulang ke Jambi untuk menjemput Fiona. Zion sudah mengatakan kepada orang tuanya tentang pernikahannya dengan Fiona secara jujur.
"Pa, Ayo kita ikut Laksa jemput menantu baru! Mama kepengen lihat langsung dan mau tinggal sama mereka disana! Ayo dong Pa ngomong!" rengek Mama Widuri dengan wajah memelas bergelayut manja di lengan sang suami.
Wanita paruh baya itu begitu semangat dan antusias saat Zion menunjukkan foto Fiona yang memang sengaja ia ambil saat sebelum berangkat ke bandara tadi pagi.
Tuan Nugraha memijit pelipisnya melihat tingkah sang istri yang merengek seperti anak kecil hanya karena ingin bertemu menantu perempuan mereka.
"Ma, Papa bukannya gak mau ikut Laksa ke Sumatra bertemu menantu kita. Tetapi Mama tahu kan kalau lima hari lagi tambak ikan kita akan panen besar selama satu minggu penuh? Jika kita pergi ikut Laksa, siapa yang akan menghandel semuanya nanti jika bukan Papa?" ucap Tuan Nugraha dengan sangat hati-hati karena tidak ingin menyakiti hati istrinya.
Nyonya Widuri terdiam dengan mata yang berkaca-kaca hendak menangis karena apa yang dikatakan sang suami tidak salah.
Zion yang melihat wajah sedih dan kecewa Mama nya ikut membujuk sang Mama dengan kata-kata lembut.
"Ma, Zion akan membawa Fiona langsung ke Medan dan mengajukan pernikahan kantor di sana. Jika pernikahan kantor diterima atasan dengan cepat, Zion janji akan membawa Fiona ke sini dan mengadakan resepsi pernikahan disini!" bujuk Zion dengan iming-iming resepsi pernikahannya.
Bersambung...
biasalah tebak2 gak berhadiah 😀