Sahabatku Musuhku

Martha pun kembali ke meja dengan santai ditambah dengan senyuman menyebalkannya. Tiada yg tahu apa yg direncanakannya, bahkan Aini pun tak tahu apapun.

Saat itu, sebuah hidangan pun tiba berupa sup yg pastinya masih panas. Pelayan yg membawa sup itupun berjalan ke arah Jeny dan Arne. Lalu saat hendak menuju ke meja, tangan pelayan itupun tiba-tiba lemas dan menumpahkan sup tersebut.

Jeny yg tahu hal itu pun menjauh dan dengan segera bangkit.

Prankkk...

"Aaa.." teriak pelayan tersebut.

"Mama.." ucap Arne melihat mamanya hampir terkena siraman panci sup panas.

"Mama baik-baik saja sayang.." ucap Jeny berhasil menghindar dan hanya mengenai ujung pakaiannya.

"Hei kau.. apa yg kau lakukan?" tanya Jakson.

"Maaf tuan.." ucapnya.

"Hei.. kau itu bagaimana sih? mereka tamu vip kita cepat minta maaf." ucap rekannya.

"Maafkan aku tuan, nyonya.. aku tak sengaja." ucapnya.

"Ck.. aku tak selera lagi makan disini.. lihat kekacauan yg kau buat." ucap Jakson.

"Baiklah, aku tak masalah kami minta ganti meja saja.. bagaimana ayah?" tanya Jeny.

"Ganti meja? kau yakin baik-baik saja?" tanya Jakson.

"Benar.. lagipula ini kan hari ulang tahun ayah.. masa dihentikan karena insiden kecil." ucap Jeny.

"Baiklah, aku minta ganti mejanya." ucap Jakson.

Sementara Martha kesal bukan main karena Jeny lebih diperhatikan padahal bukan lagi menantu Jakson. Sementara dirinya yg sudah menjadi menantunya malah diabaikan.

Makan malam pun berjalan dengan lancar setelahnya. Walau Jeny tahu ini pastilah ulah Martha. Terlihat sekali Martha kesal karena mereka pindah tempat karena meja dan sekitarnya berantakan karena sup yg tumpah tadi.

Nampak, Jakson sangat bahagia bisa bersama keluarganya terutama Arne dan Jeny yg sangat jarang bisa ia temui. Bagaimana pun Jeny tetap akan ia anggap sebagai putrinya, meski kini sudah bukan lagi menantunya. Dan Martha, dimata Jakson adalah wanita yg haus akan harta serta kekuasaan. Untuk itu, Jakson takkan memberikan apapun pada Richard sampai dirinya meninggal. Dan hanya akan memberikan semuanya pada Arne.

Setelah makan, Arne pun pergi ke toilet. Lalu tak berselang, Aini pun ke toilet juga. Saat Arne sedang mencuci tangannya, Aini pun menghampirinya.

"Ada apa mendekatiku?" tanya Arne.

"Jangan senang dulu karena mendapat perhatian dari kakek." ucap Aini.

"Ya..yaa bicaralah sesukamu." ucap Arne.

"Kuharap kau tahu diri dan tak datang bersama ibumu saat ada acara keluarga seperti ini." ucap Aini.

"Apa hakmu?" tanya Arne.

"Hakku? tentu saja semua milik papa adalah hakku. Karena papa anak tunggal pastinya semua aset kakek milik papa yg artinya itu juga milikku." ucap Aini.

"Oh begitu, yasudah kita lihat saja nanti bagaimana hasilnya." ucap Arne santai mengambil tisu.

"Ck.. kau jangan tunjukkan wajah sok cantikmu di depan Boy.. dia itu suamiku." ancam Aini.

"Yang melihatku kan mata suamimu, jadi salahkan saja suamimu yg tak menjaga pandangannya." ucap Arne.

"Arne kau semakin menyebalkan." ucap Aini.

"Ya.. terserah kau saja aku terlalu sibuk untuk mengikuti drama yg kau mainkan." balas Arne meninggalkan Aini di toilet.

"Dugaan kakek benar, mereka hanya ingin harta warisan saja." gumam Arne dalam hati.

Arne pun kembali ke meja dengan santai dan ikut bergabung dalam obrolan kakeknya. Sementara Aini kembali dalam keadaan menangis. Dirinya mulai memfitnah Arne karena mengatainya jelek dan tak pantas jadi cucu Jakson.

"Arne ada apa sayang?" tanya Martha.

"Mama, apa aku tak pantas berada disini?" balas Aini menangis.

"Apa maksudmu Aini?" tanya Richard kesal.

"Arne bilang aku jelek dan bukan cucu kakek." ucap Aini.

"Kapan aku bilang begitu?" tanya Arne.

"Tadi kau bilang begitu di toilet." ucap Aini menangis.

"Arne apakah itu benar?" tanya Richard.

"Mana mungkin, aku bukan anak-anak yg suka membully manusia lemah." ucap Arne.

"Arne jangan bohong..!! ini pasti ulahmu, lihat Aini sampai menangis, dia itu sedang hamil..!" ucap Martha.

"Arne tolong jangan kelewatan hanya karena kau cucu kesayangan kakek." ucap Boy membela Aini.

"Apa ini? kalian semua menyerangku? aku bahkan tak begitu peduli ucapan Aini yg menghinaku." ucap Arne kesal.

"Lebih baik kita pulang saja sayang." ucap Jeny.

"Ayah, situasinya sedang tak baik.. kami permisi." ucap Jeny.

Brakk..!!

Jakson pun kesal melihat keributan ini, berbeda dengan hidupnya yg dulu tenang saat Richard bersama Arne dan Jeny.

"Terserah kalian maunya apa.. aku tak suka keributan..!" ucap Jakson marah.

"Dan kau Aini kau memang cucuku juga, tapi kurasa Arne tidak akan berkata begitu pada siapapun." ucap Jakson lalu pergi.

Jeny dan Arne pun pulang, hingga menyisakan Aini dan Boy, serta Martha dan Richard.

"Sudah kubilang jika ada Arne dan Jeny pasti akan jadi kacau." ucap Martha.

"Aini kau yakin Arne mengatakan hal itu?" tanya Richard.

"Benar pa." ucap Aini menangis.

"Aini sudahlah, jangan diambil hati.. " ucap Boy.

"Sayang lebih baik kau pulang dan beristirahat." ucap Martha pada Aini.

Boy pun mengantar istrinya pulang, begitu juga dengan Richard. Acara makan malam itupun berakhir dengan berantakan karena drama yg diciptakan Aini. Dan Jakson sama sekali tak memercayai ucapan Aini.

Sementara Jeny dan Arne pulang dengan wajah kecewa. Apalagi ini momen ulang tahun Jakson, tapi malah jadi kacau berantakan. Di dalam mobil, Arne pun menumpahkan keluh kesahnya pada Jeny.

"Maa.. tadi itu nampaknya memang disengaja agar kita pergi." ucap Arne.

"Sepertinya begitu, bahkan pelayan tadi terlihat sengaja menumpahkan sup panas itu agar aku meninggalkan tempat itu." ucap Jeny sembari mengemudi.

"Keluarga kita jadi kacau begini gara-gara wanita pelakor itu dan anaknya." ucap Arne.

"Sudahlah Arne, memang nampaknya tidak bagus jika kita dekat-dekat dengan mereka, aura mereka sungguh negatif." ucap Jeny tersenyum.

"Iya.. " balas Arne tersenyum.

"Aku hanya kasihan pada kakek, dia hanya ingin makan bersama tapi acaranya jadi kacau." ucap Arne.

"Lebih baik, kita ajak dia makan nanti bertiga saja mungkin akan lebih damai." ucap Jeny.

"Mama benar." ucap Arne.

"Mama ingat teman mama yg kita temui di supermarket kemarin?" tanya Arne.

"Oh iya.. ingat ada apa nak?" tanya Jeny.

"Dia bekerja di rumah sakit tempatku bekerja." ucap Arne.

"Wah, jadi dia bekerja disana sekarang.. dulu dia memilih karir di luar negeri dan baru sekarang kembali.. kudengar dia cukup hebat." ucap Jeny.

"Iya ma, dia hebat sekali.. selain itu dia tetap tampan meski tak lagi muda." ucap Arne.

"Kau jangan menyukai om-om ya.. masa iya kau suka teman mama." ucap Jeny.

"Ck.. ya gak gitu juga ma konsepnya." balas Arne.

"Carilah jodoh yg tidak terlalu tua.. " balas Jeny.

"Ya aku mengerti.." ucap Arne.

.

.

Sementara itu Aini dan Boy baru saja tiba di rumah mereka. Boy pun penasaran apa benar Arne mengatakan hal itu pada Aini.

"Aini, tadi Arne berkata apa saja padamu?" tanya Boy.

"Dia mengejekku.. dia bilang aku tak pantas jadi cucu kakek lalu dia bilang aku juga jelek." ucap Aini.

"Rasanya tidak mungkin Arne berkata serendah itu." ucap Boy.

"Kau tidak percaya padaku?" tanya Aini.

"Yasudahlah, mulai sekarang lebih baik menjaga jarak dengannya. Takkan baik jika kau bertengkar dengannya karena kakek menyukai Arne." ucap Boy.

"Boy bahkan kau juga berkata begini.." ucap Aini sedih.

"Lagipula, ngapain sih kau itu baper amat.. dan ada benarnya juga kau jadi kelihatan jelek dan gendut setelah hamil.. kau harusnya mulai introspeksi.."ucap Boy.

Aini pun kembali menangis dan merasa sedih karena Boy tega berkata begitu padanya.