Suami Pelit Istri Pamit

Keesokan hari nya setelah peristiwa penolakan yang di lakukan Mawar secara terang terangan, bahwa dia tidak akan membantu Keluarga Rio dalam masalah Uang Hantaran Dan Mahar.

Bukan nya benar? Jika Uang Hantaran dan Mahar adalah kewajiban dari calon mempelai pria, namun yang sangat membuat Rio keberatan adalah jumlah nominal nya.

Halangan pernikahan Rio dan Mawar bukan hanya sekedar tentang Restu atau pun status, tetapi jumlah uang yang menurut nya sangat fantastis.

Jika sudah berurusan dengan uang maka tak satupun keluarga nya akan turun tangan Sama hal nya dengan Bu Ningsih dan Manda mereka berdua kompak angkat tangan jika menyangkut perihal uang.

Sebenarnya Manda memiliki uang simpanan senilai 15 juta, namun uang itu sudah di ambil Alex untuk biaya Ibu nya. Alex beralasan jika uang itu ia gunakan untuk membiayai perawatan Ibu nya yang sedang sakit.

Uang 15 juta itu Manda hanya meminjamkan nya saja, bukan memberi cuma cuma kepada keluarga suami nya.

Sampai saat ini pun keluarga dari suami nya itu belum ada kabar kapan akan membayar nya.

Manda sudah pernah datang ke rumah mertua nya untuk menagih uang nya, tapi mertua nya belum memiliki uang untuk membayar.

Setiap hari pun Manda selalu menagih uang itu lewat pesan singkat, namun pesan itu sama sekali tidak di gubris oleh Ibu Mertua nya jangankan untuk di balas bahkan untuk sekedar membaca nya saja tidak, tentu saja hal itu yang membuat Manda merasa sangat geram dan kesal kepada keluarga suami nya.

Saat ini pagi pagi sekali Rio sudah berada di rumah Ibu nya, fikiran nya sedang kacau memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang itu.

Mereka bertiga saat ini sedang duduk bersama, memikirkan bagaimana jalan keluar untuk permasalahan nya kali ini.

Mereka bertiga seolah belum mempercayai kalau rencana matang yang telah di susun oleh Bu Ningsih bisa berantakan dan gagal seperti ini, malah mereka yang di beri kejutan oleh Keluarga Calon Besan nya yang telah menghancurkan semua nya.

Rio merenungi ancaman yang di berikan dari Orang Tua Mawar benar benar sangat menakutkan, dia tidak akan pernah bertemu dengan anak nya sendiri.

Hal itu yang membuat Rio sangat takut, dan tengah kalut memikirkan semua ini.

Hingga terdengar suara deru mesin motor yang memasuki halaman rumah, mereka bertiga pun sontak melihat ke arah seseorang yang baru saja turun dari motor nya.

Orang itu melangkahkan kaki nya menuju ke arah rumah Bu Ningsih, dan ternyata dia adalah seorang petugas dari kantor pos.

Petugas itu pun langsung menghampiri mereka bertiga yang terdiam menatap ke arah nya.

"Permisi, Apa ini rumah nya Rio Anggara". Tanya petugas pos itu

"Iya benar saya sendiri, ada apa pak". Tanya Rio keheranan, sebab ia merasa sama sekali tidak memesan paket apapun

"Ini ada paket surat untu bapak, silahkan tanda tangan di sebelah sini ya". Ucap petugas pos itu dengan ramah seraya memberikan berkas yang harus di tanda tangani.

Rio pun menandatangani berkas tersebut, dan petugas pos memberikan paket surat yang di tujukan untuk Rio.

Setelah Rio melihat bagian depan dari surat itu, ternyata surat tersebut berasal dari Kantor Pengadilan Agama.

Rio sendiri terkejut menatap surat yang kini berada di genggaman nya, berarti selama ini Tiara sudah mendaftarkan gugatan perceraian nya.

"Apa itu Yo". Ucap Bu Ningsih penasaran dengan berkas yang di pegang oleh Rio

"I..iini surat dari Kantor Pengadilan Agama Bu, ternyata Tiara gk main main ingin berpisah dari Rio". Ujar Rio tertunduk lesu

"Yaelah cewek mandul itu kok sok sok'an banget sih, pakek acara gugat cerai kamu segala. Biarin aja Yo, dia pasti gk akan bisa hidup tanpa kamu". Jawab Bu Ningsih dengan ketus

Apa Bu Ningsih lupa jika Tiara bukan nya mandul dan tidak bisa memiliki keturunan, namun karena diri nya sendirilah yang meminta Rio untuk tidak segera memiliki momongan.

Terus sekarang malah dia menyalahkan Tiara karena tak kunjung hamil, dan mengatakan jika Tiara wanita mandul.

Rio hanya terdiam mendengarkan perkataan dari Ibu nya, yang ada di fikiran Rio saat ini adalah dia tidak ingin berpisah dari Tiara.

Entah kenapa Rio saat ini merasa berada di tengah tengah pilihan yang sangat sulit, Dia bingung harus memilih yang mana.

Di satu sisi dia masih sangat mencintai Tiara, Rio tidak rela jika dirinya dan Tiara harus berpisah. Namun di sisi lain dia juga mencintai Mawar, apalagi Mawar sekarang tengah mengandung anak nya.

Sungguh pilihan yang sangat membuat Rio merasakan frustasi, berkali kali dia menyugar rambutnya dengan kasar.

"Udahlah Yo, ngapain kamu mikirin Tiara. Wanita Mandul yang gk jelas". Ujar Bu Ningsih yang terus mengomel karena melihat sikap anak nya ini

"Tapi Bu, Tiara Pewaris Perusahaan Besar. Kalau Rio masih sama Tiara, pastinya kantor itu akan jadi milikku juga Bu. Dan kita bisa hidup Mewah gk kesusahaan terus kaya gini". Ucap Rio kepada Bu Ningsih

Bu Ningsih yang mendengar hal itu pun sontak membulatkan mata nya, terlintas di fikiran nya sebuah ide untuk meminjam uang kepada Tiara untuk Uang Hantaran dan Mahar Pernikahan Rio.

Mengapa tak terfikirkan sebelum nya, dia jadi tak harus bersusah payah untuk membujuk Mawar, namun tidak ada hasil nya.

Tapi yang di fikirkan Rio juga benar, jika Rio dan Tiara masih bersama pasti dia akan hidup bergelimang harta. Bayangan hidup mewah akan terlihat, dia juga bisa pamer pada warga di desa ini yang selalu mengejeknya.

Padahal bukanlah warga desa yang selalu mengejek Bu Ningsih, hanya saja dia lah yang terlalu iri melihat kesuksesan orang lain.

Tapi Tiara sendiri seolah enggan untuk kembali bersama Rio, jika Tiara tidak mau bersama dengan Rio lagi. Jalan satu satu nya adalah meminjam Uang pada Tiara, itulah isi fikiran yang memenuhi otak Bu Ningsih.

Toh Bu Ningsih sekarang masa bodo meskipun Tiara pewaris Perusahaan Besar dan menolak untuk kembali bersama Rio, Putra nya itupun akan menikah dengan Anak Kepala Desa yang memiliki harta dan aset aset yang tak kalah banyak. Dan dia pun akan terkenal berbesan dengan Sang Kepala Desa, pasti banyak orang yang akan segan terhadap Keluarga nya.

Bu Ningsih juga meyakini jika Rio meminjam Uang kepada Tiara, pasti dia akan memberikan nya. Tiara kan sangat patuh dan menuruti semua keinginan Rio selama ini.

Bu Ningsih pun tersenyum dengan mata berbinar binar, memikirkan ide yang ada di dalam otak nya saat ini.

Berbeda hal nya dengan Rio, dia memutuskan untuk kembali pulang ke rumah kontrakan nya.

Setelah tiba, gegas Rio masuk ke dalam kamar dan duduk di tepi ranjang nya. Ia menangis sesegukan, karena sedari di rumah Ibu nya dia menahan tangisan nya karena malu jika menangis di depan kakak dan Ibu nya.