Karna obsesinya pada seorang pria tampan, Kimmy nekad menjebak pria itu untuk menjadi suaminya, sampai sang pria tidak memiliki pilihan untuk melarikan diri.
Sipatnya yang bar-bar, ceroboh, dan semaunya, membuatnya merasa terperangkap dengan jebakannya sendiri, ia merasa terpenjara di tempat suci bernama pondok pesantren.
Tempat itu tak lantas langsung merubah diri Kimmy dengan cepat, berbagai tingkah ajaibnya selalu mewarnai orang-orang sekitarnya.
Lantas bagai mana dengan kisah cintanya bersama pria tampan?, yang merupakan seorang anak dari pemilik pondok pesantren. Semua orang memanggilnya Gus Ridwan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya
"Sebut namaku."
"Ridwan... " Untuk pertama kalinya Kimmy menyebut namanya dengan suara yang sangat seksih.
"Keluarkan suaramu, aku sangat menyukainya."
Tidak ingin menahan lagi akhirnya Kimmy berteriak dan memekik di saat gelombang rasa memabukan itu menghampiri dirinya.
Ridwan memposisikan dirinya berada tepat di atas istrinya, ia sudah bersiap akan memulai permainan inti.
"Aww, Sakit Gus, Lepaskan! aku tidak mau." Kimmy berteriak saat benda asing memasuki dirinya.
"Nanggung Dek, aku janji akan pelan-pelan."
"Aku tidak mau."
Ridwan tidak kuasa untuk menghentikan semuanya, ia sudah terlanjur menikmati permainan ini dan ia tidak ingin berhenti sebelum berhasil.
"Maaf jika ini menyakitimu, Dik, tapi aku tak bisa bersenti." Dengan sekali hentakan hagung pria itu tertsnam sepenuhnya.
Tidak di perdulikannya lagi teriakan istrinya bahkan menangis tersedu di bawahnya, Ridwan mengecupi kening serta kedua mata istrinya yang gi banjiri dengan air mata.
Ridwan tidak langsung bergerak, ia diamkan dulu perasaan yang kini menyergapnya, rasa nikmat, hangat dan entahlah rasa apa lagi yang jelas tengah menghimpit miliknya di seluruh pusat gairahnya.
Ridwan membenamkan wajahnya di sela leher istrinya tak hentinya ia membaui leher serta rambut istrinya ia hirup dalam-dalam aroma yang menguar dari sana.
"Tenanglah aku akan mulai bergerak dengan perlahan." Ridwan menggerakan pinggulnya perlahan seirama dengan hujaman yang ia berikan begitu pula mulutnya yang sangat sering meng erang serta mendes is dalam tangannya ikut berperan untuk menyentuh tempat-tempat yang ia sukai.
"Ahh.. Ridwan. "
"Ahh.. Sit"
"Ridwan yes Ridwan no.. " Berapa umpatan keluar dari mulut mungil istrinya.
Semakin lama tempo hujaman yang ia berikan semakin cepat, keringat sudah memenuhi tubuhnya terutama di bagian dada dan punggung tidak sempat mengganti gaya, tubuh Ridwan sudah menegang, ia mengejang keras dan menengadahkan kepalanya, dagunya turut mendongak menikmati puncak nirwana yang selama ini baru ia ketahui kenenarannya.
"Kimmy... Kimmy.. Aku... Aku.. "
"Arghhh..." Pekikan itu di sertai dengan dorongan terdalam yang ia miliki sampai cairannya memenuhi tubuh bagian dalam istrinya.
Akhirnya hal indah antara keduanya sudah terjadi.
Ridwan segera melepas miliknya saat ia sadari sebentar lagi waktu Dzuhur akan tiba.
Cairan serta bercakan darah merembes di antara sela paha bagian dalam istrinya. Ridwan tersenyum bersahaja dirinya telah berhasil melepas keperjakaannya di tempat yang halal untuknya.
"Mari mandi biar ku bantu." Kimmy hanya diam, meskipun ia sangat lemas tapi ia menurut apa kata suaminya.
.
Hanya ada kepuasan di wajah tampan Ridwan.
'Ini memalukan, benar-benar memalukan, bagaimana aku berteriak mengelukan nama istriku di saat pelepasanku datang, Kimmyku lebih memabukan di banding alkohol ataupun tanaman opium'.
Ridwan kali ini sedang di dalam kelas dan materinya baru setengah yang ia sampaikan, tapi pikirannya masih berpacu pada kejadian satu jam yang lalu, demi apapun Ridwan ingin kelasnya segera berakhir dan mengulang hal indah tadi.
.
Ayudiapun ada di kelas itu dengan wajah sembabnya seusai menangis, meskipun sang ayah memintanya pulang kerumah Ayudia tetap menolak dan masih ingin tinggal di pondok itu, setidaknya ia ingin memastikan jika Ridwan masih mencintainya atau tidak.
Ayudia selalu melangitkan nama Ridwan dalam doanya tapi sepertinya itu saja tidak cukup untuk menetapkan siapa jodoh untuk seseorang.
"Haruskah aku merelakan Gus Ridwan, atau kembali berjuang untuk membuat Gus Ridwan meliriknya kembali".