Menantu Yang Tidak Diinginkan

Nita yang mendengar teriakan Wiwik langsung mendongak dan melihat ke arah Wiwik yang sudah melambaikan tangannya.

“Maaf ya pak, bu saya harus pergi. Mari” Nita pun berlari

Aryo dan Sinta hanya melihat Nita yang mulai menjauh dan masuk ke dalam taksi.

“Lama banget sih, malah ngobrol tadi. Memang mereka siapa?” tanya Wiwik

“Enak saja bilang orang cuma ngobrol kamu tidak lihat tadi aku hampir saja tertabrak” omel Nita

“Hah?!” Wiwik yang memang tidak melihat pun kaget

“Hah hoh hah hoh, giliran sekarang saja kaget” cibir Nita

“Aku tidak lihat kalau kamu tadi hampir tertabrak, jadi tadi itu orang yang hampir menabrak kamu?”

“Ya iyalah kamu kira aku lagi promo dagangan di sana” Nita kesal dengan Wiwik

“Tapi kamu tidak apa-apa kan? Yang mana yang sakit?” Wiwik memeriksa tubuh Nita, memutar badannya dan mengangkat kedua tangannya

“Iissh aku tidak apa-apa makanya jangan asal ngomong saja”

“Iya maaf aku tidak tahu”

Setelah perdebatan antara Nita dan Wiwik, mereka pun mengobrol dan Wiwik menanyakan kejadiannya.

Sedangkan di dalam mobil, Aryo dan Sinta masih mengingat perempuan yang tadi hampir ditabraknya.

“Mah, kamu kenapa?” tanya Aryo

Sinta menoleh “Apa kamu merasakan apa yang aku rasa mas?” tanya Sinta

Aryo menghembuskan nafasnya “Aku juga pernah melihat perempuan tadi sewaktu aku pulang dan membelikan kamu kue, awalnya aku juga kaget dan sempat mengejarnya namun kehilangan jejak dan sekarang malah bertemu lagi” jelas Aryo

“Astaga mas” ucap Sinta panik

“Kenapa?” Aryo yang melihat istri panik pun juga ikut panik

“Aku lupa tidak meminta kontak atau alamatnya” Sinta merasa kesal karna ia tidak bisa bertemu lagi dengan Nita

“Iya kamu benar tapi itu bukanlah hal yang sulit nanti aku akan meminta teman aku untuk menyelidikinya tadi kita sudah sempat berkenalan dan tahu namanya”

“Benar mas?” Sinta berbinar

“Iya kamu tenang saja, tapi kita juga jangan terlalu berharap bisa jadi wajah kalian hanya mirip saja”

Sinta pun menunduk mendengar penuturan Aryo.

“Kamu benar mas, tapi firasat seorang ibu mengatakan lain”

Aryo melihat raut kesedihan di wajah Sinta pun menenangkan sang istri “Sudah jangan sedih, masih ada kemungkinan tapi aku tidak mau kamu terlalu berharap yang nantinya hanya akan membuat kamu sedih”

Sinta pun mengangguk, ia paham dengan kekhawatiran sang suami. Tapi hatinya yakin kalau tadi itu adalah anaknya yang telah lama hilang, selain karna wajahnya yang sangat mirip dengan Sinta waktu muda, Sinta juga merasa ikatan batin. Itulah firasat seorang ibu yang tak pernah bisa dimengerti oleh orang lain.

*

“Mas” panggil Luna

Fandi tak bergeming.

“Apa kamu tidak mau memaafkan Sinta bagaimana pun dia adalah anak kita mas, sudah lama ia menderita” ucap Luna

Fandi menghela nafasnya kasar, jujur ia sangat merindukan putrinya itu tapi rasa kecewa yang dirasakan oleh Fandi membuatnya menutup mata dan malah membuat Sinta menderita.

“Aku tahu kamu juga merindukan Sinta mas, sudah cukup semu itu menjadi masa lalu untuk kita. Kita sudah tua, tidak tahu sampai kapan umur kita, sekarang Aryo juga sudah sukses bahkan perusahaannya hampir sama dengan milik kita” imbuh Luna

“Apa aku egois jika menginginkan anak-anak aku bahagia?” ucap Fandi lirih

Luna melihat Fandi, ia tahu pria yang ada di depannya pasti menyesal sudah melakukan banyak hal karna sudah membuat putrinya mengalami penderitaan bahkan sampai sekarang penderitaan itu masih dirasakannya.

“Kamu tidak salah mas, semua orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya begitu pun kita. Aku memang sempat tidak menyukai Aryo karna kasta yang tidak sama, tapi sekarang aku sadar kalau semua itu tidak menjamin bahagia. Buktinya sampai sekarang Aryo bisa membuat Sinta bahagia tanpa bantuan kita, Aryo adalah laki-laki yang bertanggung jawab”

“Apa mereka masih mau memaafkan aku setelah semuanya yang telah aku lakukan?” tanya Fandi

“Pasti, pasti mereka akan memaafkan kamu mas. Tadi saja Sinta sangat khawatir dengan keadaan kamu, dia pasti sangat merindukan kamu mas”

“Tapi aku-“ Fandi memegang dadanya yang terasa sesak

Luna yang melihat itu langsung menghampiri Fandi “Mas kamu kenapa mas?” Luna sangat khawatir

“Lu-na da-da akkh” Fandi tak bisa melanjutkan kata-katanya lagi

Luna pun meminta bantuan pada sopir dan juga beberapa pelayan untuk membantu Fandi masuk ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit.

Di perjalanan Luna hanya bisa menangis sambil memeluk Fandi.

“Mas kamu tahan ya, sebentar lagi kita sampai” ucap Luna mencoba menenangkan sang suami yang sudah kesakitan menahan sakit di dadanya.

“Lu-luna kamu ka-kasih ta-hu Sin-ta” ucap Fandi terbata-bata

“Iya mas, aku sudah meminta pelayan untuk menghubungi Hardi dan juga Sinta kamu tenang ya sebentar lagi kita sampai” ucap Luna

Sesampainya di rumah sakit, Luna menunggu di luar sedangkan Fandi sudah di tangani dokter di dalam.

Luna tak tenang, ia hanya mondar mandir di depan pintu.

“Mah, bagaimana keadaan papah?” tanya Hardi yang baru saja sampai

“Papah masih ditangani dokter di dalam” jawab Luna

“Apa Sinta sudah tahu mah?”

“Mamah sudah meminta pelayan menghubunginya karna tadi mamah langsung membawa papah kamu dan tidak sempat mengambil ponsel mamah”

“Mamah tenang ya, papah pasti baik-baik saja” Hardi menenangkan Luna

“Istri kamu tidak ikut?”

“Tidak mah, karna dia sedang tidak sehat jadi aku suruh istirahat saja”

Luna mengangguk.

Hampir satu jam mereka menunggu di depan dan dokter pun keluar dari ruangan tempat Fandi dirawat.

“Bagaimana keadaan suami saya dok?” Luna langsung menghampiri sang dokter ketika pintu terbuka

“Syukurlah pak Fandi tepat waktu dibawa kemari, sekarang dia sudah stabil lagi namun riwayat jantung yang ia derita sudah semakin parah” jawab dokter

“Apakah papah saya bisa disembuhkan dok?” tanya Hardi

“Kita hanya bisa berdo’a karna hanya Tuhanlah yang bisa menyembuhkan segalanya, kami selaku dokter hanya bisa berusaha” jawab dokter

Luna pun menangis ketika mendengar kondisi sang suami yang sudah semakin buruk.

“Apa kami boleh masuk dok?” tanya Luna

“Kami akan memindahkan pak Fandi, ibu dan bapak bisa melihatnya. Kalau begitu saya permisi dulu”

“Iya dok terima kasih”

Dokter mengangguk dan meninggalkan Luna dan juga Hardi.

“Mamah harus kuat ya, kita berdo’a semoga papah bisa kembali sehat” Hardi memberi semangat pada sang ibu yang pasti sedang hancur melihat orang yang dicintainya sedang terbaring lemah

“Mamah tidak sanggup kalau melihat papah kesakitan Hardi, meski pun papah kamu tegas dan suka memarahi kamu dan Sinta tapi sebenarnya dia sangat menyayangi kalian”