#TURUN RANJANG
Tiga tahun pasca sang istri meregang nyawa saat melahirkan putranya, Zeshan tetap betah menduda dan membulatkan tekad untuk merawat Nadeo sendirian tanpa berpikir sedikitpun untuk menikah lagi.
Namun, hal itu seketika berubah setelah Mommy-nya datang dan berusaha meluluhkan hati Zeshan yang telah berubah sebegitu dinginnya. Berdalih demi Nadeo, Amara menjanjikan akan mencarikan wanita yang pantas untuk menjadi istri sekaligus ibu sambung Nadeo.
Zeshan yang memang terlalu sibuk dan tidak punya kandidat calon istri pasrah dan iya-iya saja dengan siapapun pilihan Mommy-nya. Tanpa terduga, Mommy Amara ternyata merekrut Devanka, adik ipar Zeshan yang mengaku sudah bosan sekolah itu sebagai calon menantunya.
*****
"Ingat, kita menikah hanya demi Nadeo ... jangan berharap lebih karena aku alergi bocah bau ingus." -Zeshan Abraham
"Sama, aku juga alergi om-om bau tanah sebenarnya." - Devanka Ailenatsia
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
PLAGIAT/MALING = MASUK NERAKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 - Jangan Berusaha Menjadi Dia
"Kurang apa lagi ya kira-kira?" Devanka bermonolog sembari mencicipi nasi goreng buatannya.
"Garam, iya garam!!"
Setelah tadi malam memberikan pembuktian di atas ranjang, pagi ini Devanka terjun ke dapur. Walau ya, pembuktian tadi malam hanya sampai perkenalan, Devanka belum benar-benar sepenuhnya merasakan, tapi hal itu tidak membuat Devanka kesal ataupun marah.
Keesokan harinya, dia memutuskan untuk membuktikan hal lain. Seperti saran Anggita, Devanka mencoba berpikir jernih dan bertekad memulai kehidupan bersama Zeshan demi menjadi istri yang baik untuk sang suami.
Berawal dari sarapan, Devanka pernah membaca sebuah artikel dimana seorang suami hendaknya terbiasa makan makanan yang dimasak istrinya. Dan, hal itulah yang menjadi alasan Devanka agar bisa menyajikan makanan untuk sang suami.
Sebagaimana Talita dahulu, seingat Devanka sejak menikah sang kakak alih profesi menjadi koki untuk sang suami sampai rela mengundurkan diri demi mengabdi sepenuhnya sebagai istri untuk Zeshan.
Pengorbanan yang cukup sulit untuk diikuti, walau tugas-tugas semacam ini mungkin bisa dilakukan, tapi untuk benar-benar mengorbankan segalanya seperti Talita, agaknya Devanka tidak mampu.
Terlebih lagi, masak nasi goreng begini saja repotnya sudah setengah mati. Dia berbohong pada Zeshan tentang kemampuannya, ngakunya serba bisa, tapi kenyataannya masak nasi goreng spesial dari resep andalan turun temurun keluarganya saja tidak bisa, terlalu ribet hingga Devanka seolah gerah.
"Cukup kali ya, dari tampilannya sih mirip sama buatan kak Talita ... tapi masalahnya, Kak Zeshan suka tidak ya?" Devanka bermonolog, banyak sekali pertimbangannya tatkala dia memandangi nasi goreng yang hampir siap disajikan itu.
Ada rasa tidak percaya diri di sana, terlebih kali jika membandingkannya dengan masakan Talita, pupus sudah harapan Devanka untuk disukai. Akan tetapi, jika terus berpikir begitu, bisa jadi masakannya gosong termakan waktu.
"Sudahlah, suka ya syukur kalau misal nggak suka makan sendiri."
Setelah sekian lama berpikir, Devanka mengambil keputusan dan segera menyajikan nasi gorengnya di atas piring. Matahari sudah meninggi dan kemungkinan besar sebentar lagi Zeshan akan turun untuk mengisi perutnya.
Walau hingga saat ini Nadeo belum kembali, tapi menurut penuturan Mommy Amara jika di rumah Zeshan tidak akan pernah melewatkan sarapan pagi.
Baru juga Devanka pikirkan, pria itu benar-benar muncul dengan penampilan khas pria baru selesai mandi. Wajah segar dan rambut sedikit basah dengan berbalut kaos oblong dan celana pendek, Zeshan sempurna dan sempat membuat Devanka terpesona.
Dia melongo cukup lama, beruntung saja piringnya sudah diletakkan di atas meja. Jika tidak mungkin ada adegan lemas tak bertenaga yang membuat piringnya bisa jadi pecah.
"Tatapanmu bisa biasa saja tidak? Nanti air liurmu jatuh, Devanka," ujar Zeshan tersenyum tipis seraya melewati Devanka yang seketika tersadar setelah dia tegur.
Pria itu mengambil air dingin, padahal jelas-jelas di meja ada dan itu sudah menjelaskan jika yang salah tingkah adalah dirinya.
"Aku baru sadar ... Kakak tampan sekali ternyata," ucap Devanka kembali membuat Zeshan senyum-senyum tak jelas.
"Tentu, semua orang tahu itu."
"Hem, aura hot dudanya benar-benar menyala ... kakak sadar tidak?" tanya Devanka seketika membuat air yang hendak melewati kerongkongannya mendadak putar balik, mata pria itu mendelik tajam ke arah sang istri.
"Hot apa?" tanya Zeshan setelah sempat memaksakan air itu harus masuk ke dalam tubuhnya.
Devanka yang mendapat pertanyaan dari Zeshan juga tidak ada takut-takutnya, dia terlihat santai saja dan menjawab dengan gamblangnya. "Hot duda, Kakak benar-benar tuli ya?" tanya Devanka memastikan dan berhasil membuat Zeshan mengambil ancang-ancang untuk mengikis jarak.
Jelas saja hal itu berhasil membuat Devanka ketakutan, raut wajah pria itu terlalu kentara jika marah hingga Devanka bergegas mengajaknya untuk duduk segera.
"Kakak mending sarapan deh, ini aku bikin nasi goreng ... pasti suka," ucapnya begitu lihat mengalihkan pembicaraan, lincah sekali seolah sebelumnya tidak ada masalah sedikit saja.
Hampir saja Zeshan berlalu pergi sebenarnya, tapi melihat cara Devanka menjelaskan, hati pria itu terketuk untuk menikmatinya.
"Aku belajar dari mami, tapi tidak bisa jamin rasanya ... lidahku rada kebo," aku Devanka demi membatasi ekspetasi Zeshan agar tidak kecewa.
Dia takut saja Zeshan mengira jika rasanya akan seenak rupa, oleh karena itu Devanka berkata demikian. Di luar dugaan, Zeshan menyuapnya tanpa banyak bicara.
Suapan pertama selesai dan lanjut yang kedua, ketiga hingga tepat di suapan keempat, Devanka kembali bertanya karena dia butuh penilaian jujur dari sang suami.
"Gimana, Kak? Enak?"
Tanpa menjawab, Zeshan meminta Devanka membuka mulut dan menerima suapannya. Romantis sekali bukan, tapi baru juga masuk mulut, Devanka segera berlari ke wastafel demi mengeluarkan isi mulutnya.
"Jangan dimakan, aku bikinin yang baru saja ya, Kak," pinta Devanka gelagapan dan menarik piringnya.
Di saat yang sama, Zeshan menahan pergelangan tangan sang istri segera. "Tidak perlu, masih bisa dimakan," ucap Zeshan begitu lembut dan membuat hati Devanka seolah melemah.
Ucapannya sederhana, tapi melihat Zeshan memaksakan diri demi menghargai usahanya, hati Devanka seolah diselimuti perasaan bersalah.
"Maaf, Kak, aku tidak bisa seperti kak Talita," ucap Devanka pada akhirnya, dengan dada yang terasa begitu sesak dia melontarkan kata maaf setulus tatapan matanya.
Ucapan Devanka sontak membuat Zeshan beranjak, dia berdiri tepat di hadapan sang istri yang kini tengah meremmas jemari.
"Devanka ... tatap mataku," titah Zeshan hingga Devanka mendongak demi membalas tatapan sang suami.
Zeshan tak langsung bicara, dia diam lebih dulu sebelum kemudian kembali angkat bicara. "Kamu tahu siapa Talita bagiku, 'kan? Aku sangat mencintainya dan sejak awal aku tegaskan jangan pernah berusaha untuk menjadi dia karena aku tidak mau, Devanka."
"Heuh?"
.
.
- To Be Continued -