Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Zizi???
"Aku tak pernah punya urusan dengan debt kolektor. Jadi maaf," ucap Bara seraya melanjutkan langkahnya ke arah mobilnya. Berurusan dengan bank untuk modal usaha perusahaan saja ia tak pernah ikut campur karena itu semua adalah urusan papanya, jadi apalagi soal debt kolektor seperti pria ini.
"Pak Bara!" panggil pria itu.
"Maaf, aku sibuk." Tak ingin berurusan dengan seseorang yang tidak penting dan hanya ingin menganggu jadwal kerjanya, Bara pun mempercepat langkahnya ke arah mobilnya.
"Pak Bara Al Fayed. Anda adalah suami dari Azizah Khumairah Al Fayed bukan?"
Bara langsung menghentikan langkahnya kemudian berbalik dan menatap pria itu dengan wajah serius.
"Ya. Aku adalah suaminya. Kenapa? Apa hubungannya dengan anda?"
"Perkenalkan, saya Gading Gemilang. Saya adalah seorang debt kolektor dari usaha simpan pinjam Swamitra. Saya ingin menagih utang istri anda pak."
"Utang? Di tempat anda?" tanya Bara kaget. Pasalnya, sejak ia menikah dengan Zizi, ia sudah memberikan banyak uang untuk kebutuhan wanita itu. Lalu kenapa Zizi sampai berutang lagi padahal ia tampak sangat sederhana?
"Iya pak."
"Sejak kapan Zizi punya utang?"
"Sejak satu bulan yang lalu pak."
"Apa?!" Bara semakin kaget saja. Ada apa dengan istrinya yang sangat sederhana itu? Kenapa wanita itu punya banyak sekali pengeluaran sampai berutang segala.
"Anda pasti salah alamat. Istriku punya banyak uang yang telah aku berikan sebulan yang lalu, jadi aku tak percaya kalau dia punya utang," ucap Bara tak percaya. Ia yakin ini hanya salah satu modus penipuan jenis baru. Ia pun bersiap untuk berbalik kembali ke arah mobilnya dan tak ingin perduli.
"Pak Bara. Nama anda telah dijamin kan nya pada kami. Jadi otomatis anda harus bertanggung jawab!" buru pria itu tak ingin mundur.
"Asal saja kalo bicara. Mana ada orang mau memberikan pinjaman dengan hanya mengandalkan nama. Jangan asal bicara kamu! Atau aku akan menuntut mu sebagai usaha penipuan!" ucap Bara tegas.
"Kami punya bukti pak. Jumlahnya 500 juta rupiah. Dan janjinya cuman satu bulan saja, akan dikembalikan katanya."
"Cih! Tak masuk akal. Memangnya untuk apa uang sebanyak itu hah?!"
"Azizah Khumairah kalah berjudi online pak."
"Apa?" Bara sampai terjingkat kaget dengan perkataan pria itu. Sungguh, ia tak percaya kalau wanita kampung yang ia nikahi adalah korban judi, apakah itu online ataupun offline.
"Gak usah kaget gitu pak. Istri anda sudah lama jadi langganan kami."
Bara membuang nafas kasar. Ia sungguh sangat tak percaya dengan pria ini sebelum meminta konfirmasi dengan Zizi terlebih dahulu, karena siapa tahu, ini hanyalah modus penipuan gaya baru.
"Kalau pak Bara tak percaya. Pak Bara bisa melihat dokumen wanita itu di sini. Semuanya ada dan sangat lengkap."
"Ah tak perlu. Aku tetap tidak percaya!" Bara mengibaskan tangannya tak menerima alasan apapun. Ia juga tak berminat melihat fakta yang dibawa oleh pria itu.
"Sampai kapanpun aku tidak bisa percaya pada penipu seperti anda. Jadi, sekarang silahkan pergi dari sini. Aku punya banyak urusan yang lebih penting dari ini!"
Bara akhirnya naik ke atas mobilnya dan tak ingin menggubris pria yang mengaku sebagai debt kolektor itu. Yang terpenting saat ini adalah, ia akan meminta Devano untuk menghubungi Zizi dan meminta penjelasan.
"Pak Bara! Anda harus bertanggungjawab atau nyawa istri anda akan dipertaruhkan disini."
Bara langsung melompat ke arah pria itu kemudian mencengkram erat kerah kemejanya.
"Berani kamu menggangu istriku maka akan ku hancurkan hidupmu brengsek!"
"Kalau begitu bayar utangnya atau kami akan mengambil barang apa saja yang berharga bagi anda!"
"Cih! Kalian penagih utang yang sangat kurang ajar. Biarkan aku bicara sama istriku kalau itu memang benar barulah aku membayarnya!" tegas Bara.
"Baiklah pak Bara. Kami menunggu itikad baik anda 4 jam kedepan!"
"Ya. Tapi kalau kamu yang salah, maka polisi yang akan menangkap kamu!"
Pria yang bernama Gading itu pun pamit dan segera pergi dari tempat itu.
"Ada apa pak?" tanya Devano yang baru saja tiba di tempat itu.
"Hubungi Zizi sekarang juga Dev dan biarkan aku yang bicara."
"Baik pak."
Devano pun langsung meraih handphonenya dan mencari nomor Zizi.
"Maaf pak. Tidak aktif. Di luar jangkauan terus."
"Aaargh sial! Pergi kemana wanita itu!"
"Memangnya ada apa sih pak?"
"Gak. Bukan hal penting. Kita ke berangkat sekarang."
"Baik."
Devano dengan sigap mengemudikan mobil sang pimpinan ke arah balai kota untuk menghadiri acara di tempat itu.
Kesibukan Bara dengan kegiatan itu cukup menyita perhatiannya hingga ia benar-benar lupa akan masalah dengan sang debt kolektor.
"Astaga Dev!?" ucap Bara saat teringat sesuatu. Jam tangannya ia tatap dengan perasaan kesal karena belum mendapatkan kejelasan tentang masalah debt kolektor itu.
"Ada apa pak?" tanya Devano bingung.
"Aku perlu ketemu sama Zizi sebelum kita lanjutkan kegiatan di hotel selanjutnya."
"Apa kita harus ke rumah dulu pak?" ucap Devano memberi saran.
"Ah ya. Itu kita perlu kesana. Kita harus ketemu Zizi untuk menjelaskan apa yang terjadi dengan keuangannya."
Devano pun mengarahkan kendaraannya ke arah rumah Bara. Sesampainya ia di tempat itu, ternyata Zizi tidak ada begitupun di rumah wanita itu.
"Kemana dia?!" tanya Bara kesal.
"Gak tahu pak. Handphonenya juga tak bisa tersambung."
"Awas saja dia kalo benar-benar jadi korban judi."
"Judi?" Devano mengernyit.
"Ah sudahlah. Biarkan ia mempertanggungjawabkan sendiri perbuatannya!" kesal Bara tak ingin perduli meskipun hatinya sedikit was-was juga.
"Sekarang kita berangkat ke hotel itu. Aku akan jadi pembicara disana," lanjut Bara dan segera kembali naik ke atas mobilnya. Tak ingin ia pusing karena ia harus konsentrasi dengan pekerjaannya.
Devano yang masih sedikit bingung, ikut naik ke atas mobil dan mengendarainya ke arah hotel tempat akan diadakannya launching program kementerian PUPR, yang bekerja sama dengan perusahaan Al Fayed.
Acara itu cukup ramai meskipun tertutup untuk umum. Kegiatan yang dihadiri oleh banyak pejabat pemerintahan dan juga pengusaha muda yang bergerak dibidang real estate itu berlangsung kurang lebih 5 jam, dan selesai setelah jam 10 malam karena harus jeda untuk istirahat, sholat, dan makan.
Bara keluar dari ruangan aula pertemuan dengan pikiran tertuju pada Zizi saja. Janjinya yang hanya 4 jam untuk mencari tahu tentang kebenaran informasi utang Zizi ternyata tidak dipenuhinya.
Bagaimana kalau ada hal buruk yang terjadi pada wanita itu?
"Dev! Hubungi Zizi lagi!" titahnya pada Devano saat sudah tiba di Loby hotel itu.
"Baik pak."
Sembari menunggu sang asisten menghubungi Zizi, Bara membawa pandangannya ke sekeliling loby memperhatikan desain dan gaya penataan baru di tempat itu. Akan tetapi rahangnya tiba-tiba mengeras melihat sepasang muda-mudi memasuki lift.
"Zizi?!"
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀